Sarapan Bukan Sekadar Cegah Lapar
A
A
A
SELAMA ini banyak orang yang melewatkan sarapan. Ada juga yang melakukan sarapan, tapi sekadar makan ringan atau hanya minum. Padahal, sarapan sangat penting sebagai bekal aktivitas seharian.
Para ahli gizi sepakat, sarapan sehat adalah makan dan minum yang memenuhi seperempat kebutuhan gizi harian dan harus dilaksanakan sebelum jam 09.00. Alasannya, tubuh anak-anak dan orang dewasa membutuhkan penambahan energi setelah berpuasa selam 8-10 jam pada saat tidur. Oleh karena itu, sarapan yang bergizi sangat penting untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.
Apabila anak tidak sarapan sebelum beraktivitas, mereka cenderung mudah capai, gelisah, dan gampang marah. Tidak sarapan merupakan masalah yang serius karena berhubungan dengan risiko gangguan pertumbuhan fisik dan mental anak. Ketua Umum PERGIZI PANGAN Prof Dr Ir Hardinsyah MS menjelaskan, sarapan sehat bisa menjaga anak tetap semangat dan bertenaga pada pagi hari.
Sarapan sehat bukan sekadar mencegah rasa lapar, juga memberikan energi dan gizi yang dibutuhkan anak untuk belajar, bermain, dan berolahraga. ”Kebiasaan sarapan sehat setiap pagi pada anak telah terbukti membantu anak fokus belajar dan meningkatkan prestasi. Itulah sebabnya, sarapan sehat perlu dilakukan sebelum jam 9 pagi,” kata Prof Hardinsyah saat menghadiri acara Gerakan Nasional Sarapan Sehat di Senayan, Jakarta, 29 Maret lalu.
Menurut Hardinsyah, jika masalah sarapan sehat ini tidak bisa diatasi dan tidak disosialisasikan, muncul kekhawatiran nantinya akan ada generasi muda Indonesia yang kurang sehat dan berprestasi. ”Pesan ke-6 dari 10 program gizi seimbang adalah biasakan sarapan. Pemerintah sudah ada upaya dan punya peran yang sangat signifikan tentang masalah ini, saya harap terus berlanjut,” katanya.
Sarapan sehat ini tidak ada batasan usia dan siapa pun harusnya melakukan sarapan. Selagi manusia hidup sarapan itu sangat diperlukan. ”Bayi sarapannya berupa ASI sampai dia berumur 6 bulan. Mulai bayi, sarapan itu penting, tidak hanya untuk anak sekolah. Kenapa anak sekolah sangat penting karena kita melihat anak-anak sebagai investasi generasi sehat dan berprestasi sehingga dari kecil bisa memupuk kebiasaan sarapan dan untuk orang dewasa juga penting tentunya,” ujarnya.
Sarapan sehat yang ideal, menurut Hardinsyah, itu pada pagi hari dan paling penting adalah sebelum belajar atau bekerja. Lebih lanjut dia menjelaskan, dari sisi fisiologi tubuh penggunaan zat besi bagi tubuh pada pagi hari terjadi penurunan. Puncak penurunan tadi bisa berakibat pusing dan terjadi menjelang pukul 09.00 dan itu adalah waktu maksimum untuk melakukan sarapan.
Jadi, jika tidak melakukan sarapan sebelum jam 09.00 pusing akan bertambah dan bisa berkunang-kunang. ”Jika tidak sarapan, prestasi belajar akan terganggu, prestasi kerja juga. Sarapan sehat itu harus memenuhi unsur nutrisi yang seimbang. Ada unsur karbohidrat seperti nasi, harus ada protein, mineral, vitamin, sayur, buah, air putih, bisa juga dengan teh tanpa gula kalau mau sehat. Jangan lupa pakai lauk-pauk, bisa telur, tahu, tempe, ikan, dan sayur yang berserat,” kata Hardinsyah.
Dia menambahkan, hanya dibutuhkan waktu 5 sampai 15 menit untuk sarapan. Jadi harus yang praktis. Misalnya dengan irisan tomat atau sayatan mentimun atau mengonsumsi buah yang segar. ”Jika seorang anak terbiasa melakukan sarapan, postur tubuhnya normal, terhindar dari kegemukan. Level kolesterol dan gula darahnya juga terjaga dibanding dengan yang tidak sarapan,” ujarnya.
Hardinsyah mengatakan, sekolah adalah titik yang strategis untuk menyosialisasikan kebiasaan sarapan karena adanya anak-anak, guru, dan persatuan orang tua murid. ”Kami berharap dari sekolah bisa berlanjut kepada keluarga untuk melihat dan menanamkan budaya sarapan. Seorang ibu baiknya menyempatkan diri untuk melayani anaknya pada pagi hari dan membuat sarapan. Kalau keluarga bisa seperti itu, kita bisa menciptakan bangsa yang sehat sekaligus berprestasi,” pungkasnya.
Iman firmansyah
Para ahli gizi sepakat, sarapan sehat adalah makan dan minum yang memenuhi seperempat kebutuhan gizi harian dan harus dilaksanakan sebelum jam 09.00. Alasannya, tubuh anak-anak dan orang dewasa membutuhkan penambahan energi setelah berpuasa selam 8-10 jam pada saat tidur. Oleh karena itu, sarapan yang bergizi sangat penting untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.
Apabila anak tidak sarapan sebelum beraktivitas, mereka cenderung mudah capai, gelisah, dan gampang marah. Tidak sarapan merupakan masalah yang serius karena berhubungan dengan risiko gangguan pertumbuhan fisik dan mental anak. Ketua Umum PERGIZI PANGAN Prof Dr Ir Hardinsyah MS menjelaskan, sarapan sehat bisa menjaga anak tetap semangat dan bertenaga pada pagi hari.
Sarapan sehat bukan sekadar mencegah rasa lapar, juga memberikan energi dan gizi yang dibutuhkan anak untuk belajar, bermain, dan berolahraga. ”Kebiasaan sarapan sehat setiap pagi pada anak telah terbukti membantu anak fokus belajar dan meningkatkan prestasi. Itulah sebabnya, sarapan sehat perlu dilakukan sebelum jam 9 pagi,” kata Prof Hardinsyah saat menghadiri acara Gerakan Nasional Sarapan Sehat di Senayan, Jakarta, 29 Maret lalu.
Menurut Hardinsyah, jika masalah sarapan sehat ini tidak bisa diatasi dan tidak disosialisasikan, muncul kekhawatiran nantinya akan ada generasi muda Indonesia yang kurang sehat dan berprestasi. ”Pesan ke-6 dari 10 program gizi seimbang adalah biasakan sarapan. Pemerintah sudah ada upaya dan punya peran yang sangat signifikan tentang masalah ini, saya harap terus berlanjut,” katanya.
Sarapan sehat ini tidak ada batasan usia dan siapa pun harusnya melakukan sarapan. Selagi manusia hidup sarapan itu sangat diperlukan. ”Bayi sarapannya berupa ASI sampai dia berumur 6 bulan. Mulai bayi, sarapan itu penting, tidak hanya untuk anak sekolah. Kenapa anak sekolah sangat penting karena kita melihat anak-anak sebagai investasi generasi sehat dan berprestasi sehingga dari kecil bisa memupuk kebiasaan sarapan dan untuk orang dewasa juga penting tentunya,” ujarnya.
Sarapan sehat yang ideal, menurut Hardinsyah, itu pada pagi hari dan paling penting adalah sebelum belajar atau bekerja. Lebih lanjut dia menjelaskan, dari sisi fisiologi tubuh penggunaan zat besi bagi tubuh pada pagi hari terjadi penurunan. Puncak penurunan tadi bisa berakibat pusing dan terjadi menjelang pukul 09.00 dan itu adalah waktu maksimum untuk melakukan sarapan.
Jadi, jika tidak melakukan sarapan sebelum jam 09.00 pusing akan bertambah dan bisa berkunang-kunang. ”Jika tidak sarapan, prestasi belajar akan terganggu, prestasi kerja juga. Sarapan sehat itu harus memenuhi unsur nutrisi yang seimbang. Ada unsur karbohidrat seperti nasi, harus ada protein, mineral, vitamin, sayur, buah, air putih, bisa juga dengan teh tanpa gula kalau mau sehat. Jangan lupa pakai lauk-pauk, bisa telur, tahu, tempe, ikan, dan sayur yang berserat,” kata Hardinsyah.
Dia menambahkan, hanya dibutuhkan waktu 5 sampai 15 menit untuk sarapan. Jadi harus yang praktis. Misalnya dengan irisan tomat atau sayatan mentimun atau mengonsumsi buah yang segar. ”Jika seorang anak terbiasa melakukan sarapan, postur tubuhnya normal, terhindar dari kegemukan. Level kolesterol dan gula darahnya juga terjaga dibanding dengan yang tidak sarapan,” ujarnya.
Hardinsyah mengatakan, sekolah adalah titik yang strategis untuk menyosialisasikan kebiasaan sarapan karena adanya anak-anak, guru, dan persatuan orang tua murid. ”Kami berharap dari sekolah bisa berlanjut kepada keluarga untuk melihat dan menanamkan budaya sarapan. Seorang ibu baiknya menyempatkan diri untuk melayani anaknya pada pagi hari dan membuat sarapan. Kalau keluarga bisa seperti itu, kita bisa menciptakan bangsa yang sehat sekaligus berprestasi,” pungkasnya.
Iman firmansyah
(ftr)