Disesatkan Mimpi Indah

Sabtu, 11 April 2015 - 10:39 WIB
Disesatkan Mimpi Indah
Disesatkan Mimpi Indah
A A A
FILM ini adalah remake dari film berjudul sama pada tahun 1973 silam. Juga terinspirasi dari puisi Malam Lebaran karya Sitor Situmorang. Versi barunya ini mengingatkan lagi pada nuansa film Indonesia masa lalu, yang ceritanya kompleks tapi tetap menghibur.

Pepatah lama mengatakan, kesuksesan butuh pengorbanan. Begitu juga mimpi. Tapi pengorbanan macam apa yang dibutuhkan dan seberapa besar pengorbanan tersebut harus dilakukan? Sahat (Rio Dewanto) adalah pemuda sederhana yang tinggal di Samosir, Sumatera Utara. Dia punya mimpi menjadi penulis, melahirkan buku yang dipajang di toko-toko buku.

Mimpi ini mendapat cahaya terang saat novelnya disebut memenangi sebuah kompetisi di Jakarta. Bersamaan dengan itu, sahabatnya yang sopir angkot, Tigor (Donnie Alamsyah), tergoda iming-iming Sabar (Tio Pakusadewo) agar mengadu nasib di Jakarta. Dengan tampilan necis dan mulut manis, Sabar berhasil memengaruhi Tigor.

Jadilah Sahat dan Tigor merantau ke Jakarta. Sampai di Ibu Kota, kenyataan pahit langsung menghadang. Sabar ternyata tak sesukses bayangan keduanya. Pekerjaannya hanya “menjual proposal” ke para pejabat rendahan. Sahat dan Tigor pun mengambil jalan masing-masing.

Tigor merambah jalanan, menjadi timer angkot, hingga akhirnya dilirik bos mafia. Sementara, Sahat masih agak beruntung. Dia ditaksir perempuan cantik anak orang kaya, Mona (Atiqah Hasiholan), yang tergila-gila pada novel idealis-romantis karangan Sahat.

Namun, demi bisa menikahi Mona, Sahat harus memenangkan hati ayah Mona yang tengah menjalin “kerja sama politik” dengan Maruli (Remy Silado), politikus haus pencitraan yang berniat maju menjadi calon presiden. Bulan di Atas Kuburanadalah film yang tak kenal ampun.

Penulis skenario Dirmawan Hatta (Toilet Blues) menghajar siapa pun yang muncul di film ini dengan kata-katanya yang jenaka namun pedas layaknya gadogado berkaret dua. Tak peduli dari kelas sosial mana dia berada. Tak peduli juga dari golongan mana dia berasal. Semua kena sindir. Termasuk gadis cantik dan romantis seperti Mona, juga yang miskin dan bodoh seperti Tigor dan bosnya.

Saat film baru mulai saja, Hatta sudah menyindir Tigor lewat mulut Sabar yang terkadang seperti “sampah”. “Kau ini, sudah kerja jarang pulang, masih miskin pula”. Begitu pula saat Hatta menelanjangi karakter Mona, gadis kaya yang berharap diselamatkan dari kehidupannya yang mirip neraka, dan bermimpi bisa melihat langit biru dan danau indah, dengan kehidupan yang tenang.

Tak tanggung-tanggung, Hatta menghajar Mona dengan meminjam mulut Sahat, kekasihnya sendiri. Namun, film ini tak hanya asal main sindir demi penonton bisa tertawa. Ada banyak makna yang terselip dari dialog-dialognya. Tentang dampak urbanisasi, tentang kehidupan kelam di Jakarta, juga tentang munafiknya manusia-manusia di kelas sosial atas.

Nah yang paling utama, tentang nilai kemanusiaan yang mati, hanya atas nama perlombaan menaklukkan Ibu Kota. Jakarta adalah kuburan, bahkan bagi mereka yang dianggap sukses sebagai pemenang. Di luar dialognya yang menggigit, Bulan di Atas Kuburan sebenarnya juga bukanlah film yang sempurna.

Ada beberapa yang mengganjal, terutama soal kontinuitas cerita, dan perubahan atau perkembangan karakter Sahat, Tigor, dan Mona yang kurang digambarkan. Walaupun film ini bicara dalam tema besar, semestinya perubahan-perubahan mendasar dalam karakter-karakter utamanya juga tidak bisa diabaikan begitu saja.

Namun, sebagai sebuah remake, Bulan di Atas Kuburan adalah film hiburan yang berhasil mengajak penonton untuk ikut membaca dirinya sendiri. Dan yang utama, membawa nostalgia yang menyenangkan tentang film-film Indonesia tahun 1970 dan 1980-an. Bahwa film seringan apa pun, tidak pernah lepas dari konteks sosial yang melingkupinya.

Dia bagai sahabat, orang yang paling senang menertawakan kebodohan kita, tapi sekaligus juga menjadi yang pertama mengingatkan jika kita mengambil jalan yang salah.

Herita endriana
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0701 seconds (0.1#10.140)