Hamil Bukan Alasan Makan Berlebihan
A
A
A
BANYAK wanita beranggapan, ketika sedang hamil, porsi makanan mereka harus lebih banyak dari sebelumnya sebagai nutrisi tambahan untuk janin di dalam perut.
Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Wanita yang memiliki berat badan berlebih saat hamil ternyata berisiko pada kesehatan anak mereka di kemudian hari.
Seperti dikutip Dailymail , beberapa ahli kesehatan menyatakan, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang memiliki berat badan berlebih pada akhir masa kehamilannya, cenderung akan terserang penyakit seperti kelainan jantung, diabetes tipe 2, dan stroke.
Sebaliknya, wanita hamil harus memastikan untuk tetap menjalani gaya hidup sehat karena pada periode sebelum kelahiran merupakan masa emas untuk memberikan nutrisi yang baik untuk anak.
Hasil temuan ini diterbitkan sebagai bagian dari proyek penelitian terkait obesitas di Eropa, yang menyimpulkan harus segera mengembangkan strategi untuk mencegah obesitas pada anak perempuan dan wanita usia subur. Pentingnya diet yang sehat selama kehamilan menjadi sorotan utama dalam penelitian.
Sebagai bagian dari penelitian ini, para peneliti mengamati lebih dari 13.000 kelahiran pada 1930-an dan 40-an hingga usia mereka saat ini. Mereka menemukan plasenta dari para ibu dengan pola makan berlebih melemahkan janin terhadap hormon stres kortisol.
Peneliti asal University of Edinburgh mengungkapkan, hal ini menyebabkan kondisi pertumbuhan janin terus menurun dan bayi mereka akan mengalami mood disorders (gangguan suasana hati yang ekstrem) saat mereka dewasa nanti. Temuan penting lainnya, yaitu temuan yang berkaitan dengan pelindung di ujung DNA yang dikenal sebagai telomere.
Ukuran telomere yang panjang dapat melindungi DNA agar dapat bekerja dan cepat kembali pulih, sementara jika telomere lebih pendek akan menyebabkan mudah terserang penyakit dan usia pada anak yang lebih pendek. Penelitian ini juga menemukan, obesitas saat hamil cenderung akan berdampak pada ukuran telomere yang lebih pendek pada anak seiring bertambahnya usia.
Dr Patricia Iozzo dari Institute of Physiology Clinical, di Pisa, Italia, sekaligus pemimpin proyek ini, mengatakan jika seorang wanita hamil terlahir dengan telomere lebih pendek dan memiliki indeks massa tubuh yang tinggi, dia masih bisa memperbaiki keadaan dengan tetap bergerak aktif secara fisik yang nantinya dapat melahirkan anak yang lebih sehat.
“Proyek ini telah menggarisbawahi pentingnya mencegah obesitas pada kehamilan, mencegah kelebihan berat badan selama kehamilan, dan menjaga pola makan sehat tanpa terlalu banyak lemak yang nantinya dapat berdampak jangka pendek dan jangka panjang pada kesehatan ibu dan anaknya,” tambahnya.
“Dalam konteks agar sehat selama masa kehamilan, perhatian harus difokuskan pada pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas pada wanita yang masih muda, yang nantinya akan menjadi seorang ibu.
Strategi untuk mencapai target juga dibutuhkan untuk menjamin wanita hamil tidak mendapati dirinya memiliki kelebihan berat badan dan tetap menjaga kesehatan fisik dan mental demi kelahiran anaknya nanti,” tambahnya.
Larissa huda
Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Wanita yang memiliki berat badan berlebih saat hamil ternyata berisiko pada kesehatan anak mereka di kemudian hari.
Seperti dikutip Dailymail , beberapa ahli kesehatan menyatakan, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang memiliki berat badan berlebih pada akhir masa kehamilannya, cenderung akan terserang penyakit seperti kelainan jantung, diabetes tipe 2, dan stroke.
Sebaliknya, wanita hamil harus memastikan untuk tetap menjalani gaya hidup sehat karena pada periode sebelum kelahiran merupakan masa emas untuk memberikan nutrisi yang baik untuk anak.
Hasil temuan ini diterbitkan sebagai bagian dari proyek penelitian terkait obesitas di Eropa, yang menyimpulkan harus segera mengembangkan strategi untuk mencegah obesitas pada anak perempuan dan wanita usia subur. Pentingnya diet yang sehat selama kehamilan menjadi sorotan utama dalam penelitian.
Sebagai bagian dari penelitian ini, para peneliti mengamati lebih dari 13.000 kelahiran pada 1930-an dan 40-an hingga usia mereka saat ini. Mereka menemukan plasenta dari para ibu dengan pola makan berlebih melemahkan janin terhadap hormon stres kortisol.
Peneliti asal University of Edinburgh mengungkapkan, hal ini menyebabkan kondisi pertumbuhan janin terus menurun dan bayi mereka akan mengalami mood disorders (gangguan suasana hati yang ekstrem) saat mereka dewasa nanti. Temuan penting lainnya, yaitu temuan yang berkaitan dengan pelindung di ujung DNA yang dikenal sebagai telomere.
Ukuran telomere yang panjang dapat melindungi DNA agar dapat bekerja dan cepat kembali pulih, sementara jika telomere lebih pendek akan menyebabkan mudah terserang penyakit dan usia pada anak yang lebih pendek. Penelitian ini juga menemukan, obesitas saat hamil cenderung akan berdampak pada ukuran telomere yang lebih pendek pada anak seiring bertambahnya usia.
Dr Patricia Iozzo dari Institute of Physiology Clinical, di Pisa, Italia, sekaligus pemimpin proyek ini, mengatakan jika seorang wanita hamil terlahir dengan telomere lebih pendek dan memiliki indeks massa tubuh yang tinggi, dia masih bisa memperbaiki keadaan dengan tetap bergerak aktif secara fisik yang nantinya dapat melahirkan anak yang lebih sehat.
“Proyek ini telah menggarisbawahi pentingnya mencegah obesitas pada kehamilan, mencegah kelebihan berat badan selama kehamilan, dan menjaga pola makan sehat tanpa terlalu banyak lemak yang nantinya dapat berdampak jangka pendek dan jangka panjang pada kesehatan ibu dan anaknya,” tambahnya.
“Dalam konteks agar sehat selama masa kehamilan, perhatian harus difokuskan pada pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas pada wanita yang masih muda, yang nantinya akan menjadi seorang ibu.
Strategi untuk mencapai target juga dibutuhkan untuk menjamin wanita hamil tidak mendapati dirinya memiliki kelebihan berat badan dan tetap menjaga kesehatan fisik dan mental demi kelahiran anaknya nanti,” tambahnya.
Larissa huda
(ftr)