Gabus Pucung Bekasi Masuk Rekor MURI
A
A
A
BEKASI - Ribuan warga Bekasi memecahkan Musium Rekor Indonesia (MURI) setelah menyantap 3.000 bungkus makanan sayur gabus pucung yang disajikan dalam jumlah besar dalam acara makan bersama di Car Free Day (CFD) di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan, Kota Bekasi.
”Pemecahan rekor MURI untuk segmen kuliner ini sebagai bentuk kampanye mempopulerkan gabus pucung kepada masyarakat,” ujar Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi kepada Sindonews, Minggu 8 Maret. Menurutnya, Pemkot Bekasi ingin gabung pucung semakin dikenal masyarakat Indonesia.
Selain dikenal, kata dia, sayur gabus pucung sudah seharusnya masuk sebagai salah satu warisan budaya dari suku Betawi. Bahkan, rekor MURI tersebut mengalahkan rekor Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara dengan penyajian 2.500 bungkus makanan khasnya.
Pria yang akrab disapa Pepen ini menjelaskan, gabus pucung atau oleh orang Betawi menyebut sayur gabus pucung dulunya menjadi makanan primadona masyarakat Bekasi. Pada setiap acara adat atau acara sosial-masyarakat, menu gabus pucung selalu menjadi hidangan utama.
Hanya saja, lanjut dia, saat ini popularitas sayur gabus pucung di generasi muda mulai menurun seiring banyaknya menu makanan modern yang masuk ke Kota Bekasi. Padahal, gabus pucung merupakan hidangan sangat menyehatkan, rasanya gurih dan nikmat.
”Generasi muda harus kembali mengenal dan mengonsumsi gabus pucung,” ungkapnya. Sayur gabus pucung hampir menyerupai masakan rawon, milik masyarakat di Jawa Timur. Bedanya, gabus pucung menggunakan ikan gabus, sementara rawon memakai daging sapi.
Bumbunya memakai kluwak, dimasak hingga kuahnya berwana hitam dicampur dengan aneka rempah seperti bawang, dan lainnya. Sementara, tim dari MURI mememberikan penghargaan dengan kategori masakan khas daerah yang disajikan dalam jumlah terbanyak.
Dengan masuknya gabus pucung dalam MURI, diharapkan akan menarik minat mayarakat dari luar Kota Bekasi untuk mengonsumsi gabus pucung. Hanya saja, untuk mendapatkan bahan baku berupa ikan gabus kini semakin sulit, karena area rawa yang menjadi tempat berkembang biak ikan jenis ini semakin habis.
Banyak warung gabus pucung yang ada di Kota Bekasi mengimpor ikan dari daerah di luar Kota Bekasi, seperti Sumatera dan Kalimantan. Dan kegiatan yang digelar dalam Car Free Day ini sebagai rangkaian Hut Kota Bekasi ke-18 yang jatuh pada tanggal 10 Maret.
Perwakilan MURI, Awan Rahargo mengatakan, kegiatan pembagian sayur gabus pucung yang diadakan di Bekasi memang sudah memenuhi persyaratan pemecahan rekor. "Sebelumnya kami mencatat sebanyak 2.500 porsi, kali ini mencapai 3.000 lebih," katanya saat menyerahkan penghargaan.
”Pemecahan rekor MURI untuk segmen kuliner ini sebagai bentuk kampanye mempopulerkan gabus pucung kepada masyarakat,” ujar Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi kepada Sindonews, Minggu 8 Maret. Menurutnya, Pemkot Bekasi ingin gabung pucung semakin dikenal masyarakat Indonesia.
Selain dikenal, kata dia, sayur gabus pucung sudah seharusnya masuk sebagai salah satu warisan budaya dari suku Betawi. Bahkan, rekor MURI tersebut mengalahkan rekor Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara dengan penyajian 2.500 bungkus makanan khasnya.
Pria yang akrab disapa Pepen ini menjelaskan, gabus pucung atau oleh orang Betawi menyebut sayur gabus pucung dulunya menjadi makanan primadona masyarakat Bekasi. Pada setiap acara adat atau acara sosial-masyarakat, menu gabus pucung selalu menjadi hidangan utama.
Hanya saja, lanjut dia, saat ini popularitas sayur gabus pucung di generasi muda mulai menurun seiring banyaknya menu makanan modern yang masuk ke Kota Bekasi. Padahal, gabus pucung merupakan hidangan sangat menyehatkan, rasanya gurih dan nikmat.
”Generasi muda harus kembali mengenal dan mengonsumsi gabus pucung,” ungkapnya. Sayur gabus pucung hampir menyerupai masakan rawon, milik masyarakat di Jawa Timur. Bedanya, gabus pucung menggunakan ikan gabus, sementara rawon memakai daging sapi.
Bumbunya memakai kluwak, dimasak hingga kuahnya berwana hitam dicampur dengan aneka rempah seperti bawang, dan lainnya. Sementara, tim dari MURI mememberikan penghargaan dengan kategori masakan khas daerah yang disajikan dalam jumlah terbanyak.
Dengan masuknya gabus pucung dalam MURI, diharapkan akan menarik minat mayarakat dari luar Kota Bekasi untuk mengonsumsi gabus pucung. Hanya saja, untuk mendapatkan bahan baku berupa ikan gabus kini semakin sulit, karena area rawa yang menjadi tempat berkembang biak ikan jenis ini semakin habis.
Banyak warung gabus pucung yang ada di Kota Bekasi mengimpor ikan dari daerah di luar Kota Bekasi, seperti Sumatera dan Kalimantan. Dan kegiatan yang digelar dalam Car Free Day ini sebagai rangkaian Hut Kota Bekasi ke-18 yang jatuh pada tanggal 10 Maret.
Perwakilan MURI, Awan Rahargo mengatakan, kegiatan pembagian sayur gabus pucung yang diadakan di Bekasi memang sudah memenuhi persyaratan pemecahan rekor. "Sebelumnya kami mencatat sebanyak 2.500 porsi, kali ini mencapai 3.000 lebih," katanya saat menyerahkan penghargaan.
(nfl)