Pentingnya Nutrisi di 1.000 Hari Pertama

Senin, 09 Maret 2015 - 09:28 WIB
Pentingnya Nutrisi di 1.000 Hari Pertama
Pentingnya Nutrisi di 1.000 Hari Pertama
A A A
STATUSkesehatan seseorang ditentukan sejak dia masih dalam kandungan. Untuk itu, asupan nutrisi sejak dalam kandungan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan hingga dewasa.

Pada era yang semakin maju ini, seharusnya masyarakat kian melek nutrisi karena informasi terkait kesehatan dan nutrisi saat ini semakin mudah diakses.

Namun, justru belakangan ini tingkat kesehatan di Indonesia justru sedang menempati fase yang sangat memprihatinkan. Berdasarkan data dari Riskesdas, angka orang yang terjangkit berbagai penyakit kian meningkat. Misalkan saja pada 2007, proporsi obesitas sentral diderita oleh sebanyak 18,8%, angka ini mengalami peningkatan pada 2013 menjadi 26,6%. Tak hanya itu, kecenderungan prevalensi stroke juga turut meningkat.

Pada 2007, kecenderungan prevalensi stroke (per 1.000 orang) diderita hanya sekitar 8,3%, angka ini meningkat pada tahun 2013 mencapai 12,1%. Hasil ini akan terus meningkat jika wanita yang dalam masa kehamilan tidak memperhatikan nutrisi. Kesimpulan ini diambil berdasarkan temuan dari Riskesdas terkait proporsi wanita subur risiko kurang energi kronis (KEK), baik wanita yang sedang hamil maupun yang sedang dalam masa kehamilan.

Pada 2007, pada wanita subur tidak hamil berusia 15–19 tahun mengalami risiko kurang energi kronis (KEK) sekitar 31,3% dan meningkat pada 2013 menjadi 38,5%. Pada wanita hamil, angka KEK pada 2007 sekitar 30,9% dan meningkat menjadi 46,6% pada 2013. Fenomena ini disinyalir terjadi akibat kurangnya nutrisi yang diberikan sejak 1.000 hari pertama kehidupan, yakni 270 hari masa dalam kandungan dan 24 bulan atau 730 pertama setelah kelahiran.

Dampak jangka pendek kurang gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan bisa memengaruhi lambatnya perkembangan otak, pertumbuhan massa tubuh, dan komposisi badan yang tidak proporsional, serta mengalami gangguan metabolisme. Sementara dampak jangka panjangnya, akan memengaruhi kognitif dan prestasi belajar yang tidak optimal, sistem kekebalan dan daya tahan tubuh, hingga berisiko diabetes, obesitas, gangguan jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, bahkan disabilitas lansia.

“Masa kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan merupakan kesempatan untuk mencapai status kesehatan optimal di masa depan,” kata Dr Fiastuti Witjaksono, seorang ahli gizi dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Gizi dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dalam acara diskusi rutin bertajuk nutritalkyang diselenggarakan PT Sarihusada Generasi Mahardhika (Sarihusada) Rabu (4/2) di Gedung Sindo.

Dia menambahkan, nutrisi selama 1.000 hari pertama kehidupan akan menentukan kemampuan seorang anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Nutrisi yang kurang optimal bagi ibu hamil bisa dilihat dari kurangnya berat badan mereka selama masa kehamilan. Jika tetap dibiarkan tidak mengalami peningkatan, tentu akan menyebabkan kurangnya nutrisi pada janin dalam kandungan.

Ada beberapa kemungkinan yang timbul akibat kurang gizi, yakni tingginya risiko kematian pada bayi, rendahnya berat badan bayi, dan lambatnya perkembangan otak. “Pada masa periode emas anak, pertumbuhan otak berkembang sangat pesat hingga 80% dari otak orang dewasa. Pada masa ini diperlukan nutrisi yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal,” kata Fiastuti.

Namun, juga tidak dibenarkan untuk mengonsumsi makanan secara berlebihan. Ibu hamil hanya dianjurkan menambah asupan makanan sebanyak 300 kalori. Itu setara dengan hanya perlu menambah satu porsi dalam sehari, misalkan dalam sehari makan tiga porsi, maka saat hamil diperbolehkan untuk menambahnya jadi empat porsi, bukan menjadi dua kali lipat, yaitu enam porsi. Jika terlalu banyak, janin dalam kandungan akan berisiko obesitas setelah kelahiran.

Setelah kelahiran pun harus dipantau perkembangannya. Setelah masa kelahiran, berat badan bayi paling tidak harus mencapai 2.500 gram atau 2,5 kg, dan untuk panjang bayi harus mencapai 48 cm agar dikatakan sebagai bayi normal. Ini akan sangat memengaruhi kondisinya pada masa mendatang. Asupan harus mencukupi, tidak boleh kurang tidak boleh lebih. “Apa yang didapat oleh bayi sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun sangat bergantung pada asupan sang ibu,” ujar Dr Fiastuti Witjaksono.

Sangat penting bagi ibu untuk mempunyai status gizi baik dan tidak mengalami kurang energi kronis (KEK) dan anemia. Selain itu, ibu wajib mengonsumsi makanan bergizi dan suplemen tambahan yang mengandung zat besi (fe), asam folat, dan vitamin C yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya anemia. Periksakan kondisi kehamilan secara rutin.

Terakhir, mempersiapkan inisiasi menyusu dini (IMD) dan air susu ibu (ASI) eksklusif untuk bayinya kelak. Anak yang tidak mencapai batas minimal kesehatan yang optimal, tentu akan sulit berkembang karena kesehatannya terganggu, daya berpikirnya kurang, banyak infeksi serta gangguan, dan sebagainya. Oleh karena itu, menanamkan kebiasaan hidup sehat sangat penting untuk menyiapkan generasi yang sehat Indonesia agar dapat bersaing pada masa mendatang.

“Tentu saja para calon ibu harus mempersiapkan terlebih dahulu masa kehamilannya, sebelum dia hamil,” tambahnya. Sadar akan pentingnya nutrisi sejak usia dini dan bentuk komitmennya terhadap nutrisi, PT Sarihusada Generasi Mahardhika (Sarihusada) menyelenggarakan diskusi rutin bertajuk nutritalk. Kegiatan ini sudah berlangsung sejak 2011 dengan melibatkan pakar kesehatan, ahli nutrisi, pembuat kebijakan, NGO, serta para ahli lainnya yang mengupas masalah gizi dan kesehatan ibu dan anak.

Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan ini, yaitu media penyebaran ilmu gizi kepada masyarakat luas. Hal ini menjadi satu upaya memberikan edukasi gizi yang menjadi komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak Indonesia. Salah satu program yang sedang digalakan adalah program Ayo Melek Gizi (AMG).

Larissa huda
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6300 seconds (0.1#10.140)