Stres Boleh Asal Tidak Berkepanjangan
A
A
A
PARAilmuwan setuju bahwa stres tingkat rendah baik untuk kesehatan. Pada saat stres, tubuh menghasilkan hormon penting yang disebut kortisol. Hormon ini memiliki peran yang baik bagi tubuh.
Tidak ada seorang pun yang hidupnya lepas dari masalah. Karena seiring berjalannya waktu, otak terus berkembang bersamaan dengan pola pikir yang kian kompleks. Kebanyakan ilmuwan setuju bahwa sedikit stres baik untuk tubuh karena dapat merangsang tubuh menghasilkan hormon penting yang disebut kortisol.
Namun, stres yang berkepanjangan akan membuat tubuh rentan terhadap berbagai penyakit. Hormon kortisol merupakan hormon yang dihasilkan dari dua kelenjar adrenal yang ternyata sangat penting bagi kehidupan. Kortisol dapat membantu menjaga tekanan darah, fungsi kekebalan tubuh, dan proses antiperadangan (inflamasi) dalam tubuh. Kelenjar hipofisis bertugas mengatur jumlah kortisol yang di kelenjar adrenal, letaknya ada di dalam otak.
Namun, terlalu banyak hormon kortisol akibat stres tidak baik untuk kesehatan. Sekarang ahli telah mengungkapkannya dalam sebuah video yang diunggahnya dalam situs YouTube yang dibuat oleh Dr Raychelle Burks dari University of Nebraska, Lincoln for the American Chemical Society.
Video tersebut mengungkapkan bagaimana stres berkepanjangan–yang biasanya menyangkut keuangan dan pekerjaan— dapat menghambat sistem kekebalan tubuh, diabetes, atau bahkan dapat berdampak pada tulang keropos atau osteoporosis. Dia menyebutkan bahwa ketika menghadapi situasi stres tubuh akan mulai melepaskan hormon adrenalin dan norepinefrin dalam hitungan detik untuk mempersiapkan tubuh untuk melawan situasi tersebut.
Setelah beberapa menit berselang, tubuh akan dibanjiri hormon kortisol yang sangat penting untuk menjaga kondisi tubuh dalam melewati situasi tegang. Kortisol akan menghasilkan lebih banyak glukosa dalam aliran darah sehingga ketika adrenalin hilang, kondisi tubuh tidak akan langsung menurun drastis.
“Hal ini juga membuat hati untuk bekerja lebih keras dengan memompa glukosa berlebih dari tubuh,” kata Dr Burks seperti dikutip Daily Mail. Dia menyebutkan stres berkepanjangan akan menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. “Kortisol akan menghambat sistem kekebalan tubuh untuk bereaksi sehingga akan memungkinkan tubuh untuk memerlukan waktu yang lebih lama dalam proses penyembuhan luka,” kata Dr Burks.
Kortisol juga dapat memperlambat pertumbuhan tulang. Ini berarti tingkat yang berkelanjutan dapat menyebabkan kondisi tulang semakin lemah dan membuatnya semakin rapuh. “Dan karena kortisol bekerja di bagian dari otak yang mengontrol nafsu makan, hal ini juga berakibat meningkatkan keinginan untuk makanan berlemak dan bergula,” sebutnya.
Meskipun salah satu efek positif dari kelebihan kortisol adalah baik untuk mengurangi bengkak atau gatal dalam bentuk medis atau yang dikenal dengan hidrokortison. Namun, stres terlalu lama tidak dianjurkan. Dr Burks merekomendasikan untuk mengonsumsi makanan sehat, berolahraga, dan tidur yang cukup untuk dapat mengendalikan stres.
Larissa huda
Tidak ada seorang pun yang hidupnya lepas dari masalah. Karena seiring berjalannya waktu, otak terus berkembang bersamaan dengan pola pikir yang kian kompleks. Kebanyakan ilmuwan setuju bahwa sedikit stres baik untuk tubuh karena dapat merangsang tubuh menghasilkan hormon penting yang disebut kortisol.
Namun, stres yang berkepanjangan akan membuat tubuh rentan terhadap berbagai penyakit. Hormon kortisol merupakan hormon yang dihasilkan dari dua kelenjar adrenal yang ternyata sangat penting bagi kehidupan. Kortisol dapat membantu menjaga tekanan darah, fungsi kekebalan tubuh, dan proses antiperadangan (inflamasi) dalam tubuh. Kelenjar hipofisis bertugas mengatur jumlah kortisol yang di kelenjar adrenal, letaknya ada di dalam otak.
Namun, terlalu banyak hormon kortisol akibat stres tidak baik untuk kesehatan. Sekarang ahli telah mengungkapkannya dalam sebuah video yang diunggahnya dalam situs YouTube yang dibuat oleh Dr Raychelle Burks dari University of Nebraska, Lincoln for the American Chemical Society.
Video tersebut mengungkapkan bagaimana stres berkepanjangan–yang biasanya menyangkut keuangan dan pekerjaan— dapat menghambat sistem kekebalan tubuh, diabetes, atau bahkan dapat berdampak pada tulang keropos atau osteoporosis. Dia menyebutkan bahwa ketika menghadapi situasi stres tubuh akan mulai melepaskan hormon adrenalin dan norepinefrin dalam hitungan detik untuk mempersiapkan tubuh untuk melawan situasi tersebut.
Setelah beberapa menit berselang, tubuh akan dibanjiri hormon kortisol yang sangat penting untuk menjaga kondisi tubuh dalam melewati situasi tegang. Kortisol akan menghasilkan lebih banyak glukosa dalam aliran darah sehingga ketika adrenalin hilang, kondisi tubuh tidak akan langsung menurun drastis.
“Hal ini juga membuat hati untuk bekerja lebih keras dengan memompa glukosa berlebih dari tubuh,” kata Dr Burks seperti dikutip Daily Mail. Dia menyebutkan stres berkepanjangan akan menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. “Kortisol akan menghambat sistem kekebalan tubuh untuk bereaksi sehingga akan memungkinkan tubuh untuk memerlukan waktu yang lebih lama dalam proses penyembuhan luka,” kata Dr Burks.
Kortisol juga dapat memperlambat pertumbuhan tulang. Ini berarti tingkat yang berkelanjutan dapat menyebabkan kondisi tulang semakin lemah dan membuatnya semakin rapuh. “Dan karena kortisol bekerja di bagian dari otak yang mengontrol nafsu makan, hal ini juga berakibat meningkatkan keinginan untuk makanan berlemak dan bergula,” sebutnya.
Meskipun salah satu efek positif dari kelebihan kortisol adalah baik untuk mengurangi bengkak atau gatal dalam bentuk medis atau yang dikenal dengan hidrokortison. Namun, stres terlalu lama tidak dianjurkan. Dr Burks merekomendasikan untuk mengonsumsi makanan sehat, berolahraga, dan tidur yang cukup untuk dapat mengendalikan stres.
Larissa huda
(ars)