Menonton Indonesia di XXI Short Movie Festival

Sabtu, 21 Maret 2015 - 09:47 WIB
Menonton Indonesia di XXI Short Movie Festival
Menonton Indonesia di XXI Short Movie Festival
A A A
Maret adalah bulan film Indonesia. Pada bulan ini pula, XXI Short Movie Festivaldigelar untuk ketiga kalinya. Diadakan pada 18–22 Maret di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta, festival ini memutar film-film pendek terbaik dari seluruh Indonesia.

Dari data yang masuk ke panitia seleksi, ada 651 film pendek yang masuk, naik 50% dari tahun sebelumnya. Dari film-film yang masuk tersebut, sekitar 55% datang dari luar Jakarta. Jadi bisa dibilang, menonton film-film nominator XXI Short Film Festival 2015adalah menonton sekelumit gambaran tentang Indonesia sekaligus potensi yang tersimpan di dalamnya. Dari tiga kategori yang ada, yaitu animasi, fiksi, dan dokumenter, daerah asal para 23 finalis cukup beragam.

Selain Jakarta, ada Pontianak, Yogyakarta, Jawa Barat, juga Purbalingga, Jawa Tengah. Yang disebut terakhir cukup unik. Karena walaupun daerah ini tidak memiliki bioskop, budaya menonton dan membuat film berkembang cukup pesat, utamanya karena adanya Festival Film Purbalingga. Kota ini bahkan berhasil memasukkan dua finalis. Salah satunya Eka Susilawati, finalis termuda berusia 16 tahun yang masih duduk di bangku SMA 1 Purbalingga.

Dalam film karyanya Ijolanyang menjadi finalis kategori fiksi, Eka menyutradarai, menulis skenario, mengedit, bahkan memerankan dua karakter sekaligus. Adapun tema yang ditawarkan para finalis pun beragam dan kental nuansa keindonesiaannya. Di antaranya Seserahan(kategori fiksi) yang bercerita seputar drama sebelum acara seserahan, Lemantun(fiksi) yang berlatar di Solo dan berkisah tentang pembagian warisan berupa lima buah lemari tua.

Ada juga tentang kemiskinan warga desa di Penderesdan Pengidep(fiksi), ketegaran para penduduk yang tinggal di Lereng Merapi dalam Digdaya Ing Bebaya, hingga persaingan antara bajaj oranye dan bajaj biru dalam Ngejer Sari!!! (animasi). Dengan banyaknya tema yang kental unsur kelokalannya, Direktur Program XXI Short Movie Festival 2015 Nauval Yazid berharap masyarakat Indonesia pun punya kebudayaan untuk menonton film-film Indonesia di bioskop.

“Karena saya percaya, kenikmatan menonton film itu ada pada kualitas menonton dengan gambar yang jernih dan kualitas suara yang baik,” ujarnya pada pembukaan festival, Rabu (18/3). Untuk mengembangkan potensi sineas lokal, festival ini juga memperbanyak kegiatan workshop dengan pembicara dari beberapa rumah produksi ternama dan sineas populer.

“Semuanya gratis demi mereka yang mau menimba ilmu di bidang perfilman,” ujar Direktur Festival Catherine Keng. Bagi yang ingin menonton pada sisa hari festival, yaitu Sabtu-Minggu (21–22/3), XXI Short Movie Festivalakan memutar film-film finalis, mulai dari kategori dokumenter hingga fiksi. Juga akan ada program Focus On: Yosep Anggi Noen danRiri Riza.

Anggi adalah sutradara film panjang Vakansiyang Janggal dan penyakit Lainnyayang meraih nominasi di festival film di Hong Kong dan Vancouver. Film ini juga diputar di 25 festival film di seluruh dunia. Adapun film pendeknya, Nona Kedi yang Tak Pernah Melihat Keajaibanmendapatkan penghargaan film terbaik di Busan IFF 2013dan Grand Prix di Short Shorts Film Festival Asia 2014.

Adapun Focus On: Riri Rizaakan memutar film-film pendek dari sutradara ini, di antaranya Drupadidan Titisan Naya. Pada Minggu, akan diputar film-film finalis kategori animasi. Sejumlah workshopjuga akan tetap diadakan pada hari itu. Untuk daftar pemutaran film dan workshopsecara lengkap bisa dilihat di www.21shortfilm.com.

Herita endriana
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6459 seconds (0.1#10.140)