Sikat Gigi Tepat, Gigi Sehat

Selasa, 10 Maret 2015 - 09:27 WIB
Sikat Gigi Tepat, Gigi Sehat
Sikat Gigi Tepat, Gigi Sehat
A A A
MENYIKAT gigi dua kali sehari merupakan salah satu cara merawat gigi. Tidak hanya itu, pemilihan sikat gigi yang tepat juga krusial dalam menjaga kesehatan gigi.

Pasalnya, sikat gigi berpengaruh terhadap proses pembersihan dan pengangkatan plak gigi secara optimal. Memang, menyikat gigi menjadi satu-satunya cara dalam membersihkan plak. Namun faktanya, menggosok gigi secara berkala dua kali sehari ternyata tak cukup untuk menyingkirkan plak pada gigi jika tidak diimbangi dengan pemilihan sikat gigi yang baik.

Terlebih gigi belakang. Bagian gigi ini memiliki alur dan celah yang sulit dijangkau saat menyikat gigi. Tak heran, gigi belakang paling sering ditemukan berlubang. Data dari British Dental Journal menyebutkan, 85% gigi berlubang ditemukan di gigi belakang yang membuatnya berisiko dua kali lebih besar terkena karies.

Sebab, ketika tidak dibersihkan dengan cermat, sisa makanan membusuk dan akhirnya membuat gigi berlubang. Prosesnya memang memakan waktu lama. Perlahan gigi yangkeras menjadi lunak karena asam sehingga akhirnya berlubang.

“Penyebab akumulasi plak gigi dan gigi berlubang dua kali lebih besar paling sering ditemukan pada gigi belakang. Alasannya, bentuk mulut cenderung menyempit di bagian belakang,” kata Dr Ratna Meidyawati drg SpKG(K) dalam acara peluncuran sikat gigi Pepsodent Deep Clean di Hotel Intercontinental Jakarta (3/3).

Jadi, ahli konservasi gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia itu mengemukakan, untuk membersihkan lapisan plak yang merupakan tempat berkumpulnya bakteri di gigi dan penyebab gigi berlubang diperlukan sikat gigi yang mampu mengikuti kontur mulut manusia. Dengan begitu, dapat menjangkau gigi bagian belakang.

Pakem sikat gigi yang baik dilatarbelakangi oleh sejarah peralatan dokter gigi yang dipopulerkan oleh bapak kedokteran gigi modern GV Black. “Instrumen alat kedokteran gigi yang baik adalah yang ujungnya sejajar dengan gagangnya sehingga mencegah perputaran, meningkatkan kestabilan dan keseimbangan. Juga, mudah dikendalikan dan meningkatkan akurasi serta jangkauan,” kata Drg Ratu Mirah Afifah GCClinDent MDSc, Head of Proffesional Relationship Oral Care PT Unilever Indonesia Tbk.

Perlu diketahui, setiap orang memiliki kondisi mulut dan gigi berbeda sehingga pemilihan bulu sikat yang tepat bagi setiap orang tidak bisa dipukul rata. Jika memiliki penyakit periodontal (penyakit pada gusi dan penyangga gigi seperti gusi berdarah) misalnya, dianjurkan menggunakan bulu sikat jenis softatau lembut.

Sementara pada kondisi mulut dan gigi yang normal disarankan menggunakan bulu sikat medium atau sedang. Pada kesempatan itu, Ratna juga mengingatkan agar tidak memakai sikat gigi orang lain. Berbagi sikat gigi berkontribusi membuat gigi berlubang karena bisa menyebarkan kuman antarmulut.

Akibatnya, kuman di mulut menjadi semakin banyak dan risiko berlubang pun menjadi semakin tinggi. “Karies penyebabnya kuman, kalau kuman itu pindah ke orang lain, bisa jadi juga karies. Memang kuman karies ada di dalam mulut, tapi kalau kita tukar-tukaran bisa semakin berkembang,” sebut Ratna.

Tak jadi masalah jika berbagi pasta gigi. Hanya, berhubung kandungan flouridepada pasta gigi orang dewasa dan anak berbeda, saat si anak menggunakan pasta gigi orang tuanya cukup taruh sebesar biji jagung di atas sikat giginya. Adapun kebiasaan meludah sembarangan juga bisa menyebabkan gigi berlubang.

Selain dipandang tidak etis, meludah juga akan membuat mulut menjadi kering. Padahal, air liur dalam mulut dibutuhkan untuk melindungi gigi dari bakteri yang menghasilkan asam. Saliva diketahui mengandung kalsium dan fluor. Ini merupakan mineral yang dapat mencegah terjadinya penumpukan plak dan karies pada gigi.

Jika kualitas saliva rendah, dapat menyebabkan risiko tinggi karies gigi yang kemudian dapat memicu berbagai permasalahan seperti gigi berlubang dan rasa sakit. Bagi yang memiliki saliva berbusa, menandakan kondisi saliva yang kental. Sementara yang encer dan bening menandakan saliva dalam kondisi lebih baik.

“Kualitas saliva akan menentukan tendensi untuk karies gigi, apakah akan tinggi atau rendah. Kalau dikumpulkan selama lima menit, air liur yang baik harus ada lima mililiter atau tidak banyak berbusa,” kata Ratna.

Selain berbagi sikat gigi dan meludah, menyuapi anak makanan yang sudah dikunyah juga berpeluang dalam meningkatkan risiko gigi rusak pada anak. Mulai sekarang, segera hentikan kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut.

Sri noviarni
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4600 seconds (0.1#10.140)