Cegah Alergi sejak Dini
A
A
A
PREVALENSI alergi anak di Indonesia semakin meningkat belakangan ini. Tidak hanya memengaruhi kualitas hidup anak, penyakit ini juga turut membebani keluarga dari segi klinis dan ekonomi, termasuk beban ekonomi negara.
Pada mulanya alergi muncul dari interaksi faktor genetik dan lingkungan. Diketahui, apabila salah seorang dari orang tua memiliki alergi, maka risiko anak menderita alergi sebesar 20%-40%. Sementara, jika kedua orang tua mempunyai alergi, risiko tersebut semakin tinggi, yakni 40%-80%.
Alergi merupakan salah satu penyakit kronis yang akan muncul sepanjang tahun, bahkan bisa seumur hidup. Prof dr Sofyan Ismael Sp A(K), anggota Forum Sadar Alergi (ForNASA), dalam acara diskusi mengenai pencegahan primer alergi di Jakarta, 17 Februari lalu, mengatakan bahwa untuk menghindari alergi, pencegahan primer paling sederhana dan efektif adalah dengan memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi.
Komposisi dan volume ASI selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Pada lima hari pertama kehidupan si kecil, ibu akan menghasilkan kolostrum untuk mencukupi kebutuhan nutrisi si bayi. Karena itu, usahakan pada lima hari pertamanya, hanya ASI yang dikonsumsi si kecil. Bukan saja mengenyangkan, pemberian ASI juga menjadi bentuk aliran kasih sayang dari ibu untuk buah hatinya.
Bila atas indikasi medis bayi tidak bisa mendapatkan ASI, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan penggunaan formula hidrolisat parsial whey dan formula hidrolisat ekstensif kasein untuk mengurangi risiko alergi ketimbang susu sapi. “Meskipun formula tersebut tidak dapat menggantikan manfaat ASI,” ujar DR dr Zakiudin Munasir Sp A(K), spesialis anak subspesialis alergi-imunologi dari RSCM.
Pemilihan formula hidrolisat parsial memberikan rasa yang lebih baik dan ekonomis dibandingkan dengan formula hidrolisat ekstensif. Strategi pemberian susu hidrolisat parsial tersebut merupakan rekomendasi yang berbasis bukti ilmiah. Nutrisi di awal kehidupan amat besar pengaruhnya terhadap penyakit kronis yang mungkin menjangkiti anak pada masa mendatang.
Karena itu, ibu sangat disarankan untuk lebih jeli dalam memberikan asupan nutrisi untuk bayinya. “Kalau susu sapi diberikan di lima hari pertama usia bayi, risiko sensitisasi spesifik pada tubuh bayi akan lebih tinggi ketimbang bayi lain yang tak mengonsumsi susu sapi,” kata Sofyan.
Sementara itu, Ketua Subdivisi Feto- Maternal RSCM DR dr Noroyono Wibowo Sp OG(K) mengungkapkan pentingnya orang tua memiliki kesadaran alergi dan penyakit yang berhubungan dengan imunologi sejak ibu memasuki masa kehamilan. Dengan begitu, orang tua menjadi lebih waspada dan melakukan tindakan pencegahan primer alergi sejak dini.
Umumnya alergi itu dimulai ketika masih anak-anak. “Kalau memang alergi terhadap makanan, biasanya ibunya pada waktu hamil suka pantang dengan suatu makanan, di mana janinnya tidak terlatih dari awal kehidupan,” kata Noroyono. Adapun ibu hamil yang memiliki bakat alergi akan menimbulkan reaksi inflamasi (peradangan). Apalagi kalau tidak menghindari pencetus bakat alergi.
“Untuk menghindari inflamasi, sebaiknya waktu hamil sangat penting disarankan untuk menjauhi asap rokok. Terlebih, sejak usia kehamilan jangan pula pantang makan apa-apa karena bayinya bisa terbiasa dan pengenalan terhadap beragam jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari,” sebutnya.
Pada keadaan tertentu, seorang ibu yang mengalami berbagai kondisi sebelum dan saat hamil, misalnya obesitas, inflamasi karena peningkatan berat badan, kemungkinan anak menderita alergi menjadi semakin besar. Langkah pencegahan lain yang bisa dilakukan agar anak tak rentan alergi, yaitu saat mengandung disarankan agar ibu memperbanyak konsumsi sayuran serta menjaga asupan karbohidrat dan lemak.
Konsumsi karbohidrat dan lemak yang berlebih akan memicu inflamasi dalam tubuh. Hal ini dapat memicu imunitas tubuh bereaksi lebih keras dari biasanya. “Kalau kita terus-terusan makan karbohidrat dan lemak saja, itu bisa inflamasi derajat ringan sampai sedang. Dia membuat regulasi sistem tubuh imun yang salah,” sebut Noroyono.
Sangat penting bagi orang tua untuk melakukan pencegahan alergi sedini mungkin karena dapat membantu keluarga, bahkan negara untuk menghemat beban ekonomi yang dapat terjadi akibat alergi. Prof Jose M Saavedra MD, Chairman of the Board Nestle Nutrition Institute, yang hadir pada kesempatan itu, menyebutkan prevalensi alergi di dunia yang juga meningkat beberapa dekade belakangan ini.
Studi ekonomi kesehatan tidak hanya dilakukan di Indonesia, juga di berbagai negara lain dengan benang merah yang sama, yaitu adanya penghematan biaya yang signifikan bila kita melakukan pencegahan primer alergi.
Sri noviarni
Pada mulanya alergi muncul dari interaksi faktor genetik dan lingkungan. Diketahui, apabila salah seorang dari orang tua memiliki alergi, maka risiko anak menderita alergi sebesar 20%-40%. Sementara, jika kedua orang tua mempunyai alergi, risiko tersebut semakin tinggi, yakni 40%-80%.
Alergi merupakan salah satu penyakit kronis yang akan muncul sepanjang tahun, bahkan bisa seumur hidup. Prof dr Sofyan Ismael Sp A(K), anggota Forum Sadar Alergi (ForNASA), dalam acara diskusi mengenai pencegahan primer alergi di Jakarta, 17 Februari lalu, mengatakan bahwa untuk menghindari alergi, pencegahan primer paling sederhana dan efektif adalah dengan memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi.
Komposisi dan volume ASI selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Pada lima hari pertama kehidupan si kecil, ibu akan menghasilkan kolostrum untuk mencukupi kebutuhan nutrisi si bayi. Karena itu, usahakan pada lima hari pertamanya, hanya ASI yang dikonsumsi si kecil. Bukan saja mengenyangkan, pemberian ASI juga menjadi bentuk aliran kasih sayang dari ibu untuk buah hatinya.
Bila atas indikasi medis bayi tidak bisa mendapatkan ASI, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan penggunaan formula hidrolisat parsial whey dan formula hidrolisat ekstensif kasein untuk mengurangi risiko alergi ketimbang susu sapi. “Meskipun formula tersebut tidak dapat menggantikan manfaat ASI,” ujar DR dr Zakiudin Munasir Sp A(K), spesialis anak subspesialis alergi-imunologi dari RSCM.
Pemilihan formula hidrolisat parsial memberikan rasa yang lebih baik dan ekonomis dibandingkan dengan formula hidrolisat ekstensif. Strategi pemberian susu hidrolisat parsial tersebut merupakan rekomendasi yang berbasis bukti ilmiah. Nutrisi di awal kehidupan amat besar pengaruhnya terhadap penyakit kronis yang mungkin menjangkiti anak pada masa mendatang.
Karena itu, ibu sangat disarankan untuk lebih jeli dalam memberikan asupan nutrisi untuk bayinya. “Kalau susu sapi diberikan di lima hari pertama usia bayi, risiko sensitisasi spesifik pada tubuh bayi akan lebih tinggi ketimbang bayi lain yang tak mengonsumsi susu sapi,” kata Sofyan.
Sementara itu, Ketua Subdivisi Feto- Maternal RSCM DR dr Noroyono Wibowo Sp OG(K) mengungkapkan pentingnya orang tua memiliki kesadaran alergi dan penyakit yang berhubungan dengan imunologi sejak ibu memasuki masa kehamilan. Dengan begitu, orang tua menjadi lebih waspada dan melakukan tindakan pencegahan primer alergi sejak dini.
Umumnya alergi itu dimulai ketika masih anak-anak. “Kalau memang alergi terhadap makanan, biasanya ibunya pada waktu hamil suka pantang dengan suatu makanan, di mana janinnya tidak terlatih dari awal kehidupan,” kata Noroyono. Adapun ibu hamil yang memiliki bakat alergi akan menimbulkan reaksi inflamasi (peradangan). Apalagi kalau tidak menghindari pencetus bakat alergi.
“Untuk menghindari inflamasi, sebaiknya waktu hamil sangat penting disarankan untuk menjauhi asap rokok. Terlebih, sejak usia kehamilan jangan pula pantang makan apa-apa karena bayinya bisa terbiasa dan pengenalan terhadap beragam jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari,” sebutnya.
Pada keadaan tertentu, seorang ibu yang mengalami berbagai kondisi sebelum dan saat hamil, misalnya obesitas, inflamasi karena peningkatan berat badan, kemungkinan anak menderita alergi menjadi semakin besar. Langkah pencegahan lain yang bisa dilakukan agar anak tak rentan alergi, yaitu saat mengandung disarankan agar ibu memperbanyak konsumsi sayuran serta menjaga asupan karbohidrat dan lemak.
Konsumsi karbohidrat dan lemak yang berlebih akan memicu inflamasi dalam tubuh. Hal ini dapat memicu imunitas tubuh bereaksi lebih keras dari biasanya. “Kalau kita terus-terusan makan karbohidrat dan lemak saja, itu bisa inflamasi derajat ringan sampai sedang. Dia membuat regulasi sistem tubuh imun yang salah,” sebut Noroyono.
Sangat penting bagi orang tua untuk melakukan pencegahan alergi sedini mungkin karena dapat membantu keluarga, bahkan negara untuk menghemat beban ekonomi yang dapat terjadi akibat alergi. Prof Jose M Saavedra MD, Chairman of the Board Nestle Nutrition Institute, yang hadir pada kesempatan itu, menyebutkan prevalensi alergi di dunia yang juga meningkat beberapa dekade belakangan ini.
Studi ekonomi kesehatan tidak hanya dilakukan di Indonesia, juga di berbagai negara lain dengan benang merah yang sama, yaitu adanya penghematan biaya yang signifikan bila kita melakukan pencegahan primer alergi.
Sri noviarni
(ftr)