Saat Autoimun Serang Otak
A
A
A
Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit langka yang masih misterius. Belum diketahui penyebab dan obat penyakit yang menyerang mielin otak dan medula spinalis ini.
Kabar duka kembali menyelimuti dunia hiburan atas meninggalnya seorang komedian kawakan, Ferrasta Soebardi, yang akrab disapa Pepeng. Pepeng meninggal dunia di Rumah Sakit Puri Cinere, Jakarta Selatan. Pria yang dikenal lewat acara telekuis Jari-Jaridi RCTIini selama 10 tahun berjuang melawan penyakit multiple sclerosis(MS). Multiple sclerosistergolong penyakit langka.
Penyakit ini merupakan penyakit jangka panjang yang dapat memengaruhi otak, sumsum tulang belakang, dan saraf optik di mata. Kondisi inilah yang menyebabkan masalah dengan visi, keseimbangan, kontrol otot, dan fungsi dasar tubuh lainnya. Multiple sclerosismerupakan penyakit autoimun kronik yang menyerang mielin otak dan medula spinalis.
Penyakit ini menyebabkan kerusakan mielin dan akson yang mengakibatkan gangguan transmisi konduksi saraf. Menurut Riwanti Estiasari dari Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Indonesia penyakit ini tergolong jarang jika dibandingkan dengan penyakit neurologis lainnya. MS lebih sering menyerang perempuan dibandingkan laki-laki dengan rasio 2:1.
Umumnya penyakit ini diderita mereka yang berusia 20-50 tahun. MS bersifat progresif dan dapat mengakibatkan kecacatan. Sekitar 50% penderita MS akan membutuhkan bantuan untuk berjalan dalam 15 tahun setelah onset penyakit. “Sampai saat ini, penyebab yang pasti terkait ini belum dapat diketahui karena penderitanya secara tiba-tiba terjangkit,” ujar dr Puspasari Sp (S), dokter ahli saraf di Rumah Sakit Bethsaida. Menurut dia, penyakit ini sama sekali tidak dipengaruhi faktor gen sehingga tidak ada risiko dari keturunan dan sebagainya.
“Belum ada obat yang benarbenar mampu menyembuhkan penderita dari penyakitnya. Penanganan yang dilakukan tim medis pun biasanya hanya memberikan obat-obatan hanya untuk mengurangi gejalanya,” sebut dr Puspasari Sp (S). MS memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang. Gejala awal MS termasuk kelemahan, kesemutan, mati rasa, dan penglihatan kabur.
Tanda-tanda lain adalah terjadi masalah dalam berjalan, kelelahan, kelemahan otot atau kejang, penglihatan kabur, mati rasa dan kesemutan, masalah seksual, kandung kemih atau kontrol usus yang buruk, nyeri, depresi, dan mengalami masalah saat fokus atau mengingat. Pengobatan dapat meringankan gejala MS dan menunda perkembangan penyakit. “Gejala awal yang paling umum ditemui adalah gangguan pada penglihatan.
Gangguan penglihatan lain yang dapat terjadi, yaitu penglihatan membayang (diplopia), neuritis optikal, pergerakan mata yang tak terkontrol, kebutaan meskipun sangat jarang terjadi,” kata dr Puspasari. Banyak jenis MS yang menampakkan gejala penyakit “kekebalan tubuh”. Ketika itu tubuh menyerang sel-sel dan jaringanjaringannya sendiri (dalam kasus MS, yang diserang adalah myelin).
Para peneliti belum mengetahui apa yang memicu sistem kekebalan tubuh tersebut menyerang myelin, tetapi ada satu pemikiran bahwa hal tersebut terjadi karena beberapa faktor. MS pada stadium awal dapat terlihat, seperti riwayat penyakit dengan gejala-gejala yang samar, yang dapat muncul secara sporadis dalam kurun waktu yang lama, dan sering kali dihubungkan dengan suatu kondisi medis yang lain.
Gejala-gejala yang tidak terlihat dan bersifat subjektif sering kali sulit untuk dikomunikasikan dengan dokter, serta para ahli kesehatan, dan sayangnya dalam diagnosis tingkat paling awal, perlakuan kurang simpatik masih merupakan hal yang umum bagi penderita MS. Penegakan diagnosis yang akurat sangat diperlukan agar pasien bisa mendapatkan pengobatan yang akurat sedini mungkin.
Tata laksana pasien MS perlu memperhatikan tipe MS dan gejala yang menyertai. Menurut Dr dr Jacub Pandelaki, setelah didiagnosis secara klinis, langkah selanjutnya dapat dilakukan dengan diagnosis dengan radiologi. “Untuk mendeteksi penyakit ini, pasien dianjurkan melakukan pemeriksaan dengan pemindaian magnetic resonance imaging(MRI) atau MRI scan. Waktu yang tepat adalah saat dalam keadaan relapseatau kambuh,” kata Dr dr Jacub Pandelaki Sp Rad (K), ahli radiologi Rumah Sakit Bethsaida.
Larissa huda
Kabar duka kembali menyelimuti dunia hiburan atas meninggalnya seorang komedian kawakan, Ferrasta Soebardi, yang akrab disapa Pepeng. Pepeng meninggal dunia di Rumah Sakit Puri Cinere, Jakarta Selatan. Pria yang dikenal lewat acara telekuis Jari-Jaridi RCTIini selama 10 tahun berjuang melawan penyakit multiple sclerosis(MS). Multiple sclerosistergolong penyakit langka.
Penyakit ini merupakan penyakit jangka panjang yang dapat memengaruhi otak, sumsum tulang belakang, dan saraf optik di mata. Kondisi inilah yang menyebabkan masalah dengan visi, keseimbangan, kontrol otot, dan fungsi dasar tubuh lainnya. Multiple sclerosismerupakan penyakit autoimun kronik yang menyerang mielin otak dan medula spinalis.
Penyakit ini menyebabkan kerusakan mielin dan akson yang mengakibatkan gangguan transmisi konduksi saraf. Menurut Riwanti Estiasari dari Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Indonesia penyakit ini tergolong jarang jika dibandingkan dengan penyakit neurologis lainnya. MS lebih sering menyerang perempuan dibandingkan laki-laki dengan rasio 2:1.
Umumnya penyakit ini diderita mereka yang berusia 20-50 tahun. MS bersifat progresif dan dapat mengakibatkan kecacatan. Sekitar 50% penderita MS akan membutuhkan bantuan untuk berjalan dalam 15 tahun setelah onset penyakit. “Sampai saat ini, penyebab yang pasti terkait ini belum dapat diketahui karena penderitanya secara tiba-tiba terjangkit,” ujar dr Puspasari Sp (S), dokter ahli saraf di Rumah Sakit Bethsaida. Menurut dia, penyakit ini sama sekali tidak dipengaruhi faktor gen sehingga tidak ada risiko dari keturunan dan sebagainya.
“Belum ada obat yang benarbenar mampu menyembuhkan penderita dari penyakitnya. Penanganan yang dilakukan tim medis pun biasanya hanya memberikan obat-obatan hanya untuk mengurangi gejalanya,” sebut dr Puspasari Sp (S). MS memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang. Gejala awal MS termasuk kelemahan, kesemutan, mati rasa, dan penglihatan kabur.
Tanda-tanda lain adalah terjadi masalah dalam berjalan, kelelahan, kelemahan otot atau kejang, penglihatan kabur, mati rasa dan kesemutan, masalah seksual, kandung kemih atau kontrol usus yang buruk, nyeri, depresi, dan mengalami masalah saat fokus atau mengingat. Pengobatan dapat meringankan gejala MS dan menunda perkembangan penyakit. “Gejala awal yang paling umum ditemui adalah gangguan pada penglihatan.
Gangguan penglihatan lain yang dapat terjadi, yaitu penglihatan membayang (diplopia), neuritis optikal, pergerakan mata yang tak terkontrol, kebutaan meskipun sangat jarang terjadi,” kata dr Puspasari. Banyak jenis MS yang menampakkan gejala penyakit “kekebalan tubuh”. Ketika itu tubuh menyerang sel-sel dan jaringanjaringannya sendiri (dalam kasus MS, yang diserang adalah myelin).
Para peneliti belum mengetahui apa yang memicu sistem kekebalan tubuh tersebut menyerang myelin, tetapi ada satu pemikiran bahwa hal tersebut terjadi karena beberapa faktor. MS pada stadium awal dapat terlihat, seperti riwayat penyakit dengan gejala-gejala yang samar, yang dapat muncul secara sporadis dalam kurun waktu yang lama, dan sering kali dihubungkan dengan suatu kondisi medis yang lain.
Gejala-gejala yang tidak terlihat dan bersifat subjektif sering kali sulit untuk dikomunikasikan dengan dokter, serta para ahli kesehatan, dan sayangnya dalam diagnosis tingkat paling awal, perlakuan kurang simpatik masih merupakan hal yang umum bagi penderita MS. Penegakan diagnosis yang akurat sangat diperlukan agar pasien bisa mendapatkan pengobatan yang akurat sedini mungkin.
Tata laksana pasien MS perlu memperhatikan tipe MS dan gejala yang menyertai. Menurut Dr dr Jacub Pandelaki, setelah didiagnosis secara klinis, langkah selanjutnya dapat dilakukan dengan diagnosis dengan radiologi. “Untuk mendeteksi penyakit ini, pasien dianjurkan melakukan pemeriksaan dengan pemindaian magnetic resonance imaging(MRI) atau MRI scan. Waktu yang tepat adalah saat dalam keadaan relapseatau kambuh,” kata Dr dr Jacub Pandelaki Sp Rad (K), ahli radiologi Rumah Sakit Bethsaida.
Larissa huda
(bbg)