Jangan Cuma Numpang Lapak
A
A
A
Kehadiran online market place memang membawa banyak kemudahan bagi UKM atau pebisnis pemula yang ingin menjual produk mereka lewat internet. Kendati demikian, bagi pengusaha yang mungkin sudah memiliki basis pengguna yang lebih luas dan merek yang semakin dikenal, seharusnya mereka tidak cuma ”numpak lapak” dan rela berada di balik nama besar para pemain market place daring.
Hal itu disampaikan oleh pendiri startup Sirclo Brian Marshal. Sirclo sendiri merupakan situs platform ecommerce yang dibentuk pada 2013 di Singapura, sebelum akhirnya diboyong ke Indonesia yang menargetkan UKM lokal. Brian menyadari bahwa pengusaha yang ingin mempunyai toko online dibayangi anggapan jika membuka toko online sendiri sulit dan mahal.
Selain harus membuat desain sendiri, mereka juga harus membayar mahal programmer. Belum biaya tambahan untuk perawatan toko online setiap bulannya. Pada 2013, Brian membuat riset bagaimana sistem jualan online di Indonesia masih didominasi oleh “numpang lapak” di market place, karena biaya menyewa programmer bisa mencapai Rp10 juta, yang tentu sangat memberatkan perusahaan perintis.
Nah, disinilah Sirclo menawarkan solusi mereka. Startup tersebut berupaya membantu pengusaha yang sedang merintis bisnis online untuk membuat dan mengelola toko online sendiri, dalam proses yang diklaim mudah, dapat diandalkan, serta memiliki desain sesuai keinginan. ”Sirclo bukan market place, bukan tempat dimana orang belanja. Tapi, kami penyedia teknologi. Kami membuat toko online sesuai yang diinginkan pengguna,” ungkap Brian.
”Sejak 2013 kami membawa Sirclo dari Singapura ke Indonesia karena melihat pasar UKM yang sangat besar. Walau negaranya maju, tapi potensi usaha kecil Singapura kalah jauh dengan Indonesia,” tambahnya. Ia membandingkan populasi warga Singapura yang hanya 6 juta- 7 juta orang, dengan warga Jakarta yang bisa mencapai 25 orang di hari kerja. ”Toh, kami semua juga orang Indonesia. Kami berharap bisa berpartisipasi membangun negeri melalui teknologi,” ungkap Brian lagi.
BUTUH SATU MENIT
Proses awal membuka toko online melalui Sirclo diklaim sangat mudah. Bahkan, hanya butuh proses satu menit. Yang harus dilakukan cukup membuka website Sirclo, mengisi form identitas, password, nama toko yang diinginkan (tentunya melihat nama domain belum dipakai sebelumnya), memilih desain yang bisa disesuaikan dengan tema barang-barang yang akan dijual, dan toko online pun langsung beroperasi.
Biaya akan dibebankan melalui maintenance toko online yang akan dilakukan oleh Sirclo. Jumlahnya mulai Rp99.000 per bulan hingga termahal Rp1.759.000, disesuaikan dengan fitur yang ingin digunakan. Semakin kompleks website, semakin mahal pula biaya maintenance- nya. Menurut Brian, tujuan Sirclo selain membantu memudahkan pembuatan toko online, juga mengurangi biaya modal yang harus dikeluarkan pengguna. ”Analoginya, dibanding mencari kontraktor rumah, Sirclo ini seperti menyewa apartemen.
Kami akan mengurus dan merawat, pelanggan tinggal pakai saja,” ungkap Brian. Bagi mereka yang ingin mencoba terlebih dulu, Sirclo juga menyediakan uji coba gratis atau free trial untuk melihat apakah produk sebuah UKM akan cocok dengan layanan yang ditawarkan oleh Sirclo. Saat ini Sirclo sudah semakin percaya diri dengan menambah jumlah tim, serta mendapatkan pendanaan. Pada 2013, pengguna aktif mereka hanya 40 toko.
Sedangkan pada 2014 silam meningkat hingga 200 toko yang setiap bulannya membayar untuk biaya maintenance. ”Dalam waktu dekat, Sirclo berharap bisa menjangkau para pebisnis lokal di berbagai kota besar yang mempunyai bisnis seperti ‘oleholeh’ yang ternyata potensinya besar sekali,” ungkap Brian. ”Kami ingin lebih banyak bidang lagi yang bisa bekerjasama dengan Sirclo. Sebab, sejauh ini kebanyakan kebanyakan pengguna Sirclo adalah pebisnis fashion,” pungkasnya.
Binti mufarida
Hal itu disampaikan oleh pendiri startup Sirclo Brian Marshal. Sirclo sendiri merupakan situs platform ecommerce yang dibentuk pada 2013 di Singapura, sebelum akhirnya diboyong ke Indonesia yang menargetkan UKM lokal. Brian menyadari bahwa pengusaha yang ingin mempunyai toko online dibayangi anggapan jika membuka toko online sendiri sulit dan mahal.
Selain harus membuat desain sendiri, mereka juga harus membayar mahal programmer. Belum biaya tambahan untuk perawatan toko online setiap bulannya. Pada 2013, Brian membuat riset bagaimana sistem jualan online di Indonesia masih didominasi oleh “numpang lapak” di market place, karena biaya menyewa programmer bisa mencapai Rp10 juta, yang tentu sangat memberatkan perusahaan perintis.
Nah, disinilah Sirclo menawarkan solusi mereka. Startup tersebut berupaya membantu pengusaha yang sedang merintis bisnis online untuk membuat dan mengelola toko online sendiri, dalam proses yang diklaim mudah, dapat diandalkan, serta memiliki desain sesuai keinginan. ”Sirclo bukan market place, bukan tempat dimana orang belanja. Tapi, kami penyedia teknologi. Kami membuat toko online sesuai yang diinginkan pengguna,” ungkap Brian.
”Sejak 2013 kami membawa Sirclo dari Singapura ke Indonesia karena melihat pasar UKM yang sangat besar. Walau negaranya maju, tapi potensi usaha kecil Singapura kalah jauh dengan Indonesia,” tambahnya. Ia membandingkan populasi warga Singapura yang hanya 6 juta- 7 juta orang, dengan warga Jakarta yang bisa mencapai 25 orang di hari kerja. ”Toh, kami semua juga orang Indonesia. Kami berharap bisa berpartisipasi membangun negeri melalui teknologi,” ungkap Brian lagi.
BUTUH SATU MENIT
Proses awal membuka toko online melalui Sirclo diklaim sangat mudah. Bahkan, hanya butuh proses satu menit. Yang harus dilakukan cukup membuka website Sirclo, mengisi form identitas, password, nama toko yang diinginkan (tentunya melihat nama domain belum dipakai sebelumnya), memilih desain yang bisa disesuaikan dengan tema barang-barang yang akan dijual, dan toko online pun langsung beroperasi.
Biaya akan dibebankan melalui maintenance toko online yang akan dilakukan oleh Sirclo. Jumlahnya mulai Rp99.000 per bulan hingga termahal Rp1.759.000, disesuaikan dengan fitur yang ingin digunakan. Semakin kompleks website, semakin mahal pula biaya maintenance- nya. Menurut Brian, tujuan Sirclo selain membantu memudahkan pembuatan toko online, juga mengurangi biaya modal yang harus dikeluarkan pengguna. ”Analoginya, dibanding mencari kontraktor rumah, Sirclo ini seperti menyewa apartemen.
Kami akan mengurus dan merawat, pelanggan tinggal pakai saja,” ungkap Brian. Bagi mereka yang ingin mencoba terlebih dulu, Sirclo juga menyediakan uji coba gratis atau free trial untuk melihat apakah produk sebuah UKM akan cocok dengan layanan yang ditawarkan oleh Sirclo. Saat ini Sirclo sudah semakin percaya diri dengan menambah jumlah tim, serta mendapatkan pendanaan. Pada 2013, pengguna aktif mereka hanya 40 toko.
Sedangkan pada 2014 silam meningkat hingga 200 toko yang setiap bulannya membayar untuk biaya maintenance. ”Dalam waktu dekat, Sirclo berharap bisa menjangkau para pebisnis lokal di berbagai kota besar yang mempunyai bisnis seperti ‘oleholeh’ yang ternyata potensinya besar sekali,” ungkap Brian. ”Kami ingin lebih banyak bidang lagi yang bisa bekerjasama dengan Sirclo. Sebab, sejauh ini kebanyakan kebanyakan pengguna Sirclo adalah pebisnis fashion,” pungkasnya.
Binti mufarida
(bbg)