Perempuan Rawan Kena Penyakit Jantung

Kamis, 16 April 2015 - 08:39 WIB
Perempuan Rawan Kena Penyakit Jantung
Perempuan Rawan Kena Penyakit Jantung
A A A
Penyakit jantung telah menjadi penyebab utama kematian pada perempuan. Gaya hidup, budaya, dan cara pandang ketimuran ternyata membuat perempuan berisiko lebih besar terkena serangan jantung dibandingkan laki-laki.

Penyakit jantung telah menjadi ancaman utama dan merupakan penyakit yang berperan utama sebagai penyebab kematian di seluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendorong setiap negara untuk serius melakukan upaya kesehatan yang berperan dalam mencegah ataupun mengatasi penyakit yang dapat berakibat fatal ini.

Laporan dari negara-negara maju, seperti Amerika, Eropa, Australia, menyatakan bahwa peringkat pertama penyebab kematian pada perempuan usia 65 tahun ke atas adalah penyakit jantung, diikuti oleh kanker dan stroke. Hal serupa juga akan terjadi di Indonesia, yang ikut berkontribusi atas hampir 9 juta kematian perempuan dunia setiap tahun akibat penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular).

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan kontributor kematian terbesar. Padahal, penyakit ini sebenarnya dapat dicegah seperti halnya mencegah stroke. Fakta-fakta menunjukkan bahwa terdapat bias gender akibat pengaruh budaya atau cara pandang. Kesadaran akan pentingnya kesehatan jantung pada kaum perempuan masih rendah, mereka juga sering beranggapan bahwa kesehatan suami atau kaum laki-laki lebih penting daripada diri sendiri.

Alokasi sumber daya keluarga dan masyarakat pun menjadi tidak berimbang. Masih banyak pula profesional medis yang beranggapan bahwa penyakit kardiovaskular (PKV) adalah penyakit kaum laki-laki sehingga PKV terhadap perempuan, yang gejala-gejalanya memang tidak khas, kerap terlewatkan. Penyakit jantung jadi penyebab utama atau pembunuh nomor satu.

Angka kematian nomor satu dari perempuan adalah penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung, terutama jantung koroner. ”Ada hal khusus yang berbeda dengan laki-laki, misalnya laki-laki keluhan nyeri dada yang tipikal, kalau perempuan tidak, lebih ke lelah, lemas, keringat banyak, dan mual. Kadang mereka hanya menganggap sebagai masuk angin. Diobati dengan dikerok saja,” kata Dewan Penasihat Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia dr Anna Ulfah Rahajoe SpJP(K) saat menghadiri acara Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association (ASMIHA) di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Jumat (10/4).

Menurut dr Anna Ulfah, salah satu sifat perempuan yang lebih mengayomi suami dan anaknya menjadi penyebabnya. Perempuan cenderung menahan sakit. Itulah sebabnya jika perempuan terkena serangan jantung lebih banyak yang meninggal daripada laki-laki. Perempuan pembuluhnya juga kecil-kecil dibanding laki-laki, sering tidak bisa didiagnosis.

”Inilah pentingnya bagaimana kita mencegah penyakit jantung koroner. Caranya bisa dengan diet. WHO menganjurkan makan sayur dan buah lima porsi dalam sehari. Ironisnya, di Indonesia, orang lebih banyak makan nasi, kolesterolnya tinggi. Kalau yang tidak mampu malah makan nasi pakai garam. Padahal, garam itu yang memicu terjadinya tekanan darah tinggi,” tutur dr Anna.

Data WHO mengungkapkan, 80% angka kematian akibat penyakit kardiovaskular ada di negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah. ”Sekarang ini angka obesitas juga meningkat dan sudah menjangkiti ibuibu. Obesitas bisa menyebabkan kolesterol tinggi, hipertensi, dan semua itu mendorong munculnya penyakit jantung koroner.

Di Singapura, yang penduduknya 5 juta orang, dokter jantungnya 150 personel, sedangkan di Indonesia, penduduknya 250 juta, dokter spesialis jantungnya hanya 750 tenaga ahli. Kita perlu 7.500 tenaga ahli, baru pelayanan jantungnya memadai,” ungkapnya.

Iman firmansyah
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3567 seconds (0.1#10.140)