Tetap Narsis, dengan Tongsis

Selasa, 07 April 2015 - 10:27 WIB
Tetap Narsis, dengan Tongsis
Tetap Narsis, dengan Tongsis
A A A
Kata selfie merebak pada 2013, diikuti popularitas selfie stick atau tongkat narsis (tongsis) di 2014. Tahun ini, baik tren selfie maupun tongsis sendiri diprediksi tetap akan populer, kendati sebagian negara ada yang melarangnya Fungsi tongsis sebenarnya sederhana.

Yakni sebagai alat bantu dalam kegiatan swa-foto. Cukup pasangkan kamera atau ponsel ke ujung holder, setel timer di kamera, dan pengguna pun bisa mendapat hasil foto sendiri ataupun bersama-sama dengan optimal. Dan hebatnya lagi, tidak perlu meminta bantuan orang lain untuk mengambil foto diri. Anindito Respati Giyardani mengklaim sebagai penemu pertama tongsis di Indonesia.

Idenya lahir dari kecintaan masyarakat yang gemar melakukan selfie bersama dengan jumlah orang yang cukup banyak. ”Idenya simpel saja. Saya ingin tongsis bisa dimanfaatkan sebagai alat foto bersama-sama tanpa harus ada satu orang yang dikorbankan karena harus mengambil foto, atau meminta bantuan dari orang lain,” ungkap Babab Dito, sapaan akrabnya. Pada 2014 majalah Time memasukkan tongsis ke dalam The 25 Best Inventions of 2014 bersanding dengan Apple Watch hingga Microsoft Surface Pro 3.

Time menyebut tongsis memberi nilai tambah terhadap kegiatan mengambil foto diri. Selama tahun lalu itu tongsis begitu mendunia, hingga penggunaannya sampai dilarang di beberapa tempat. Di Paris, Roma, dan New York, tongsis tidak boleh dibawah ke dalam museum karena dikhawatirkan bisa menyenggol dan merusak benda-benda seni bernilai tinggi.

Di Korea Selatan penjualan tongsis yang tidak diregistrasi bisa dikenakan denda puluhan juta rupiah. Menariknya, sejumlah pertunjukkan konser musik kelas dunia seperti Coachella dan Lollapalooza pun melarang penggunaan tongsis. Alasannya, pertama terkait keamanan, dan kedua dianggap mengganggu interaksi antara musisi dan fansnya. Lalu bagaimana di Indonesia? Diperkirakan tahun ini pun tongsis akan tetap ramai dipakai.

”Tongsis menjadi benda wajib yang harus dibawa ketika berpergian, terutama bagi mereka yang suka mengabadikan momen. Kadangkala, mengambil foto selfie tidak cukup hanya dengan jangkauan tangan,” ungkap Babab. Ia juga menilai, selama sosial media masih marak dan keinginan berfoto masih tinggi, maka tongsis akan tetap digunakan.

Ungkapan Babab bisa dilihat dari maraknya penggunaan tongsis oleh komunitas seperti GoPro Indonesia (GoProID). Menurut anggota GoProID Yogyakarta Lutfi Rahmad, tetap banyak digunakan pengguna kamera aksi GoPro sebagai alat bantu hunting foto. Alasannya sederhana, tongsis membantu untuk mengambil gambar dengan jangkauan view cukup luas.

”Rasanya hampir semua anggota GoProID punya tongsis. Bahkan, saya punya dua model untuk kamera biasa dan khusus yang memiliki mounting GoPro. Kami merasa sangat terbantu,” ungkap Lutfi yang memiliki akun Instagram @geligelo ini. Anggota GoProID Yogyakarta lainnya, Muhammad Ikhsan, mengaku selalu membawa tongsis ketika bepergian. ”Dengan cakupan view luas, foto saya bisa memperlihatkan latar tempat atau lokasi foto yang indah, bukan semata-mata selfie,” ungkapnya.

”Selain itu, ketika kita berada di lokasi yang sepi dan tidak ada orang, tetap bisa mengabadikan foto dengan nyaman,” tambah pemilik akun Instagram @ikhsan_sr ini. Percaya atau tidak, tongsis juga menjadi perangkat yang dilarang dibawa di arena konser One Direction di Jakarta, akhir Maret 2015 silam dengan alasan dapat mengganggu penonton serta hal-hal yang tidak diinginkan lainnya.

Untuk masuk ke arena konser, tongsis harus dititipkan ke panita. Eka Padma Nagara mengaku agak menyesalkan keputusah promotor. ”Padahal tujuan kami membawa tongsis untuk mengabadikan konser yang tidak setiap tahun digelar di Indonesia. Itu pun untuk konsumsi pribadi. Kalau hanya pakai tangan jangkauannya pendek, karena itu kami bawa tongsis agar view-nya lebih jelas,” papar Eka.

Binti mufarida
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4192 seconds (0.1#10.140)