Pionir Bisnis Barbershop
A
A
A
ARMEN Noor sudah tertarik menggeluti bisnis pangkas rambut sejak 1999. Saat itu, dengan modal Rp175 juta, ia membuka Paxi Barbershop di wilayah Jakarta Selatan.
Modal tersebut digunakan untuk menyewa peralatan potong rambut sederhana dan sebuah ruko dengan lima karyawan. “Mulanya orang belum mengenal apa itu barbershop.Malah, orang mengira barbershopitu seperti dokter gigi,” tutur Armen. Ia tidak mengelak bahwa dirinya disebut pionir dalam konsep pangkas rambut ala barbershop yang memiliki desain modern. Armen bercerita bahwa kesulitan yang dirinya alami saat memulai Paxi Barbershop adalah mengenalkan barbershop kepada masyarakat.
Karena masyarakat tidak mengetahui barbershop dan lebih memilih memotong rambut di salon atau tempat pangkas rambut sederhana yang ada di sisi jalan. Selain itu, kendala lain saat pertama membuka Paxi Barbershop adalah masalah tempat. Armen lebih memilih lokasi Paxi Barbershop di pusat perbelanjaan karena lebih nyaman bagi konsumen ketimbang di sebuah ruko.
Konsumen yang ingin memotong rambutnya di Paxi Barbershop dikenakan tarif sebesar Rp100.000. Menurut Armen, dengan harga tersebut, konsumen akan mendapatkan kualitas pelayanan terbaik. Peralatan yang digunakan di tempatnya diimpor dari luar negeri dengan kualitas terbaik. “80% peralatan yang digunakan Paxi Barbershop berasal dari Singapura, Hong Kong, dan Kanada,” katanya.
Konsumen yang datang ke Paxi Barbershop cukup beragam, mulai anak di bawah 10 tahun sampai orang dewasa di atas 35 tahun. Paxi Barbershop, menurut Armen, hanya mengedepankan potongan rambut yang rapi. Sejak didirikan 15 tahun silam, Paxi Barbershop sampai saat ini sudah memiliki 13 cabang yang tersebar di beberapa pusat perbelanjaan mewah di Jakarta, Bandung, Medan, Makassar, dan Pontianak dengan total omzet ratusan juta per bulan. Nama Paxi Barbershop semakin meroket hingga sampai ke telinga mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY juga sempat memangkas rambutnya di Paxi Barbershop pada saat masih menjabat sebagai presiden.
“Biasanya SBY hanya merapikan rambutnya,” katanya. Armen mengaku tak khawatir adanya persaingan bisnis dengan banyaknya gerai barbershop lain yang menjual konsep yang semakin beragam.
“Kami berkompetisi secara sehat saja dengan konsep yang konsisten serta selalu mengembangkan hal baru,” tuturnya. Karenanya sampai saat ini Paxi Barbershop tetap memakai cara lama pemasaran dari mulut ke mulut yang hanya mengandalkan kepuasan setiap konsumen. Ini menurutnya jadi cara promosi paling efektif.
SULAEMAN
Modal tersebut digunakan untuk menyewa peralatan potong rambut sederhana dan sebuah ruko dengan lima karyawan. “Mulanya orang belum mengenal apa itu barbershop.Malah, orang mengira barbershopitu seperti dokter gigi,” tutur Armen. Ia tidak mengelak bahwa dirinya disebut pionir dalam konsep pangkas rambut ala barbershop yang memiliki desain modern. Armen bercerita bahwa kesulitan yang dirinya alami saat memulai Paxi Barbershop adalah mengenalkan barbershop kepada masyarakat.
Karena masyarakat tidak mengetahui barbershop dan lebih memilih memotong rambut di salon atau tempat pangkas rambut sederhana yang ada di sisi jalan. Selain itu, kendala lain saat pertama membuka Paxi Barbershop adalah masalah tempat. Armen lebih memilih lokasi Paxi Barbershop di pusat perbelanjaan karena lebih nyaman bagi konsumen ketimbang di sebuah ruko.
Konsumen yang ingin memotong rambutnya di Paxi Barbershop dikenakan tarif sebesar Rp100.000. Menurut Armen, dengan harga tersebut, konsumen akan mendapatkan kualitas pelayanan terbaik. Peralatan yang digunakan di tempatnya diimpor dari luar negeri dengan kualitas terbaik. “80% peralatan yang digunakan Paxi Barbershop berasal dari Singapura, Hong Kong, dan Kanada,” katanya.
Konsumen yang datang ke Paxi Barbershop cukup beragam, mulai anak di bawah 10 tahun sampai orang dewasa di atas 35 tahun. Paxi Barbershop, menurut Armen, hanya mengedepankan potongan rambut yang rapi. Sejak didirikan 15 tahun silam, Paxi Barbershop sampai saat ini sudah memiliki 13 cabang yang tersebar di beberapa pusat perbelanjaan mewah di Jakarta, Bandung, Medan, Makassar, dan Pontianak dengan total omzet ratusan juta per bulan. Nama Paxi Barbershop semakin meroket hingga sampai ke telinga mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY juga sempat memangkas rambutnya di Paxi Barbershop pada saat masih menjabat sebagai presiden.
“Biasanya SBY hanya merapikan rambutnya,” katanya. Armen mengaku tak khawatir adanya persaingan bisnis dengan banyaknya gerai barbershop lain yang menjual konsep yang semakin beragam.
“Kami berkompetisi secara sehat saja dengan konsep yang konsisten serta selalu mengembangkan hal baru,” tuturnya. Karenanya sampai saat ini Paxi Barbershop tetap memakai cara lama pemasaran dari mulut ke mulut yang hanya mengandalkan kepuasan setiap konsumen. Ini menurutnya jadi cara promosi paling efektif.
SULAEMAN
(ars)