Menculik Bos Perusahaan Bir
A
A
A
Kisah ini diangkat dari peristiwa nyata yang terjadi pada November 1983. Saat itu lima pria berhasil menculik Freddy Heineken, pemilik sekaligus bos perusahaan bir asal Belanda yang populer, Heineken.
Peristiwa menggemparkan ini diliput besar-besaran oleh media internasional. Belakangan, kisahnya menjadi inspirasi lahirnya satu buku dan dua film layar lebar. Film besutan Daniel Alfredson (The Girl Who Played with Fire, The Girl Who Kicked the HornestThe Girl Who Played with Fire, The Girl Who Kicked the Hornest Nest ) ini bercerita dari sudut pandang para penculik.
Mereka adalah Willem Holleeder (Sam Worthington), Cor van Hout (Jim Sturgess), Jan Boellard (Ryan Kwanten), Frans Meijer (Mark van Eeuwen), dan Martin Erkamps (Thomas Cocquerel). Kelimanya dikisahkan sebagai sahabat karib yang sedang mengalami kesulitan keuangan.
Perusahaan kecil mereka dengan karyawan 100 orang membutuhkan suntikan dana. Namun, bank tidak mau meminjamkan uang karena kelimanya tidak memiliki jaminan. Lalu, keluarlah otak kriminal dari kepala Willem Holleeder. “Hal paling berharga yang sekarang kita miliki adalah kebebasan,” ujar Willem. “Maukah kalian mempertaruhkannya untuk sesuatu yang lebih besar?” tanyanya.
Sayangnya, keempat rekannya setuju. Mereka lantas sepakat untuk menculik Freddy (Anthony Hopkins). Namun, Freddy tak langsung diculik. Untuk menyekap Freddy, mereka butuh siasat dan uang yang banyak untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Karena itu, mereka pun memulainya dengan merampok bank.
Dari hasil merampok, dibelilah beberapa alat pendukung, termasuk peredam suara untuk dipasang di kamar yang akan digunakan untuk menyekap Freddy. Juga alat penyamar suara. Semuanya direncanakan dengan matang oleh dua dedengkot kelompok ini, Willem dan Cor.
Saat mereka menyangka semuanya berjalan lancar, ternyata Freddy tak kunjung ditebus oleh polisi maupun keluarganya. Kidnapping Freddy Heineken sebenarnya bukan film yang buruk. Ada unsur ketegangan yang berhasil dibangun. Konflik psikologis para penculik juga berhasil dimunculkan. Hanya, penulis skenario Willem Brookfield yang mengadaptasinya dari buku buatan Peter R de Vries tidak memberikan detail-detail peristiwa.
Skenario kurang mampu mengeksplorasi proses rencana penculikan, juga konflik yang terjadi di antara para penculik. Semuanya ditampilkan sekilas-sekilas, hingga semua elemen terasa tanggung. Ketegangan baru benar-benar berhasil dibangun saat konflik di antara kelimanya mencuat.
Adapun konflik yang dimunculkan sebenarnya terlalu klise, bisa ditemukan dalam film-film tentang penculikan yang dilakukan beberapa orang yang tidak profesional. Singkatnya, ada antusiasme yang muncul saat mengikuti alur Kidnapping Freddy Heineken . Hanya ketika film usai, terasa tak ada yang betul-betul istimewa dari film ini.
Nah yang membantu Kidnapping Freddy Heineken tetap memesona adalah keahlian akting para pemainnya, utamanya Jim Sturgess, Sam Worthington, dan Anthony Hopkins. Sturgess mampu memainkan pemimpin kelompok yang sering dilanda dilema, kadang-kadang tegas, kadang-kadang lemah.
Merekalah yang memberi rasa dalam film ini. Tanpa kehadiran aktor-aktor hebat tersebut, Kidnapping Freddy Heineken mungkin akan benar-benar seperti sayur tanpa garam.
Herita endriana
Peristiwa menggemparkan ini diliput besar-besaran oleh media internasional. Belakangan, kisahnya menjadi inspirasi lahirnya satu buku dan dua film layar lebar. Film besutan Daniel Alfredson (The Girl Who Played with Fire, The Girl Who Kicked the HornestThe Girl Who Played with Fire, The Girl Who Kicked the Hornest Nest ) ini bercerita dari sudut pandang para penculik.
Mereka adalah Willem Holleeder (Sam Worthington), Cor van Hout (Jim Sturgess), Jan Boellard (Ryan Kwanten), Frans Meijer (Mark van Eeuwen), dan Martin Erkamps (Thomas Cocquerel). Kelimanya dikisahkan sebagai sahabat karib yang sedang mengalami kesulitan keuangan.
Perusahaan kecil mereka dengan karyawan 100 orang membutuhkan suntikan dana. Namun, bank tidak mau meminjamkan uang karena kelimanya tidak memiliki jaminan. Lalu, keluarlah otak kriminal dari kepala Willem Holleeder. “Hal paling berharga yang sekarang kita miliki adalah kebebasan,” ujar Willem. “Maukah kalian mempertaruhkannya untuk sesuatu yang lebih besar?” tanyanya.
Sayangnya, keempat rekannya setuju. Mereka lantas sepakat untuk menculik Freddy (Anthony Hopkins). Namun, Freddy tak langsung diculik. Untuk menyekap Freddy, mereka butuh siasat dan uang yang banyak untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Karena itu, mereka pun memulainya dengan merampok bank.
Dari hasil merampok, dibelilah beberapa alat pendukung, termasuk peredam suara untuk dipasang di kamar yang akan digunakan untuk menyekap Freddy. Juga alat penyamar suara. Semuanya direncanakan dengan matang oleh dua dedengkot kelompok ini, Willem dan Cor.
Saat mereka menyangka semuanya berjalan lancar, ternyata Freddy tak kunjung ditebus oleh polisi maupun keluarganya. Kidnapping Freddy Heineken sebenarnya bukan film yang buruk. Ada unsur ketegangan yang berhasil dibangun. Konflik psikologis para penculik juga berhasil dimunculkan. Hanya, penulis skenario Willem Brookfield yang mengadaptasinya dari buku buatan Peter R de Vries tidak memberikan detail-detail peristiwa.
Skenario kurang mampu mengeksplorasi proses rencana penculikan, juga konflik yang terjadi di antara para penculik. Semuanya ditampilkan sekilas-sekilas, hingga semua elemen terasa tanggung. Ketegangan baru benar-benar berhasil dibangun saat konflik di antara kelimanya mencuat.
Adapun konflik yang dimunculkan sebenarnya terlalu klise, bisa ditemukan dalam film-film tentang penculikan yang dilakukan beberapa orang yang tidak profesional. Singkatnya, ada antusiasme yang muncul saat mengikuti alur Kidnapping Freddy Heineken . Hanya ketika film usai, terasa tak ada yang betul-betul istimewa dari film ini.
Nah yang membantu Kidnapping Freddy Heineken tetap memesona adalah keahlian akting para pemainnya, utamanya Jim Sturgess, Sam Worthington, dan Anthony Hopkins. Sturgess mampu memainkan pemimpin kelompok yang sering dilanda dilema, kadang-kadang tegas, kadang-kadang lemah.
Merekalah yang memberi rasa dalam film ini. Tanpa kehadiran aktor-aktor hebat tersebut, Kidnapping Freddy Heineken mungkin akan benar-benar seperti sayur tanpa garam.
Herita endriana
(ftr)