Jaga Citra di Dunia Maya

Sabtu, 25 April 2015 - 11:39 WIB
Jaga Citra di Dunia Maya
Jaga Citra di Dunia Maya
A A A
Berhati-hati dalam berperilaku di jejaring sosial, bukan hanya sebatas tidak bicara kasar atau banyak mengeluh. Ada banyak lagi yang harus diperhatikan agar pekerjaan dan karier Anda tetap aman.

Apa saja? Sudah begitu banyak kasus yang menunjukkan betapa sebuah postingan atau cuitan di jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, juga Path bisa merusak reputasi atau karier seseorang. Mulai dari kasus Florence Sihombing yang memaki warga Yogyakarta di Twitter dan Path, hingga yang terakhir ada sastrawan Saut Situmorang yang diadukan ke pihak berwajib karena berkata kotor terhadap seorang perempuan di kolom komentar Facebook.

Kasus yang menimpa Florence dan Saut bisa saja terjadi pada kita, terutama bagi yang bekerja pada perusahaan di bidang media dan teknologi. Internet telah menjadi bagian terintegrasi dengan budaya di kantor. Faktanya, menurut survei terkini Jobvite , sebanyak 55% perusahaan mengakui mempertimbangkan profil kehidupan para kandidat pencari kerja berdasarkan apa yang dipasang di media sosial (medsos) mereka.

“Banyak orang mem-posting banyak hal di media sosial tanpa menyadari akibatnya,” kata David Blacker, mantan perekrut kerja dan pendiri Venerate Media Group, perusahaan yang bergerak di bidang media sosial dan hubungan masyarakat. Untuk membantu Anda agar terhindar dari kondisi tidak menguntungkan ini, ada beberapa tips yang harus diingat untuk dihindari di dunia internet agar Anda tidak dijauhi para perekrut kerja dan menjadi kandidat yang dianggap mampu bekerja dengan baik.

Menulis atau berbicara kasar atau buruk Jika Anda berpikir berkoar-koar membenci pekerjaan diri sendiri di Twitter dengan menggunakan tagar #hatemyjob pada Minggu malam tidak akan membahayakan, sebaiknya Anda berpikir ulang. Bergosip tentang teman masa kuliah atau perusahaan tempat Anda bekerja, atau bahkan bekas tempat Anda bekerja, ternyata menjadi faktor utama yang mematikan potensi Anda sebagai kandidat yang dicari.

Ini buktinya. Survei dari CareerBuilder pada tahun lalu menunjukkan sebanyak 36% calon manajer yang dilirik ternyata lolos dari alasan di atas. Dan satu hal lagi yang harus diingat, menjelek-jelekkan tempat kerja Anda di ruang publik membuat nama Anda juga ikut menjadi buruk. Sebab, hal ini membuat perekrut meragukan apakah Anda termasuk pekerja yang akan masuk dalam tim untuk mendukung perusahaan nantinya.

“Orang sering menggunakan medsos sebagai forum untuk mencurahkan rasa frustrasi mereka,” sebut Blacker. Semua ini jelas dilihat oleh para perekrut kerja. Dan jangan kaget ketika saat itu pula kesempatan untuk bisa dilirik perusahaan seketika hilang dari hadapan Anda. Terlalu Pribadi Teorinya, Anda memang sah-sah saja menyajikan informasi tentang kehidupan pribadi atau semisal hobi Anda di Facebook, Twitter, dan Pinterest .

Tentu saja para perekrut tidak bisa “membuang” Anda begitu saja dari daftar hanya karena hobi terhadap kucing. Tapi hati-hati, jika tak tepat, berbagi informasi pribadi di medsos bisa menjadi bumerang, dan balik menghancurkan diri kita sendiri. Misalkan saja masalah keyakinan atau agama, kehamilan, dan sebagainya.

Sebuah studi Carnegie pada tahun lalu menyatakan banyak perusahaan yang menemukan beberapa kandidat yang melakukan diskriminasi terhadap kandidat Muslim ketimbang Kristen. Sedangkan untuk kehamilan, studi Rice University pada 2013 lalu membuk-tikan para pelamar yang sedang berbadan dua biasanya menerima lebih banyak diskriminasi kehidupan pribadi dibandingkan pelamar lainnya.

Mungkin jalan tengahnya adalah Anda tetap bisa mem-posting tentang kehidupan pribadi Anda, termasuk agama dan keluarga. Tapi pastikan, Anda melakukan pengecekan atau pengawasan dua arah, yakni memasang aplikasi yang hanya membolehkan kerabat dekat yang bisa melihat semua posting-an tersebut.

Posting-an yang kontradiktif pendiri perusahaan perekrut pelamar kerja HR Virtuoso yang berbasis di Dallas, Liz DAloia, memiliki cerita tersendiri untuk hal ini. Ada seorang kandidat pelamar kerja yang menulis posting -an yang cukup menyayat hati. Sang pelamar menulis jika dirinya harus mendadak berhenti kerja karena mengalami kecelakaan mobil dan tidak bisa kembali ke kantor tempatnya bekerja.

“Tapi sesaat kemudian, manajer perusahaan menemukan beberapa foto dirinya sedang melalukan ski air saat liburan, yang terlihat begitu berbeda dengan kisah yang menyayat hati itu,” sebutnya. Sungguh ironis! Padahal, menurut Blacker, saat ini bagian dari mempersiapkan proses wawancara adalah untuk memastikan jika setiap informasi yang Anda tulis di akun pribadi Anda adalah sesuatu yang diharapkan akan dilihat orang lain pula.

Kesalahan Eja dan Tata Bahasa Ini mungkin bagian yang banyak tak diperhatikan orang yang memposting di medsos. Banyak yang mengabaikan ejaan dan tata bahasa di posting -an pribadi mereka, tanpa berpikir siapa yang akan memedulikan hal ini. Namun, akan ada yang memperhatikan, yaitu manajer perusahaan. Berdasarkan survei Jobvite, sebanyak 66% pelamar langsung ditolak karena alasan remeh-temeh ini, tapi penting adanya.

Jadi pastikan sebelum mem-posting-nya di dunia maya, Anda menulisnya terlebih dahulu di dalam aplikasi Word Document. Ini meminimalkan kesalahan teknis tulisan Anda. Tips kedua, Anda bisa memasang fitur Correctica.com sehingga bisa terhindar dari kesalahan teknis dan pastinya layanan ini gratis.

Konten yang Dipertanyakan Para kepala perekrut pelamar kerja pastinya akan melihat dan membaca semua posting -an Anda di media. Jobvite mencatat, mulai dari kata-kata kotor atau tak senonoh yang hampir ditemui dari 63% kandidat pelamar, hingga referensi masalah narkoba ilegal (83%) hingga masalah seksual (70%).

“Satu kata kotor atau foto tak sopan seperti Anda yang senang mabuk tidak akan begitu mengkhawatirkan saya. Tapi jika ini muncul dalam pola yang konsisten dan sering, saya khawatir apakah masalah ini akan memengaruhi kemampuan Anda dalam bekerja,” tegas Corcodilos. Dan satu hal yang harus digarisbawahi adalah reputasi Anda bergantung pada bagaimana Anda “menyajikan” diri Anda sendiri.

Corcodilos menambahkan, hal yang mudah diingat adalah, sebaiknya ubah sudut pandang Anda menjadi manajer perekrut pelamar kerja. Jika sudah begitu, apakah benar Anda, sebagai manajer perusahaan akan membawa halhal tak baik itu dalam proses wawancara? Menjadi Pengganggu Career Builder menemukan sekitar 28% perusahaan langsung mengeliminasi para pelamar karena komentar mereka tentang ras, gender, atau agama.

Meski bukan faktor besar yang akan membuat Anda kehilangan poin dalam mencari kerja, tapi kita tetap harus berhati-hati ketika mengeluarkan pendapat atau komentar. Mengapa? Karena tidak semua orang yang melihat akun Anda tahu persis tentang selera humor Anda sebagaimana kawan dekat Anda. Di dunia internet, ada satu pakem yang bisa Anda pegang.

“Anda bisa menjadi siapa pun yang Anda inginkan di internet, maka jadilah orang yang baik yang bisa membuat Anda bangga. Tingkatkan standar tingkah laku Anda, dan menulislah sesuatu yang akan membantu dan membuat orang merasa lebih baik,” sebut Corcodilos. Ini bisa menjadi sinyalemen bagi para perusahaan jika Anda adalah tim pekerja yang bisa diandalkan. Dan pastinya membawa spirit atau semangat yang baik di tempat bekerja Anda nantinya.

Susi susanti/themuse
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6581 seconds (0.1#10.140)