Jangan Sepelekan Gigi Ngilu

Senin, 27 April 2015 - 09:08 WIB
Jangan Sepelekan Gigi Ngilu
Jangan Sepelekan Gigi Ngilu
A A A
BUKAN hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, studi kualitatif yang dilakukan Universitas Sheffield, Inggris, bekerja sama dengan GSK mengungkap bahwa gigi sensitif berdampak negatif dalam kehidupan sehari-hari.

Akhir pekan merupakan kesempatan bagi Fenita Arie dan keluarga untuk berwisata kuliner. Sayang keluhan ngilu akibat gigi sensitif acap kali mengganggu kegiatannya tersebut. ”Kami sekeluarga senang mencoba restoran baru. Tapi jadi enggak happy karena susah menikmati. Memang sih keluhan ini (gigi ngilu) datang dan pergi, tapi lama kelamaan jadi sering,” keluh ibu dua anak ini dalam acara konferensi pers Sensodyne Enjoy Tanpa Ngilu!di Tangerang Selatan, beberapa waktu lalu.

Keluhan ini dia konsultasikan ke dokter gigi untuk minta ditambal, tetapi dokter mengatakan bahwa penyebabnya bukan lubang di gigi melainkan email yang tipis. Fenita mengaku salah satu bagian giginya agak meregang akibat tidak tuntas memakai kawat gigi. ”Akibatnya gusi saya menjadi turun,” ujarnya. Apa yang Fenita alami ternyata juga banyak dialami masyarakat umum. Memang gigi ngilu memang dapat membuat momen kebersamaan terganggu.

”Ciri utama gigi sensitif adalah rasa sakit yang pendek dan tajam saat terkena rangsangan. Namun, keluhan ini biasanya hilang sehingga banyak orang merasa tidak perlu menindaklanjuti,” kata drg Jehezkiel Martua dari GlaxoSmithKline (GSK) Oral Health Care Expert Marketing. Pemicu kondisi tersebut adalah email gigi yang menipis karena gusi yang turun sehingga akar gigi atau dentinterekspos.

Dentinini memiliki saluran-saluran yang sangat kecil yang langsung berhubungan dengan saraf gigi. Penyebabnya berbagai macam. Menurut dokter gigi yang akrab disapa Eki ini, kebiasaan menyikat gigi yang salah juga lama kelamaan membuat gusi turun. Penyebab lain adalah proses pemutihan gigi karena bahannya bersifat asam sehingga lapisan email akan menipis. Problem kesehatan ini dapat melanda berbagai usia, tapi kebanyakan adalah mereka yang masih berusia produktif, baik pria atau wanita.

”Hampir 43% populasi pernah mengalami gigi sensitif. Ini tentu mengganggu karena karakter orang Indonesia itu doyan makan, di acara apa pun pasti ada makan-makannya,” kata Danny Hadhyan, Marketing Director GSK. Bukan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, dalam studi kualitatif yang dilakukan oleh Universitas Sheffield, Inggris, bekerja sama dengan GSK, disebutkan gigi sensitif berdampak negatif dalam kehidupan sehari-hari. ”Kondisi ini berdampak pada aspek fungsional, emosional, dan sosial. Dampak fungsional misalnya kita jadi takut sikat gigi di bagian yang ngilu,” kata Eki.

Karena dihantui rasa ngilu, Eki menyebutkan, kita pun membatasi diri untuk menikmati makanan dan minuman. Akibatnya bisa saja kebutuhan nutrisi jadi kurang tercukupi. Sementara, dampak emosional juga sangat jelas dan nyata dirasakan. Misalnya rasa terganggu oleh rasa ngilu yang tiba-tiba datang, rasa kesal karena tidak bisa menikmati makanan dan minuman favorit, hingga merasa terganggu karena harus menyusun strategi dalam mengatasi rasa ngilu, seperti mengubah cara makan dan minum.

Para ahli di MayoClinic menegaskan, jika selama menyikat gigi, mengunyah atau minum Anda menghindari tempat yang sensitif ini karena rasa ngilu, berarti Anda memerlukan pengobatan. Untuk diketahui, rasa ngilu pada gigi bukan hanya karena gigi sensitif, karenanya harus konsultasikan. Adapun drg Laura Zaizavonna selaku GSK Oral Care Expert Marketing Consultant mengatakan, ada enam cara yang dapat dilakukan untuk menangani gigi sensitif. Nah yang utama pastinya dengan menyikat gigi dua kali sehari.

Kemudian menggunakan pasta gigi khusus gigi sensitif, menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut, tidak melakukan penyikatan gigi dengan tekanan berlebih, menghindari kebiasaan menggertakkan gigi, dan memeriksakan kondisi gigi ke dokter gigi secara rutin enam bulan sekali. Laura mengingatkan untuk menggosok gigi selama minimal dua menit, dengan gerakan memutar atau vertikal dari batas gusi hingga ujung gigi.

Hindari gerakan horizontal karena cenderung akan mengikis leher gigi sehingga mudah terserang gigi sensitif. Batasi pula makanan yang sifatnya terlalu asam. Sebaliknya, tambahkan makanan berkalsium tinggi, seperti susu dan keju dalam diet Anda. Selain itu, tidak disarankan untuk mengonsumsi makanan atau minuman panas dan dingin secara beriringan. Sebab, saraf gigi butuh penyesuaian suhu.

Salah satu inovasi mengatasi gigi sensitif adalah dengan menggunakan pasta gigi yang berteknologi NovaMin, yang mampu membentuk kembali lapisan mineral gigi yang alami untuk melindungi area gigi yang sensitif. Teknologi ini bekerja secara alami saat bercampur dengan air liur di dalam mulut.

”Reaksi kimia dari NovaMin ketika berkontak langsung dengan air liur, ia akan menaikkan Ph mulut. Nah yang menyebabkan ion kalsium dan fosfat melepas dan membantu pembentukan kembali lapisan mineral gigi pada dentinyang terbuka,” kata Laura.

Sri noviarni
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5960 seconds (0.1#10.140)