Adu Strategi APM saat Pasar Lesu

Kamis, 12 Maret 2015 - 09:53 WIB
Adu Strategi APM saat...
Adu Strategi APM saat Pasar Lesu
A A A
STOK mobil di sejumlah dealer semakin menumpuk sebagai dampak lesunya penjualan ke konsumen. Meski pasar lesu, sejumlah agen pemegang merek (APM) tetap saja menyuplai mobil ke sejumlah dealer mereka.

Pemberian diskon besar-besaran bukannya tidak mungkin menjadi strategi utama dealer untuk menguras stok kendaraannya. Namun, untuk kondisi saat ini, strategi tersebut belum tentu ampuh karena depresiasi nilai tukar rupiah ke dolar Amerika yang semakin merosot dan membuat daya beli masyarakat konsumen menurun.

Selain itu, tidak semua konsumen mau membeli barang stok meski mendapat diskon yang besar dari dealer. Konsumen lebih baik menunggu untuk membeli mobil dengan tahun kehadiran terbaru karena pertimbangan bisa mendapat depresiasi harga yang lebih rendah ketika ingin dijualnya kembali.

Maklum, karakteristik konsumen Indonesia masih menjadikan mobil sebagai salah satu sarana investasi. Bisa dipastikan, kondisi tersebut akan membebani dealer dan APM karena biaya yang ditanggung mereka akan meningkat. Kondisi ini perlu diwaspadai agar dampak negatif bisa dihindari, terutama terhadap konsumen. Itu karena kualitas dan kuantitas layanan purnajual yang diperoleh tidak optimal.

Hal ini sebagai dampak dari berkurangnya anggaran dealer maupun APM. Namun, dari data Gaikindo juga terlihat bahwa tidak semua APM mengambil strategi mendorong suplai ke dealer secara besar-besaran sehingga stok mobilnya tetap terjaga atau stabil. Langkah strategi menyesuaikan pasokan dan permintaan berdasarkan dinamika pasar tampaknya dilakukan beberapa APM untuk menyiasati kondisi yang terjadi saat ini.

“Masing-masing APM tentu mempunyai strategi dalam menghadapi situasi pasar saat ini, dan kami lebih memilih mengikuti dinamika pasar dengan mempertahankan keseimbangan supply dan demand agar tingkat efisiensi tetap tercapai sehingga alokasi biaya untuk pelayanan konsumen tetap bisa dipertahankan pada posisi optimal,” kata Vice President PT Toyota-Astra Motor (TAM) Suparno Djasmin.

Menurut pria yang akrab disapa Abong ini, saat ini TAM menjaga agar stok tidak melebihi angka 50% dari penjualan bulanan. Diakuinya, langkah ini membuat data penjualan whole sale TAM pada Januari lalu tidak mengalami pertumbuhan atau stabil. Sebagai gambaran, menurut catatan Gaikindo, angka penjualan whole sale TAM pada Desember 2014 tercatat 27.123 unit dan Januari lalu tercatat 27.166.

“Konsekuensinya ya itu, pertumbuhan penjualan whole sale Toyota menjadi sangat terbatas,” kata Abong. Dia menyebutkan, strategi tersebut juga terkait dengan pasar kendaraan roda empat yang saat ini memang belum sesuai harapan karena konsumen masih banyak mengambil sikap menunggu. “Yang jelas, kami berharap pasar bisa segera membaik. Namun, pastinya kapan masih sulit diprediksi,” katanya.

Hal yang sama juga diakui Suzuki Indomobil Sales. Kondisi pasar di awal 2015, menurut Direktur Marketing & DND PT Suzuki Indomobil Sales Davy Tuilan, memang cukup berat karena terjadi penurunan penjualan hampir di semua segmen. Whole sale dan retail sale untuk semua segmen Suzuki rata-rata turun 35% di semua daerah.

Jika sampai awal April penjualan domestik tidak seperti tahun lalu yang bisa menyentuh angka 100.000 unit, kondisinya semakin bertambah berat. “Penerapan strategi diskon pun untuk kondisi pasar sekarang tidak akan mampu mendorong pasar menjadi pulih. Apalagi dengan nilai tukar yang tinggi, kami perlu hitung ulang semuanya,” kata Davy.

Dia juga mengatakan, karena kondisi yang ada saat ini, pihaknya juga terpaksa mengundur jadwal peluncuran produk baru Suzuki hingga kuartal II atau III, dari rencananya di kuartal I.

Boleh jadi, strategi yang diterapkan Toyota dan Suzuki merupakan salah satu pilihan terbaik yang harus ditempuh para APM dalam menyiasati kondisi pasar saat ini.

Anton c
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0753 seconds (0.1#10.140)