Hati-Hati Memilih Lensa Kontak Warna

Jum'at, 17 April 2015 - 08:34 WIB
Hati-Hati Memilih Lensa...
Hati-Hati Memilih Lensa Kontak Warna
A A A
Tak hanya untuk memaksimalkan penglihatan, lensa kontak saat ini juga digandrungi karena bisa memperindah mata. Namun, masih banyak pengguna yang belum tahu dampak buruk penggunaan alat optik ini jika pemilihannya tidak tepat.

Lensa kontak memiliki kelebihan tersendiri dibanding alat bantu penglihatan mata seperti kacamata. Lensa kontak membuat pandangan lebih baik, tidak berkabut pada perubahan, meningkatkan kepercayaan diri, dan memudahkan saat beraktivitas. Selain itu, lensa kontak kerap dijadikan aksesori untuk mempercantik mata agar terlihat lebih menawan. Banyak anak muda yang kini menggandrungi segala jenis lensa kontak, terutama lensa kontak warna.

“Fungsi dari lensa kontak warna sendiri meliputi menambah atau mengubah warna mata, memperbesar iris mata, dan menutupi bekas luka pada mata,” tutur Cheni Lee OD, FIACLE, seorang ahli lensa kontak warna se-Asia Tenggara. Kini lensa kontak sangat mudah didapatkan. Namun, amat disayangkan masih banyak peredaran lensa kontak dilakukan oleh oknum yang tidak berwenang dan tidak bertanggung jawab.

Akibatnya, mereka yang tidak tahu prosedur penggunaan lensa kontak dapat dengan mudah menjangkaunya melalui salon, gerai kecantikan, online , bahkan tak jarang pula ditemui di pinggiran jalan yang tidak dilengkapi tenaga refractions optician atau praktisi lensa kontak yang paham seluk beluk kesehatan mata.

Setiap tempat optik harus dilengkapi seorang optometris atau refraksi optis yang memberikan pelayanan kesehatan kepada klien yang melakukan pemeriksaan mata dasar, pemeriksaan refraksi, menetapkan hasil pemeriksaan, menyiapkan, dan membuat lensa kacamata atau lensa kontak.

“Di tengah maraknya bisnis lensa kontak warna, masih banyak temui produk tidak terdaftar di Kemenkes RI, kualitas yang rendah dan tidak terkontrol sehingga membawa dampak yang fatal bagi mata,” ujar Dian Leila Sari AMd RO, SPd, MKes, Ketua Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia (IROPIN) dalam Seminar Media yang diadakan oleh IROPIN yang didukung oleh PT Johnson & Johnson, Jakarta, Rabu (15/4).

Dia mengatakan, hendaknya membeli lensa kontak warna melalui optik resmi dan memiliki tenaga ahli kesehatan mata atau refraksionis optisien/ optometris yang sudah memiliki surat tanda registrasi (STR) dan surat izin kerja (SIK). “Ada syarat-syarat tertentu yang menentukan apakah seseorang boleh atau tidak menggunakan alat terebut. Ada banyak pemeriksaan terhadap mata yang harus dilalui,” ujar Dian.

Hal-hal yang perlu diikuti ketika memilih menggunakan softlens warna, di antaranya harus melewati pemeriksaan oleh ahli mata atau optisien yang profesional. Nantinya mereka akan menentukan jenis softlens yang cocok berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengukuran mata. Setelah itu penting bagi konsumen untuk memilih softlens warna yang sudah terdaftar oleh regulator yang ditunjuk.

“Masalah kesehatan mata yang berakibat implikasi klinis terjadi karena dua hal, yakni kualitas lensa yang tidak terkontrol dan konsumen yang tidak ikut aturan pemakaian,” tutur Cheni Lee OD, FIACLE. Konsumen yang tidak mengikuti aturan pemakaian biasanya mereka mengalami konjungtivitas alergi akibat endapan protein, infiltrate cornea , pemakaian lensa yang melebihi masa pakai dan ganti, microbial keratitis , dan sering tidur dengan softlens terpasang pada mata.

Penting untuk mengikuti cara perawatan, pembersihan, dan desinfeksi yang sudah dijelaskan tenaga ahli. Hindari penggunaan lensa kontak dengan cara berbagi dengan orang lain dan tidak digunakan saat tidur. Bila mata merah, iritasi, bengkak, berair, nyeri, dan muncul rasa mengganjal, segera untuk dilepaskan dan konsultasi dengan dokter spesialis mata.

Umumnya material dasar softlens warna adalah hydroxylmethylmehacarylate (HEMA) atau hydrogel yang mengandung kadar air antara 38-45% dengan transmisi oksigen sekitar 18 hingga 22. “Kadar oksigen yang didapatkan oleh kornea mata harus cukup tinggi. Masalah yang cukup sering terjadi akibat pemakaian lensa kontak warna yang kurang terkontrol, yaitu adanya gejala mata kering serta kurang oksigen,” ujar dr Yulia Aziza SpM, Hubungan Masyarakat Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI).

Untuk itu, perlu memperhatikan material lensa kontak seperti transmisibilitasoksigen (Dk). Hal ini dengan tujuan agar oksigen dapat lewat melalui materi lensa kontak, molekul tersebut harus larut dengan materi. Dk tergantung pada desain lensa dan ketebalannya. Penggunaan lensa kontak yang tidak sesuai aturan dapat menyebabkan berbagai kompilasi.

Kompilasi ini terjadi sebanyak lebih kurang 4% dari pengguna lensa kontak. Pada kelopak mata misalnya, untuk gejala noninfeksi akan terserang alergi, kelopak mata yang turun, dan terdapat gangguan kelenjar meibom yang terdapat pada mata. Untuk gangguan infeksi, mata akan mengalami blefaritis atau infeksi pada kelopak mata, yang menyebabkan mata menjadi kemerahan, iritasi, dan kulit yang bersisik.

Selain itu, kompilasi juga bisa menyerang konjungtiva (selaput lendir mata) yang menyebabkannya bengkak, merah, serta konjungtivitas papila. Konjungtivitas ini bisa diakibatkan oleh bakteri atau virus. Bagian lain yang bisa terinfeksi adalah kornea. Pada efek awal akan terjadi lecet atau abrasi akibat reaksi terhadap cairan perawatan lensa kontak.

Selain itu, ada rasa yang mengganjal, pembentukan pembuluh darah baru (neovaskularisasi), dan mata kering. Beberapa infeksi seperti hipoksia juga perlu diwaspadai, yaitu kurangnya asupan oksigen ke kornea, gangguan pada tear film, l ensa kontak sangat lebih tebal dari tear film , lensa kontak lunak mudah terjadi penguapan, dan pembentukan deposit.

Larissa huda
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8252 seconds (0.1#10.140)