E-Commerce Asuransi Pertama
A
A
A
Rupanya e-commerce tidak hanya identik dengan jual beli barang ritel. Sebab, PasarPolis.com menunjukkan bahwa perusahaan penyedia asuransi pun kini ikut merambah bisnis jual beli online.
Tahun ini, membeli polis atau asuransi harus bisa semudah berbelanja barang di toko online. Di situ seperti PasarPolis.com, pengguna dapat membandingkan setiap produk asuransi dari berbagai penyedia asuransi. ”Orang menggunakan internet kini tidak lagi untuk browsing.
Namun juga belanja online karena mudah dan cepat,” ungkap Cleosent Randing, pendiri PasarPolis.com. ”Kami ingin memudahkan konsumen memilih produk asuransi sesuai kebutuhan mereka,” tambah Cleo—sapaan akrabnya. Ia mengakui tantangan yang dihadapi berat. ”Hanya 40% penduduk yang paham pentingnya asuransi,” ungkapnya.
Namun, hal itu justru membuat PasarPolis.com optimistis. ”Potensinya memang besar,” tegas Edi Yoga Prasetyo, Head of Emerging Consumer Bisnis Development Allianz. Pasar e-commerce di sektor asuransi, menurut Yoga menjanjikan. “Penetrasi internet tinggi, e-commerce tumbuh, akses data lewat smartphone, membuat sektor asuransi masih bisa digarap,” imbuhnya.
PasarPolis.com memberikan informasi dan kemudahan konsumen untuk memilih produk asuransi sesuai kebutuhannya. Tapi, dampak bagi perusahaan asuransi, dirasa paling besar. Pertama, mereka dapat menekan biaya operasional sambil mengedukasi konsumen mengenai betapa pentingnya asuransi.
”Selain itu, kami dapat menyentuh target atau kalangan yang selama ini tidak bisa tersentuh agen. Antara lain mereka yang ingin membeli asuransi dengan harga terjangkau, serta orang-orang yang lokasinya tersebar di seluruh indonesia,” kata Digital Business Head di JAGADIRI (Central Asia Financial) Jodie Pratomo. Ia juga berharap situs seperti ini dapat merubah anggapan asuransi “dijual, bukan dibeli”. ”Produk asuransi yang ada saat ini didorong untuk dijual. Namun, bukan karena kesadaran konsumen akan betapa pentingnya asuransi,” katanya.
Meski demikian, PasarPolis.com tidak lantas mengesampingkan peran agen yang dianggap tidak tergantikan. ”Karena agen dan e-commerce asuransi ini memiliki segmen dan karakteristik konsumen yang sangat berbeda,” ujar Cleo. Tantangan kedepannya, menurut Cleo, adalah bagaimana menciptakan rasa percaya konsumen terhadap produk asuransi yang ditawarkan dan membuat penggunaannya semakin mudah.
”Misalnya menambah call center yang akan melakukan verifikasi data,” paparnya. Jika selama ini e-commerce sektor asuransi berbanding terbalik dengan pertumbuhan e-commerce di sektor ritel, maka beberapa tahun ke depan pertumbuhannya diprediksi akan sejajar. Pada 2018, PasarPolis.com diharapkan memperoleh penjualan asuransi sebesar USD30 juta.
Cahyandaru kuncorojati
Tahun ini, membeli polis atau asuransi harus bisa semudah berbelanja barang di toko online. Di situ seperti PasarPolis.com, pengguna dapat membandingkan setiap produk asuransi dari berbagai penyedia asuransi. ”Orang menggunakan internet kini tidak lagi untuk browsing.
Namun juga belanja online karena mudah dan cepat,” ungkap Cleosent Randing, pendiri PasarPolis.com. ”Kami ingin memudahkan konsumen memilih produk asuransi sesuai kebutuhan mereka,” tambah Cleo—sapaan akrabnya. Ia mengakui tantangan yang dihadapi berat. ”Hanya 40% penduduk yang paham pentingnya asuransi,” ungkapnya.
Namun, hal itu justru membuat PasarPolis.com optimistis. ”Potensinya memang besar,” tegas Edi Yoga Prasetyo, Head of Emerging Consumer Bisnis Development Allianz. Pasar e-commerce di sektor asuransi, menurut Yoga menjanjikan. “Penetrasi internet tinggi, e-commerce tumbuh, akses data lewat smartphone, membuat sektor asuransi masih bisa digarap,” imbuhnya.
PasarPolis.com memberikan informasi dan kemudahan konsumen untuk memilih produk asuransi sesuai kebutuhannya. Tapi, dampak bagi perusahaan asuransi, dirasa paling besar. Pertama, mereka dapat menekan biaya operasional sambil mengedukasi konsumen mengenai betapa pentingnya asuransi.
”Selain itu, kami dapat menyentuh target atau kalangan yang selama ini tidak bisa tersentuh agen. Antara lain mereka yang ingin membeli asuransi dengan harga terjangkau, serta orang-orang yang lokasinya tersebar di seluruh indonesia,” kata Digital Business Head di JAGADIRI (Central Asia Financial) Jodie Pratomo. Ia juga berharap situs seperti ini dapat merubah anggapan asuransi “dijual, bukan dibeli”. ”Produk asuransi yang ada saat ini didorong untuk dijual. Namun, bukan karena kesadaran konsumen akan betapa pentingnya asuransi,” katanya.
Meski demikian, PasarPolis.com tidak lantas mengesampingkan peran agen yang dianggap tidak tergantikan. ”Karena agen dan e-commerce asuransi ini memiliki segmen dan karakteristik konsumen yang sangat berbeda,” ujar Cleo. Tantangan kedepannya, menurut Cleo, adalah bagaimana menciptakan rasa percaya konsumen terhadap produk asuransi yang ditawarkan dan membuat penggunaannya semakin mudah.
”Misalnya menambah call center yang akan melakukan verifikasi data,” paparnya. Jika selama ini e-commerce sektor asuransi berbanding terbalik dengan pertumbuhan e-commerce di sektor ritel, maka beberapa tahun ke depan pertumbuhannya diprediksi akan sejajar. Pada 2018, PasarPolis.com diharapkan memperoleh penjualan asuransi sebesar USD30 juta.
Cahyandaru kuncorojati
(ars)