The Swing Boss Memadukan Tradisi Jawa dan Jazz

Rabu, 18 Maret 2015 - 09:05 WIB
The Swing Boss Memadukan Tradisi Jawa dan Jazz
The Swing Boss Memadukan Tradisi Jawa dan Jazz
A A A
JAWA dan jazz merupakan tradisi yang sudah sangat mengakar kuat di Indonesia. Tradisi Jawa yang sudah ratusan tahun ini kemudian membentuk ritual kebudayaan serta mitos.

Sementara jazz sebagai salah satu genre musik dunia, cukup berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Dua tradisi itu lalu diterjemahkan The Swing Boss dalam bermusik. The Swing Boss sebagai band bergenre jazz inovatif asal Indonesia menawarkan konsep yang terbilang unik, sebuah musik perpaduan jazz dengan Jawa.

Didirikan sejak Mei 2014 oleh tujuh sahabat karib untuk menghargai musik-musik tradisional Indonesia. Terlihat dari proyek mereka, band yang digawangi Om Imry (saksofon), Donny (bass), Sofyan (gitar), Eko (drum), Jacob (piano), dan Olva (keyboard ), dan Iva (vokal) ini sering membawakan musik Jazz yang disambungkan dengan tema Indonesia yang menarik.

Beberapa proyek yang pernah dituntaskan, A Jazz tribute to Indonesian Folk Song dan A Jazz Tribute to Indonesian Heroes . Pada pertunjukan mereka kali ini, tepatnya di Galeri Indonesia Kaya (GIK), Grand Indonesia akhir pekan lalu, The Swing Boss menggaet seorang sinden ternama Tanah Air, Sruti Respati, untuk berkolaborasi menyanyikan lagu-lagu Jawa. Perempuan berkelahiran 26 September 1980 ini ikut kolaborasi ini lantaran ingin memopulerkan kembali musik keroncong di Indonesia.

Terlebih saat ini gaungnya sudah tidak terdengar. Adanya kolaborasi dengan The Swing Boss diharapkan akan membuat keroncong kembali diminati. “Selain karena alirannya musik jazz, acara ini menjadi salah satu media buat saya untuk memopulerkan musik keroncong,” kata Sruti. “Saya ambil momennya untuk promosi musik keroncong,” tambah alumnus Fakultas Sastra dan Seni Rupa, jurusan Sastra Daerah Universitas Sebelas Maret (UNS) ini.

Sruti merasakan bagaimana kolaborasi dengan The Swing Boss ini memberikan pengalaman unik kepada penonton saat mendengarnya. Menurut dia, perpaduannya begitu terasa berbeda dengan musik jazz pada umumnya. Kemasan musik jazz yang dihadirkan menampilkan lagu-lagu folk song Jawa, mengurangi pakem, tapi akrab di telinga penikmatnya. Itu sebab perhelatan kali ini dilabeli A Jazz tribute to Javanese Folk Song .

Sinden yang merupakan istri pembalap Wahyu Gareng Wijayanto ini mengatakan, seharusnya musik jazz Indonesia jangan sampai sama dengan musik jazz Barat. Musik jazz Indonesia, katanya, harus tetap memiliki unsur musik atau budaya Indonesia. Lagu-lagu yang dinyanyikan menjadi contoh musik jazz yang berasal dari Amerika Serikat itu kental dengan budaya Jawa yang memperlihatkan keaslian Indonesia.

Pada kesempatan itu lagu-lagu yang dinyanyikan, seperti Jangkrik Genggong, Bengawan Solo , Gambang Suling, Gundul Pacul, Cing Cang Keling, Rek Ayo Rek , dan beberapa lagu Jawa lainnya yang dibawakan dengan versi jazz. Pertunjukan ini cukup sukses. Ratusan penonton yang hadir terhibur. Setiap dua musisi ini selesai menyanyi, penonton memberi tepuk tangan dan tersenyum, tanda puas.

Pertunjukan ini memberikan sudut pandang baru dalam menilai musik bahwa ternyata musik Indonesia sangatlah kaya dan menarik untuk dieksplorasi lebih. Jacob, kibordis The Swing Boss berharap musik yang ditampilkannya ini bisa membuat masyarakat Indonesia lebih mencintai lagi musik-musik Indonesia. “Mudahmudahan masyarakat suka,” ujar Jacob.

Rahman hakim
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6259 seconds (0.1#10.140)