Satu Aplikasi Segudang Fungsi
A
A
A
Fitur ekstra yang diberikan oleh penyedia layanan Internet Messaging (IM) seperti WeChat dan Line saat ini sudah tidak kalah populer dibanding inti dari bisnis mereka: chatting. Bagaimana bisa?
Let’s Get Rich memuncaki hasil survei game Android yang paling banyak dimainkan oleh litbang KORAN SINDO. Untuk memainkannya, pengguna harus memiliki akun Line, karena memang game monopoli yang dimainkan bersamaan itu adalah bagian dari layanan Line Games milik perusahaan IM asal Jepang tersebut. Dan Line Games hanyalah satu dari sedikit fitur yang disediakan Line untuk menarik pengguna di Indonesia.
Perusahan tersebut menyediakan 20.000 set stiker emoji (per Agustus 2014), memberi kesempatan pengguna membuat dan menjual stiker lewat Line Creators Market, memiliki layanan VoIP dan aplikasi pembayaran mobile Line Pay, aplikasi khusus untuk kalangan bisnis Line@, serta membuat kampanye masif Mobile Drama Line yang menjadi viral. ”Tujuan kami adalah membuat sebuah life platform.
Bukan sekadar aplikasi chatting, melainkan aplikasi yang dapat melengkapi kehidupan penggunanya,” tegas Manager Marketing Line Indonesia Galuh Chandrakirana. Menurut Galuh, salah satu fitur Line yang dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan netizen lokal adalah Line@ yang dirilis akhir Maret 2015 silam. Line@ memfasilitasi pemilik toko, merek, media, maupun UKM untuk melakukan promosi atau sekadar memberi informasi tentang produk/brand mereka.
”Media promosi online menjadi senjata kami, karena target marketnya sangat besar,” tegas pasangan suami istri Ali Ghuraisah dan Asysyifa Fathi Rabbani selaku pemilik usaha JilbabAfra. ”Fitur Line@ memberi kesan profesional kepada konsumen, bahwa kami adalah pengusaha legit dan terpercaya,” tambahnya. Mahasiswi Ririn Andhika sudah melihat Line bukan sekadar aplikasi chatting, namun sebagai media hiburan.
Setiap Kamis dan Jumat ia selalu menunggu episode terbaru dari mobile drama Nic and Mar. ”Meski bisa ditonton di YouTube, tapi saya ingin menjadi penonton pertama,” katanya. Pemerhati game Fakry Naras Wahidi menilai popularitas game kasual Line Let’s Get Ritch di Indonesia datang dari karakternya yang mudah dan tidak membutuhkan banyak konsentrasi. ”Memainkannya pun mudah, cukup diunduh lewat smartphone secara gratis.
Mereka yang dulunya tidak pernah bermain game jadi tertarik,” katanya. Direktur PT MNC Tencent Bagus Binatoro mengakui bahwa fitur-fitur seperti Shake, Look Around, People Nearby, dan Friend Radar sangat membantu mempopulerkan WeChat yang baru masuk di Indonesia pada Februari 2013 silam itu. Menurut Bagus, di Tiongkok sendiri fitur yang diberikan WeChat sudah sangat banyak dan maju. Misalnya untuk melakukan kegiatan e-payment seperti membayar taksi hingga tiket pesawat.
Kedepannya, Bagus mengungkapkan, fiturfitur sepert itu tentu akan mereka bawa ke Indonesia. Meski demikian, di usia WeChat yang baru dua tahun di Indonesia itu mereka memiliki PR yang lebih besar. Yakni membangun data base user. ”Kami rasa pengguna di Indonesia belum siap untuk memfasilitasi semua layanan WeChat,” ungkap Bagus.
Salah satu fitur yang sudah mereka rombak untuk memenuhi kebutuhan lokal adalah Official Account, dimana merchant, brand owner, hingga UKM bisa mempromosikan produknya ke pengguna WeChat. Erlangga, 23, adalah WeChat yang cukup aktif untuk menambah teman lewat fitur Friends Nearby dan Official Account untuk promosi acaraacara kampusnya.
Di Amerika, WeChat yang saat ini memiliki 500 juta pengguna itu sudah memiliki fitur pembayaran dan bisa terhubung ke sistem Apple Pay dan Samsung Pay. Dengan cara itu, pengguna perangkat canggih wearable seperti Apple Watch, misalnya, bisa menggunakan WeChat untuk membayar di restoran atau berbelanja online. Kedepannya, mungkin kata internet messaging tidak lagi tepat untuk menggambarkan aplikasi seperti ini. “Life platform” terdengar lebih catchy dan cocok.
Binti mufarida/ cahyandaru kuncorojati
Let’s Get Rich memuncaki hasil survei game Android yang paling banyak dimainkan oleh litbang KORAN SINDO. Untuk memainkannya, pengguna harus memiliki akun Line, karena memang game monopoli yang dimainkan bersamaan itu adalah bagian dari layanan Line Games milik perusahaan IM asal Jepang tersebut. Dan Line Games hanyalah satu dari sedikit fitur yang disediakan Line untuk menarik pengguna di Indonesia.
Perusahan tersebut menyediakan 20.000 set stiker emoji (per Agustus 2014), memberi kesempatan pengguna membuat dan menjual stiker lewat Line Creators Market, memiliki layanan VoIP dan aplikasi pembayaran mobile Line Pay, aplikasi khusus untuk kalangan bisnis Line@, serta membuat kampanye masif Mobile Drama Line yang menjadi viral. ”Tujuan kami adalah membuat sebuah life platform.
Bukan sekadar aplikasi chatting, melainkan aplikasi yang dapat melengkapi kehidupan penggunanya,” tegas Manager Marketing Line Indonesia Galuh Chandrakirana. Menurut Galuh, salah satu fitur Line yang dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan netizen lokal adalah Line@ yang dirilis akhir Maret 2015 silam. Line@ memfasilitasi pemilik toko, merek, media, maupun UKM untuk melakukan promosi atau sekadar memberi informasi tentang produk/brand mereka.
”Media promosi online menjadi senjata kami, karena target marketnya sangat besar,” tegas pasangan suami istri Ali Ghuraisah dan Asysyifa Fathi Rabbani selaku pemilik usaha JilbabAfra. ”Fitur Line@ memberi kesan profesional kepada konsumen, bahwa kami adalah pengusaha legit dan terpercaya,” tambahnya. Mahasiswi Ririn Andhika sudah melihat Line bukan sekadar aplikasi chatting, namun sebagai media hiburan.
Setiap Kamis dan Jumat ia selalu menunggu episode terbaru dari mobile drama Nic and Mar. ”Meski bisa ditonton di YouTube, tapi saya ingin menjadi penonton pertama,” katanya. Pemerhati game Fakry Naras Wahidi menilai popularitas game kasual Line Let’s Get Ritch di Indonesia datang dari karakternya yang mudah dan tidak membutuhkan banyak konsentrasi. ”Memainkannya pun mudah, cukup diunduh lewat smartphone secara gratis.
Mereka yang dulunya tidak pernah bermain game jadi tertarik,” katanya. Direktur PT MNC Tencent Bagus Binatoro mengakui bahwa fitur-fitur seperti Shake, Look Around, People Nearby, dan Friend Radar sangat membantu mempopulerkan WeChat yang baru masuk di Indonesia pada Februari 2013 silam itu. Menurut Bagus, di Tiongkok sendiri fitur yang diberikan WeChat sudah sangat banyak dan maju. Misalnya untuk melakukan kegiatan e-payment seperti membayar taksi hingga tiket pesawat.
Kedepannya, Bagus mengungkapkan, fiturfitur sepert itu tentu akan mereka bawa ke Indonesia. Meski demikian, di usia WeChat yang baru dua tahun di Indonesia itu mereka memiliki PR yang lebih besar. Yakni membangun data base user. ”Kami rasa pengguna di Indonesia belum siap untuk memfasilitasi semua layanan WeChat,” ungkap Bagus.
Salah satu fitur yang sudah mereka rombak untuk memenuhi kebutuhan lokal adalah Official Account, dimana merchant, brand owner, hingga UKM bisa mempromosikan produknya ke pengguna WeChat. Erlangga, 23, adalah WeChat yang cukup aktif untuk menambah teman lewat fitur Friends Nearby dan Official Account untuk promosi acaraacara kampusnya.
Di Amerika, WeChat yang saat ini memiliki 500 juta pengguna itu sudah memiliki fitur pembayaran dan bisa terhubung ke sistem Apple Pay dan Samsung Pay. Dengan cara itu, pengguna perangkat canggih wearable seperti Apple Watch, misalnya, bisa menggunakan WeChat untuk membayar di restoran atau berbelanja online. Kedepannya, mungkin kata internet messaging tidak lagi tepat untuk menggambarkan aplikasi seperti ini. “Life platform” terdengar lebih catchy dan cocok.
Binti mufarida/ cahyandaru kuncorojati
(bbg)