Ketika Laptop Semakin Tipis

Selasa, 17 Maret 2015 - 13:17 WIB
Ketika Laptop Semakin Tipis
Ketika Laptop Semakin Tipis
A A A
Tahun ini kita akan melihat semakin fokusnya vendor untuk mengembangkan komputer jinjing yang ukurannya semakin tipis, semakin ringan, dan menyala lebih lama. Ini sesuai dengan perilaku konsumen yang mengedepankan mobilitas dan kepraktisan.

Ada banyak hal yang melatar belakangi tren perangkat laptop yang lebih kompak itu. Bisa dilihat dari kebiasaan konsumen dalam menikmati perangkat yang serba portable. Mulai dari smartphone hingga tablet. Karena itu, mereka menginginkan perangkat laptop yang tujuannya untuk kegiatan produktif pun punya karakter serupa.

Alasan lainnya juga berangkat dari tren Bring Your Own Device (BYOD) yang semakin marak di kota-kota besar. Mobilitas warga urban yang menggunakan perangkat pribadi untuk bekerja dimana saja (kafe, restoran, atau mal), tentu melahirkan kebutuhan akan perangkat laptop yang ringan dan tipis sehingga mudah dibawa-bawa dan tidak menghabiskan banyak ruang di tas, juga daya tahan baterai seharian agar tidak membuat pengguna tergantung pada colokan listrik.

Tantangan itu memang sudah berupaya dijawab oleh vendor sejak 4 tahun silam lewat kategori ultrabook. Dan kini, teknologinya sudah semakin maju. Para vendor mampu menghadirkan laptop dengan ketebalan kurang dari 1 inci, berat tak kurang dari 1 kg, serta daya tahan baterai yang diklaim mencapai 6 jam hingga 20 jam.

Penggunaan media penyimpanan SSD (Solid State Drive) dibanding HDD (Hard Disk Drive) mampu mempercepat proses booting, serta memproses aplikasi dan data. SSD juga irit tenaga, ringan, lebih rentan terhadap benturan, dingin, serta lebih tipis. Karena itu, SSD menjadi pilihan wajib untuk perangkat laptop ultraportable.

Tentu saja, portabilitas memang sulit digabungkan dengan tenaga. Jika memang Anda memilih untuk menjadi portable, maka harus siap mengorbankan beberapa hal. Misalnya, performa untuk melakukan pekerjaan komputasi yang kompleks dan berat. ”Perangkat laptop yang tipis umumnya menggunakan prosesor low voltage sehingga performanya lebih rendah dibanding prosesor high voltage layaknya laptop reguler yang berukuran tebal,” jelas Azis Wonosari, Technical Manager Lenovo Indonesia.

Oleh karena itu umumnya laptop tipis tidak banyak dipergunakan oleh mereka yang melakukan kegiatan desain maupun yang memiliki hobi gaming. Meski, inovasi kesana sudah ada dengan hadirnya berbagai macam laptop tipis yang memiliki kemampuan gaming dan spesifikasi yang upgradeable.

Peminat produk-produk laptop tipis maupun ultra tipis umumnya adalah mereka yang kegiatan atau pekerjaan sehari-harinya menuntut untuk melakukan mobilitas tinggi. Misalnya meeting di berbagai tempat. Atau malah pebisnis yang biasa harus melakukan perjalanan jauh dalam kegiatan bisnis namun harus selalu terhubung dengan internet dan kemampuan komputasi yang mendukung kegiatannya.

Nah, pengguna produk laptop jenis ini pun bisa dilihat dari kisaran harganya yang berkisar di atas Rp5 juta hingga belasan atau bahkan puluhan juta. Ini menunjukkan bahwa laptop tipis maupun yang ultra tipis sesuai dengan daya beli segmen konsumen menengah ke atas. “Tentu saja laptop yang benar-benar tipis atau ultrathin harganya bisa belasan juta.

Semakin tipis biasanya justru makin mahal,” ungkap Yasin Purnomo, salah satu pemilik toko komputer di Jakarta. Jika melihat desain laptop tipis yang ada saat ini, bisa dikatakan bahwa tren laptop tipis tidak akan kehilangan peminatnya meskipun harganya yang terbilang sangat mahal, mengingat kini tiap brand berlomba-lomba untuk menawarkan produk yang cukup high tech dengan harga yang dapat dijangkau.

Cahyandaru kuncorojati
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6784 seconds (0.1#10.140)