Depresi dan Diabetes Berisiko Demensia

Selasa, 28 April 2015 - 09:02 WIB
Depresi dan Diabetes Berisiko Demensia
Depresi dan Diabetes Berisiko Demensia
A A A
SESEORANG yang sedang mengalami depresi, terutama berkepanjangan, tentu akan menurunkan kesehatan otak.

Diabetes pun demikian, turut memiliki risiko sama-sama menurunkan kinerja otak. Namun, apabila keduanya berkombinasi, sudah barang tentu akan makin memperburuk keadaan. Depresi dan diabetes keduanya memiliki risiko yang sama terhadap otak. Jika seseorang menderita keduanya, secara signifikan akan meningkatkan risiko demensia atau pikun. Temuan ini berdasarkan hasil penelitian yang dilansir Healthday News.

“Seharusnya kita bisa melakukan tindakan yang lebih baik seperti mengidentifikasi diabetes dan depresi. Kemudian langsung diberikan penanganan ketika teridentifikasi,” ujar dr Dimitry Davydow, profesor psikiatri dan ilmu perilaku dari University of Washington School of Medicine di Seattle. Penelitian ini mengamati risiko demensia pada 2,4 juta orang yang berusia di atas 50 tahun di Denmark yang sedang mengalami depresi, diabetes tipe 2, dan menderita keduanya.

Kemudian hasilnya dibandingkan dengan orang yang tidak menderita keduanya. Para ahli juga mengambil catatan kondisi sebelumnya secara medis pada pasien, seperti masalah pada pembuluh darah dan komplikasi, seperti gagal ginjal dan penyakit lain. “Bahkan setelah mencatatnya, diabetes sendiri meningkatkan risiko demensia sekitar 15%, sedangkan depresi sekitar 83%. Jika terjangkit keduanya berisiko sekitar 107%,” tutur Davydow. Dampak ini akan semakin kuat terjadi, terutama pada orang yang berusia di bawah 65 tahun.

”Pada kelompok usia tersebut, sekitar seperempat dari kasus demensia disebabkan oleh depresi dan diabetes,” kata Davydow. Penelitian ini menekankan pada hubungan kompleks antara depresi, diabetes, dan demensia, tapi tidak membangun secara langsung hubungan sebab-akibat antara ketiganya. ”Banyak bukti yang menyebutkan bahwa orang yang terjebak dalam kondisi depresi sangat mungkin menyebabkan terserang masalah medis kronis lain, seperti diabetes, penyakit jantung, hipertensi,” kata Davydow.

Kebanyakan dari mereka yang sedang depresi jarang mendapat penanganan medis atau pengobatan. Sementara mereka yang menderita diabetes biasanya berawal dari pikiran yang tertekan atau depresi,” ujarnya. Selain itu, menurut Davydow, diabetes sangat mungkin membawa plak yang akan berkembang di pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan stroke dan demensia. Hal ini juga diakui dr Charles Reynolds dari University of Pittsburgh Medical Center.

Dia mengatakan bahwa diabetes dan depresi, keduanya dapat menyerang kesehatan otak. ”Keduanya berpotensi menyerang kesehatan pembuluh darah. Kondisi ini akan menghambat pemeliharaan otak yang sehat untuk dapat berfungsi dengan baik dan tentunya berisiko pada penurunan kognitif,” katanya.

Reynold menganjurkan bagi mereka yang memiliki kombinasi diabetes dan depresi untuk mendapatkan penanganan medis untuk menjaga fungsi otak mereka. ”Pemilihan gaya hidup, seperti meningkatkan aktivitas fisik, akan bermanfaat terhadap pengelolaan kondisi tersebut,” ujarnya.

Larissa huda
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6731 seconds (0.1#10.140)