Label Distro Indonesia yang Mendunia
A
A
A
Perkembangan distro berjalan cukup baik akhir-akhir ini. Hal itu boleh jadi karena bajubaju distro memang dibuat untuk kawula muda secara eksklusif. Tak heran jika perkembangan distro kebanyakan terjadi di pusat kota yang memiliki kawula muda cukup konsumtif dalam berbelanja.
Jika kita berbicara tentang bisnis distro , tentu bukan suatu hal yang mudah dikerjakan. Sebab, ketika memutuskan untuk membuat brand pakaian sendiri, tentu kita harus memiliki desain unik yang berbeda dengan brand lain.
Kita juga harus memikirkan strategi pemasarannya. Ada banyak sekali brand baju distro Indonesia yang jika kita sebutkan satu per satu mungkin jumlahnya bisa mencapai ratusan, bahkan lebih. Dari sekian banyak brand tersebut, ada beberapa yang ternyata tidak hanya sukses di Indonesia, juga sukses di luar negeri dan mampu mendunia. Apa saja brand pakaian distro Indonesia yang sudah terkenal itu?
Pertama kali mendengar nama Peter Says Denim, pasti Anda akan mengira kalau brand baju satu itu berasal dari mancanegara. Apalagi brand yang namanya sering disingkat PSD ini sering digunakan oleh sejumlah band rock indie asal luar negeri. Semisal Sky Eats Airplane, The Almost, dan Silverstain. Brand yang berdiri sejak 2008 ini memiliki ciri khas motif yang simpel dan mencerminkan selera kawula muda. Soal harganya, bisa dikatakan relatif terjangkau. Ambil contoh kaus berwarna putih bermotif gambar tengkorak dibanderol dengan harga Rp80.000 saja.
Adapun untuk kaus perempuan tanpa lengan berwarna ungu dan bermotif abstrak, dibanderol dengan harga Rp65.000. Lain halnya dengan brand pakaian distro yang satu ini, yaitu Crooz. Label yang sudah dibangun sejak 2003 oleh Max Praditya ini memiliki banyak outlet di Indonesia dan di luar negeri.
Beberapa outlet Crooz yang berlokasi di luar negeri, antara lain ada di Filipina, Singapura, dan Jepang. Brand ini juga sempat menangani sejumlah kostum band ternama, seperti Pee Wee Gaskin, Thirteen, Kiling Me Inside, Sweet As Revenge, dan The Trunk. Crooz memiliki ciri menggunakan nama brand - nya serta gambar berciri khas anak band sebagai motif di bajunya. Ambil contoh kaus berwarna abuabu yang memiliki motif bertuliskan nama Crooz dan dipadukan dengan gambar piramida, yang dibanderol dengan harga Rp215.000.
Sementara, kaus hitam bermotif tengkorak bajak laut diberi banderol harga Rp205.000. Satu lagi brand distro yang tidak kalah mendunia, yakni Ouval Research, yang dikreasikan oleh tiga orang: Rizki, Maskom, dan Firman. Mereka mengkreasikan Ouval Research setelah melihat maraknya komunitas skateboard di Bandung pada saat itu. Kaus yang ketiganya buat terbilang unik, karena mereka membuat produk dengan print yang unik dan kental. Konsepnya street style yang dinamis, fun , sekaligus berjiwa muda. Ini yang menjadi kekuatan Ouval Research sampai sekarang.
Rizki, Maskom, dan Firman tidak berhenti dengan inovasi terhadap kaus. Karena kini mereka juga mulai membuat serta mengembangkan beberapa produk lain seperti aksesori, tas, sepatu, bahkan MP3 dan otopet. Mengenai harga produkproduk tersebut, brand ini memberi banderol mulai Rp200.000 hingga Rp1 juta.
Aprilia s andyna
Jika kita berbicara tentang bisnis distro , tentu bukan suatu hal yang mudah dikerjakan. Sebab, ketika memutuskan untuk membuat brand pakaian sendiri, tentu kita harus memiliki desain unik yang berbeda dengan brand lain.
Kita juga harus memikirkan strategi pemasarannya. Ada banyak sekali brand baju distro Indonesia yang jika kita sebutkan satu per satu mungkin jumlahnya bisa mencapai ratusan, bahkan lebih. Dari sekian banyak brand tersebut, ada beberapa yang ternyata tidak hanya sukses di Indonesia, juga sukses di luar negeri dan mampu mendunia. Apa saja brand pakaian distro Indonesia yang sudah terkenal itu?
Pertama kali mendengar nama Peter Says Denim, pasti Anda akan mengira kalau brand baju satu itu berasal dari mancanegara. Apalagi brand yang namanya sering disingkat PSD ini sering digunakan oleh sejumlah band rock indie asal luar negeri. Semisal Sky Eats Airplane, The Almost, dan Silverstain. Brand yang berdiri sejak 2008 ini memiliki ciri khas motif yang simpel dan mencerminkan selera kawula muda. Soal harganya, bisa dikatakan relatif terjangkau. Ambil contoh kaus berwarna putih bermotif gambar tengkorak dibanderol dengan harga Rp80.000 saja.
Adapun untuk kaus perempuan tanpa lengan berwarna ungu dan bermotif abstrak, dibanderol dengan harga Rp65.000. Lain halnya dengan brand pakaian distro yang satu ini, yaitu Crooz. Label yang sudah dibangun sejak 2003 oleh Max Praditya ini memiliki banyak outlet di Indonesia dan di luar negeri.
Beberapa outlet Crooz yang berlokasi di luar negeri, antara lain ada di Filipina, Singapura, dan Jepang. Brand ini juga sempat menangani sejumlah kostum band ternama, seperti Pee Wee Gaskin, Thirteen, Kiling Me Inside, Sweet As Revenge, dan The Trunk. Crooz memiliki ciri menggunakan nama brand - nya serta gambar berciri khas anak band sebagai motif di bajunya. Ambil contoh kaus berwarna abuabu yang memiliki motif bertuliskan nama Crooz dan dipadukan dengan gambar piramida, yang dibanderol dengan harga Rp215.000.
Sementara, kaus hitam bermotif tengkorak bajak laut diberi banderol harga Rp205.000. Satu lagi brand distro yang tidak kalah mendunia, yakni Ouval Research, yang dikreasikan oleh tiga orang: Rizki, Maskom, dan Firman. Mereka mengkreasikan Ouval Research setelah melihat maraknya komunitas skateboard di Bandung pada saat itu. Kaus yang ketiganya buat terbilang unik, karena mereka membuat produk dengan print yang unik dan kental. Konsepnya street style yang dinamis, fun , sekaligus berjiwa muda. Ini yang menjadi kekuatan Ouval Research sampai sekarang.
Rizki, Maskom, dan Firman tidak berhenti dengan inovasi terhadap kaus. Karena kini mereka juga mulai membuat serta mengembangkan beberapa produk lain seperti aksesori, tas, sepatu, bahkan MP3 dan otopet. Mengenai harga produkproduk tersebut, brand ini memberi banderol mulai Rp200.000 hingga Rp1 juta.
Aprilia s andyna
(ars)