Sering Buang Air Kecil, Sehatkah?
A
A
A
JAKARTA - Buang air kecil atau berkemih terkadang merepotkan seseorang. Seringnya berkemih terkadang menjadi pertanyaan bagi sebagian. Apakah berkemih sehat? Bagaimana dengan kesehatan ginjalnya?
Menurut dokter konsultan ginjal hipertensi, Parlindungan Siregar, ada penyakit tertentu yang dapat memengaruhi frekuensi berkemih. Seperti infeksi saluran kencing, yang mengakibatkan frekuensi berkemih semakin sering.
"Namun jika seseorang sehat, minumnya banyak, maka seringnya berkemih bukan jadi tanda-tanda dari penyakit ginjal," papar Parlindungan, di Jakarta.
Seseorang yang banyak minum makan osmolaritas darah menurun. Sehingga, tidak ada rangsangan hormon antidiuretik (ADH) pada otak. Oleh karena itu, air yang diminum segera dikeluarkan melalui urine.
Lebih lanjut Parlindungan menjelaskan, berbeda dengan seseorang yang sedikit minum. Maka osmolaritas darah meningkat. Oleh karena itu, ada rangsangan ADH di otak yang memicu air minum tidak langsung dikeluarkan melalui urine.
ADH atau hipotalamus merupakan hormon yang ada di bagian otak. Hormon tersebut berfungsi untuk membuat saluran-saluran ke aliran darah dalam proses penyerapan cairan.
"Rangsangan otak produksi ADH sangat dipengaruhi oleh kebutuhan cairan oleh tubuh. Semakin banyak minum, kebutuhan tubuh terhadap cairan menurun, maka orang mengeluarkan urine lebih banyak," pungkasnya.
Parlindungan menganjurkan, orang yang berada di bawah usia 60 tahun, disarankan minum sebanyak 2-3 liter dalam sehari. Jika seseorang minum sesuai dengan rekomendasi tersebut, maka wajar bila mengeluarkan cukup banyak urine. 2-3 liter bisa didapatkan melalui minuman atau makanan.
Menurut dokter konsultan ginjal hipertensi, Parlindungan Siregar, ada penyakit tertentu yang dapat memengaruhi frekuensi berkemih. Seperti infeksi saluran kencing, yang mengakibatkan frekuensi berkemih semakin sering.
"Namun jika seseorang sehat, minumnya banyak, maka seringnya berkemih bukan jadi tanda-tanda dari penyakit ginjal," papar Parlindungan, di Jakarta.
Seseorang yang banyak minum makan osmolaritas darah menurun. Sehingga, tidak ada rangsangan hormon antidiuretik (ADH) pada otak. Oleh karena itu, air yang diminum segera dikeluarkan melalui urine.
Lebih lanjut Parlindungan menjelaskan, berbeda dengan seseorang yang sedikit minum. Maka osmolaritas darah meningkat. Oleh karena itu, ada rangsangan ADH di otak yang memicu air minum tidak langsung dikeluarkan melalui urine.
ADH atau hipotalamus merupakan hormon yang ada di bagian otak. Hormon tersebut berfungsi untuk membuat saluran-saluran ke aliran darah dalam proses penyerapan cairan.
"Rangsangan otak produksi ADH sangat dipengaruhi oleh kebutuhan cairan oleh tubuh. Semakin banyak minum, kebutuhan tubuh terhadap cairan menurun, maka orang mengeluarkan urine lebih banyak," pungkasnya.
Parlindungan menganjurkan, orang yang berada di bawah usia 60 tahun, disarankan minum sebanyak 2-3 liter dalam sehari. Jika seseorang minum sesuai dengan rekomendasi tersebut, maka wajar bila mengeluarkan cukup banyak urine. 2-3 liter bisa didapatkan melalui minuman atau makanan.
(nfl)