Dampak Positif Internet di Bidang Ekonomi dan Sosial
A
A
A
Kehadiran internet di Indonesia dianggap memberi banyak dampak positif terhadap kemajuan ekonomi maupun sosial masyarakat.
Mayoritas netizen menilai, teknologi membantu mereka bekerja dan belajar, juga mempermudah memulai bisnis maupun mencari produk dengan harga termurah ketika akan berbelanja.
Demikian hasil jajak pendapat “Views from Around the Globe: 2nd Annual Poll on How Personal Technology is Changing Our Lives” yang dilakukan Microsoft Corp. terhadap 12.002 pengguna internet dari 12 negara maju dan berkembang, mulai dari Brazil, China, Perancis, Jerman, India, Jepang, Rusia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, serta Amerika Serikat, dan tentu saja Indonesia.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan mulai dari tanggal 17 Desember 2014 sampai dengan 1 Januari 2015 tersebut sebanyak 85% pengguna internet di Indonesia merasa yakin bahwa teknologi personal mampu membantu inovasi bisnis. 84% juga merasa teknologi personal dibutuhkan untuk memulai bisnis baru, serta 84% yakin teknologi personal dapat meningkatkan peluang ekonomi.
Hal ini dialami oleh Rizka Fardhi, 28, ibu rumah tangga yang merintis bisnis online (menjual berbagai cemilan) sejak 2011. Rizka menilai bahwa bisnis online menawarkan berbagai kemudahan. Antara lain tidak perlu modal besar karena sistem transaksinya adalah bayar dulu baru barang dikirim.
Kemudian, promosi pun lebih mudah dilakukan lewat jejaring sosial yang dianggapnya sebagai platform marketing gratis. ”Bahkan Kepuasan konsumen pun langsung dapat diketahui dari testimoni para pembeli, sehingga menjadi referensi bagi pembeli lain. Dan yang terpenting adalah bisnis ini tidak membutuhkan sewa tempat atau kios,” paparnya.
Menurut Rizka, bisnis online perorangan seperti yang ia lakukan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat seiring semakin banyaknya masyarakat yang terjun pada bidang ini. Meski demikian, ia mengeluhkan minimnya kebijakan atau dukungan pemerintah yang memfasilitasi bisnis online yang sifatnya mandiri/perorangan.
Pertumbuhan e-commerce di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir juga membuat konsumen lebih adaptif untuk misalnya membanding-mandingkan harga barang dan mencari nilai harga pasaran termurah. Sebab, 82% netizen Indonesia mengatakan bahwa teknologi bisa membantu mereka memilih produk-produk dengan harga termurah.
Seperti yang dialami Nurul Sakina, 24. Karyawati swasta ini terbilang aktif menggunakan layanan online shopping dan membanding-bandingkan harga produk lewat online. ”Saya sudah memiliki akun di berbagai situs online shopping,” katanya. Menurut Nurul, online shopping memudahkan dirinya untuk mencari sebuah produk atau berbelanja tanpa harus datang ke pusat perbelanjaan. Mengaksesnya pun bisa kapan saja dan di perangkat apa saja.
”Banyak online shop yang memberikan penawaran menarik. Misalnya voucher belanja, harga produk yang lebih murah, serta variasi produk yang sulit dicari di toko atau mal,” katanya. ”Yang terpenting kita harus cermat memilih toko yang berkualitas dan terpercaya. Juga harus berhatihati karena terkadang barang yang ada di website belum tentu sama dengan aslinya,” paparnya memberi tips.
Presiden Direktur Microsoft Indonesia Andreas Diantoro mengatakan, data penggunaan internet untuk kepentingan ekonomi sejalan dengan tren meningkatnya nilai transaksi e-commerce di Indonesia. Berdasarkan data Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, pada 2013 transaksi e-commerce telah mencapai Rp130 triliun.
Adapun lembaga riset ICD memperkirakan angka tersebut akan terus bertumbuh hingga 42% dari 2012 sampai 2015. ”Pertumbuhan tersebut sangat mungkin terjadi mengingat banyaknya jumlah e-commerce di Indonesia, seperti Cekaja.com, Bhinneka.com, serta Gantibaju.com,” ujar Andreas.
Selain berperan penting terhadap ekonomi, teknologi personal juga diyakini membawa pengaruh positif terhadap aspek sosial. Sebanyak 84% pengguna internet di Indonesia setuju bahwa media sosial memiliki dampak yang positif bagi aktivisme sosial.
“Begitu banyak gerakan sosial di Indonesia yang semakin berkembang dengan bantuan media sosial. Gerakan-gerakan ini membawa nilai sangat positif karena mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu sosial, ” lanjut Andreas.
Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini pengguna internet masih khawatir akan keamanan privasi, khususnya ketika perlindungan hukum untuk pengguna teknologi personal dirasa masih kurang bagi masyarakat. Mark Penn, Executive Vice President and Chief Strategy Officer, Microsoft Corp. menilai ada perbedaan pandangan yang signifikan antara negara berkembang seperti Indonesia dengan negara maju.
Pertama, negara berkembang cenderung memiliki ketertarikan tinggi terhadap pemanfaatan teknologi, termasuk dampaknya terhadap ikatan sosial, ekonomi, serta kesehatan pribadi. Sementara negara maju lebih menaruh perhatian terhadap isu-isu yang dapat muncul dengan adanya teknologi.
Kedua, disaat 60% pengguna internet di negara berkembang merasa teknologi personal memiliki manfaat positif terhadap ikatan sosial, negara maju hanya 36% yang merasa seperti itu.
Danang arradian/ Cahyandaru kuncorojati
Mayoritas netizen menilai, teknologi membantu mereka bekerja dan belajar, juga mempermudah memulai bisnis maupun mencari produk dengan harga termurah ketika akan berbelanja.
Demikian hasil jajak pendapat “Views from Around the Globe: 2nd Annual Poll on How Personal Technology is Changing Our Lives” yang dilakukan Microsoft Corp. terhadap 12.002 pengguna internet dari 12 negara maju dan berkembang, mulai dari Brazil, China, Perancis, Jerman, India, Jepang, Rusia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, serta Amerika Serikat, dan tentu saja Indonesia.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan mulai dari tanggal 17 Desember 2014 sampai dengan 1 Januari 2015 tersebut sebanyak 85% pengguna internet di Indonesia merasa yakin bahwa teknologi personal mampu membantu inovasi bisnis. 84% juga merasa teknologi personal dibutuhkan untuk memulai bisnis baru, serta 84% yakin teknologi personal dapat meningkatkan peluang ekonomi.
Hal ini dialami oleh Rizka Fardhi, 28, ibu rumah tangga yang merintis bisnis online (menjual berbagai cemilan) sejak 2011. Rizka menilai bahwa bisnis online menawarkan berbagai kemudahan. Antara lain tidak perlu modal besar karena sistem transaksinya adalah bayar dulu baru barang dikirim.
Kemudian, promosi pun lebih mudah dilakukan lewat jejaring sosial yang dianggapnya sebagai platform marketing gratis. ”Bahkan Kepuasan konsumen pun langsung dapat diketahui dari testimoni para pembeli, sehingga menjadi referensi bagi pembeli lain. Dan yang terpenting adalah bisnis ini tidak membutuhkan sewa tempat atau kios,” paparnya.
Menurut Rizka, bisnis online perorangan seperti yang ia lakukan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat seiring semakin banyaknya masyarakat yang terjun pada bidang ini. Meski demikian, ia mengeluhkan minimnya kebijakan atau dukungan pemerintah yang memfasilitasi bisnis online yang sifatnya mandiri/perorangan.
Pertumbuhan e-commerce di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir juga membuat konsumen lebih adaptif untuk misalnya membanding-mandingkan harga barang dan mencari nilai harga pasaran termurah. Sebab, 82% netizen Indonesia mengatakan bahwa teknologi bisa membantu mereka memilih produk-produk dengan harga termurah.
Seperti yang dialami Nurul Sakina, 24. Karyawati swasta ini terbilang aktif menggunakan layanan online shopping dan membanding-bandingkan harga produk lewat online. ”Saya sudah memiliki akun di berbagai situs online shopping,” katanya. Menurut Nurul, online shopping memudahkan dirinya untuk mencari sebuah produk atau berbelanja tanpa harus datang ke pusat perbelanjaan. Mengaksesnya pun bisa kapan saja dan di perangkat apa saja.
”Banyak online shop yang memberikan penawaran menarik. Misalnya voucher belanja, harga produk yang lebih murah, serta variasi produk yang sulit dicari di toko atau mal,” katanya. ”Yang terpenting kita harus cermat memilih toko yang berkualitas dan terpercaya. Juga harus berhatihati karena terkadang barang yang ada di website belum tentu sama dengan aslinya,” paparnya memberi tips.
Presiden Direktur Microsoft Indonesia Andreas Diantoro mengatakan, data penggunaan internet untuk kepentingan ekonomi sejalan dengan tren meningkatnya nilai transaksi e-commerce di Indonesia. Berdasarkan data Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, pada 2013 transaksi e-commerce telah mencapai Rp130 triliun.
Adapun lembaga riset ICD memperkirakan angka tersebut akan terus bertumbuh hingga 42% dari 2012 sampai 2015. ”Pertumbuhan tersebut sangat mungkin terjadi mengingat banyaknya jumlah e-commerce di Indonesia, seperti Cekaja.com, Bhinneka.com, serta Gantibaju.com,” ujar Andreas.
Selain berperan penting terhadap ekonomi, teknologi personal juga diyakini membawa pengaruh positif terhadap aspek sosial. Sebanyak 84% pengguna internet di Indonesia setuju bahwa media sosial memiliki dampak yang positif bagi aktivisme sosial.
“Begitu banyak gerakan sosial di Indonesia yang semakin berkembang dengan bantuan media sosial. Gerakan-gerakan ini membawa nilai sangat positif karena mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu sosial, ” lanjut Andreas.
Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini pengguna internet masih khawatir akan keamanan privasi, khususnya ketika perlindungan hukum untuk pengguna teknologi personal dirasa masih kurang bagi masyarakat. Mark Penn, Executive Vice President and Chief Strategy Officer, Microsoft Corp. menilai ada perbedaan pandangan yang signifikan antara negara berkembang seperti Indonesia dengan negara maju.
Pertama, negara berkembang cenderung memiliki ketertarikan tinggi terhadap pemanfaatan teknologi, termasuk dampaknya terhadap ikatan sosial, ekonomi, serta kesehatan pribadi. Sementara negara maju lebih menaruh perhatian terhadap isu-isu yang dapat muncul dengan adanya teknologi.
Kedua, disaat 60% pengguna internet di negara berkembang merasa teknologi personal memiliki manfaat positif terhadap ikatan sosial, negara maju hanya 36% yang merasa seperti itu.
Danang arradian/ Cahyandaru kuncorojati
(ftr)