Pasar Robotika Akan Tumbuh 12%
A
A
A
Permintaan akan robot industri akan naik sebesar 12 persen per tahun dalam dua tahun ke depan. Industri automotif dan elektronika diperkirakan akan paling banyak berinvestasi dalam bidang robotika.
The International Federation of Robotics (Federasi Internasional Robotika) menyatakan, angka pertumbuhan rata-rata per tahun diperkirakan mencapai 12 persen antara 2015 hingga 2017. Di Asia dan Australia sendiri, penjualan robot industri diperkirakan akan tumbuh sebesar 16 persen per tahun dengan pendorong utama datang dari industri automotif dan elektronika yang akan meningkatkan investasi dalam bidang robotika ini.
“Kolaborasi antara manusia dan robot akan menjadi kenyataan dalam era baru robotika,” tegas Lim Say Leong, Asisten Wakil Presiden, bagian Pemasaran ABB. ABB yang merupakan salah satu pemimpin global dalam bidang teknologi dan otomasi akan menampilkan solusi robotika di ajang MetalAsia 2015 (MTA 2015) pada April 2015 mendatang.
Lim menjelaskan bahwa kolaborasi antara manusia dan robot akan banyak terjadi pada saat proses perakitan komponen-komponen berukuran kecil. Manusia dan robot akan saling bekerjasama tanpa ada pembatas dan peralatan pelindung atau penghalang lainnya. Misalnya saja adanya komponen plug-and-produce (colok dan produksi) yang akan memberi keleluasaan bagi mereka yang minim pengalaman di bidang robotika untuk memprogram dan mengintegrasikan robot dalam proses produksi yang ada.
“Kami bertumpu pada tampilan pemrograman ‘what you see is what you get’. Sehingga kami berharap bahwa aplikasi visual serta pemrograman dengan pengajaran (bukan coding) akan makin memudahkan pemrograman bagi generasi berikutnya,” katanya. Untuk bisa melakukan semua pekerjaan yang dikehendaki penggunanya, maka robot perlu mengembangkan kemampuan “menyerupai manusia”, misalnya kemampuan menemukan, mengidentifikasi dan memanipulasi obyek.
ABB sendiri telah mengembangkan Integrated Force Control (Kendali Kekuatan Terpadu) dan Integrated Vision (Penglihatan Terpadu) generasi baru untuk menghadirkan teknologi canggih ini kepada lebih banyak pengguna akhir. Para pelaku industri seharusnya sudah menyiapkan diri dalam menghadapi otomatisasi yang akan terjadi saat ekonomi membaik nantinya.
Sebab, proses otomatisasi akan berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas bisnis, dimana sumber daya dan waktu untuk memproduksi barang berkualitas tinggi secara konsisten nantinya akan mengalami penurunan. Bagi para produsen, robot tak hanya meningkatkan produktivitas tapi juga mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon dioksida dalam jumlah besar.
Pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya jumlah kelas menengah di Asia Tenggara dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi telah menciptakan generasi muda yang menghindari pekerjaan kotor, berbahaya dan membosankan, yang merupakan ciri khas dalam proses manufaktur belakangan ini. Kondisi ini menciptakan kebutuhan akan pekerjaan yang lebih menarik dan bernilai di pasaran sehingga memberi tantangan bagi para produsen untuk memperbaiki dan mengubah organisasi SDM nya.
Bahkan beberapa perusahaan skala kecil dan menengah mulai mengunakan robotik sebagai sarana mempertahankan tenaga kerja berbakat dan menarik generasi muda mewarisi bisnis tersebut. Saat ini, para pelaku dunia usaha harus berpikir ulang untuk menambah nilai lebih bagi produk dan layanan yang disediakannya karena prospek ekonomi yang tak menentu, harga minyak yang rendah dan naiknya volatilitas pasar.
Danang arradian
The International Federation of Robotics (Federasi Internasional Robotika) menyatakan, angka pertumbuhan rata-rata per tahun diperkirakan mencapai 12 persen antara 2015 hingga 2017. Di Asia dan Australia sendiri, penjualan robot industri diperkirakan akan tumbuh sebesar 16 persen per tahun dengan pendorong utama datang dari industri automotif dan elektronika yang akan meningkatkan investasi dalam bidang robotika ini.
“Kolaborasi antara manusia dan robot akan menjadi kenyataan dalam era baru robotika,” tegas Lim Say Leong, Asisten Wakil Presiden, bagian Pemasaran ABB. ABB yang merupakan salah satu pemimpin global dalam bidang teknologi dan otomasi akan menampilkan solusi robotika di ajang MetalAsia 2015 (MTA 2015) pada April 2015 mendatang.
Lim menjelaskan bahwa kolaborasi antara manusia dan robot akan banyak terjadi pada saat proses perakitan komponen-komponen berukuran kecil. Manusia dan robot akan saling bekerjasama tanpa ada pembatas dan peralatan pelindung atau penghalang lainnya. Misalnya saja adanya komponen plug-and-produce (colok dan produksi) yang akan memberi keleluasaan bagi mereka yang minim pengalaman di bidang robotika untuk memprogram dan mengintegrasikan robot dalam proses produksi yang ada.
“Kami bertumpu pada tampilan pemrograman ‘what you see is what you get’. Sehingga kami berharap bahwa aplikasi visual serta pemrograman dengan pengajaran (bukan coding) akan makin memudahkan pemrograman bagi generasi berikutnya,” katanya. Untuk bisa melakukan semua pekerjaan yang dikehendaki penggunanya, maka robot perlu mengembangkan kemampuan “menyerupai manusia”, misalnya kemampuan menemukan, mengidentifikasi dan memanipulasi obyek.
ABB sendiri telah mengembangkan Integrated Force Control (Kendali Kekuatan Terpadu) dan Integrated Vision (Penglihatan Terpadu) generasi baru untuk menghadirkan teknologi canggih ini kepada lebih banyak pengguna akhir. Para pelaku industri seharusnya sudah menyiapkan diri dalam menghadapi otomatisasi yang akan terjadi saat ekonomi membaik nantinya.
Sebab, proses otomatisasi akan berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas bisnis, dimana sumber daya dan waktu untuk memproduksi barang berkualitas tinggi secara konsisten nantinya akan mengalami penurunan. Bagi para produsen, robot tak hanya meningkatkan produktivitas tapi juga mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon dioksida dalam jumlah besar.
Pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya jumlah kelas menengah di Asia Tenggara dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi telah menciptakan generasi muda yang menghindari pekerjaan kotor, berbahaya dan membosankan, yang merupakan ciri khas dalam proses manufaktur belakangan ini. Kondisi ini menciptakan kebutuhan akan pekerjaan yang lebih menarik dan bernilai di pasaran sehingga memberi tantangan bagi para produsen untuk memperbaiki dan mengubah organisasi SDM nya.
Bahkan beberapa perusahaan skala kecil dan menengah mulai mengunakan robotik sebagai sarana mempertahankan tenaga kerja berbakat dan menarik generasi muda mewarisi bisnis tersebut. Saat ini, para pelaku dunia usaha harus berpikir ulang untuk menambah nilai lebih bagi produk dan layanan yang disediakannya karena prospek ekonomi yang tak menentu, harga minyak yang rendah dan naiknya volatilitas pasar.
Danang arradian
(bbg)