Setiap Orang Berpotensi Diabetes

Selasa, 14 April 2015 - 09:54 WIB
Setiap Orang Berpotensi...
Setiap Orang Berpotensi Diabetes
A A A
Jumlah penderita diabetes di Indonesia terus meningkat. Gaya hidup dan pola makan tidak sehat membuat semua orang berpotensi terkena penyakit ini. Proporsi penduduk dengan faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia kian memprihatinkan.

Hal ini lantaran mengubah perilaku merupakan tantangan utama dalam pengendalian dan pencegahan PTM. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan PTM ini makin bervariasi dan cenderung meningkat pada 2013. Berdasarkan data dari Riskesdas, masyarakat yang merokok berusia di atas 15 tahun pada 2013 sebanyak 36,3%, kurangnya melakukan aktivitas fisik yang berusia di atas 10 tahun sebanyak 26,1%, obesitas muda (berusia di atas 18 tahun) sebanyak 26,6%, dan gangguan mental dan emosional yang berusia di atas 15 tahun sebanyak 6,0%.

Faktorfaktor tersebut berkontribusi terhadap meningkatnya jumlah penderita PTM di Indonesia. ”Angka kematian banyak diakibatkan dari penyakit tidak menular seperti jantung, kanker, kronis, diabetes terus meningkat. Jika tidak ada gerakan yang memedulikan hal ini, bukan tidak mungkin akan menurunkan kualitas hidup manusia dan menurunkan umur harapan hidup,” ujar drg Dyah Erti Mustikawati,

Kepala Sub- Direktorat Pengendalian Diabetes Mellitus, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementrian Kesehatan RI dalam konferensi pers terkait PDCI, Jakarta, Jumat (10/4). Seiring meningkatnya risiko PTM juga menimbulkan peningkatan angka penderita diabetes mellitus. Penyakit diabetes (DM) atau lazim disebut kencing manis dan kerap disapa dengan penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia dengan tingkat penyebaran yang sangat progresif.

Terdapat peningkatan yang sangat tajam pada angka penderita diabetes tipe 2. Pada 1985 diperkirakan 30 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes. Sepuluh tahun kemudian angka tersebut meningkat menjadi 150 juta orang. Saat ini menurut Federasi Diabetes Internasional angkanya telah mencapai 285 juta orang dan diperkirakan terus meningkat sampai 438 juta orang pada 2030.

Penyakit diabetes mellitus terjadi manakala jumlah atau konsentrasi glukosa atau gula di dalam darah melebih keadaan normal. Konsentrasi gula darah dikatakan normal bila dalam keadaan puasa di pagi hari tidak melebihi 100 mg/dL. Sementara seseorang dikatakan mengidap diabetes mellitus ketika konsentrasi gula darah dalam keadaan puasa di pagi hari lebih atau sama dengan 126 mg/dL, dan 2 jam setelah makan akan sama atau lebih dari 200 mg/dL.

Diabetes merupakan penyakit atau kelainan yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengubah makanan menjadi energi, disebabkan kekurangan hormon insulin yang berfungsi membantu tubuh mendapatkan energi dari makanan. Gejala penyakit diabetes terjadi secara bertahan dan perlahan-lahan.

Gejala awal yang ringan dapat berupa selalu haus, selalu lapar, sering kencing, berkurangnya penglihatan (pandangan menjadi kabur), berat badan turun tanpa sebab yang jelas, dan rasa lesu cepat lelah. Kemudian dapat juga dirasakan kesemutan atau rasa baal, atau rasa sakit pada tangan dan kaki, kulit kering, gatal-gatal serta infeksi pada kulit, gusi, kandung kencing atau vagina yang berulang dan proses penyembuhan yang lama.

Fakta ini diperparah lagi dengan data yang Riskesdas yang menyebutkan bahwa justru banyak penderitanya yang tidak sadar bahwa dirinya terkena diabetes. Pada 2007 sebanyak 5,7% masyarakat Indonesia menderita diabetes mellitus. Dari angka yang terdiagnosis tersebut, sebanyak 73,7% penderita tidak menyadari bahwa mereka mengidap diabetes. Pada 2013 sebanyak 6,9% masyarakat terjangkit diabetes dan sebanyak 69,9% dari mereka tidak menyadari hal tersebut.

”Setiap orang memiliki peluang terserang diabetes. Tak banyak orang yang rutin mengecek kadar gula dalam darah, bisa jadi kita termasuk di dalamnya,” tutur drg Dyah Erti Mustikawati. Jika penderita tidak menyadarinya dalam jangka panjang, lama kelamaan seiring dengan bertambah beratnya penyakit, kemungkinan komplikasi kronis yang paling umum adalah stroke, penyakit kardiovaskular yang memengaruhi jantung dan pembuluh darah yang dapat mengakibatkan komplikasi fatal seperti penyakit jantung koroner.

Diabetes juga bisa menyebabkan penyakit ginjal yang dapat mengakibatkan gagal ginjal. ”Bahkan, yang telah didiagnosa terkena diabetes yang bersinggungan dengan penyakit lain, keadaannya akan semakin parah, seperti tuberkulosis kronis,” ungkap Dyah. Gejala-gejala dan komplikasi kronis tersebut dapat dihindari dengan penanganan yang tepat dan teratur.

Karena belum ada cara atau obat untuk menyembuhkan diabetes, maka tujuan dari pengobatan diabetes adalah mengurangi gejala dan mencegah komplikasi, memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi biaya pengobatan. Pada dasarnya semua orang berisiko terkena diabetes. Mengembangkan dan mempertahankan kebiasaan yang baik dalam hal pola makan dan aktivitas fisik memiliki peran krusial dalam hal pencegahan.

Jika memang keadaan sudah terlambat dan seseorang telah divonis menderita diabetes, itu pun bukan berarti akhir dari segalanya. Walau tidak dapat disembuhkan, penyakit diabetes dapat dikendalikan melalui penanganan yang tepat dan disiplin melalui dua hal, memantau kadar glukosa darah secara rutin & mandiri serta memilih dan disiplin menerapkan pengobatan yang tepat.

Larissa huda
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0624 seconds (0.1#10.140)