Masuk List Kota dengan Tingkat Stres Tertinggi di Dunia, Gen Z di Jakarta Rentan Stres
Rabu, 10 Januari 2024 - 11:50 WIB
JAKARTA - Dalam berbagai penelitian yang dilakukan para ahli, Generasi Z dilaporkan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada orang dewasa. Banyak faktor yang menjadi penyebab tingginya tingkat stres pada remaja ini seperti karena pekerjaan atau perkuliahan, masalah percintaan atau hubungan dengan keluarga dan teman, persaingan lewat sosial media, serta ketidakmampuan untuk mengelola situasi dan emosi yang dirasakan.
Terlebih lagi remaja yang tinggal di ibu kota Jakarta yang dinobatkan sebagai salah satu kota dengan tingkat stres tertinggi di dunia. Menempati urutan sembilan, Stressful Cities Index oleh situs Vaay memberikan nilai 41,8 saja. Jakarta memang memiliki masalah pada kemacetan dan tingkat polusi udara yang masih relatif tinggi. Akses kesehatannya pun perlu ditingkatkan kembali.
Dengan berbagai faktor tersebut, memang suatu hal wajar apabila remaja mengalami stres saat mereka mengalami perubahan besar baik secara fisik, mental, maupun hormonalnya, dan di saat yang sama bertemu dengan orang dan lingkungan baru saat beranjak dewasa.
Namun, apabila perubahan perilaku tersebut tidak segera pulih, kondisi tersebut dapat disebut sebagai gangguan stres yang jika tidak ditangani dapat berubah menjadi depresi.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia pada 2021 didapati temuan bahwa mayoritas remaja dan dewasa muda berusia 16 sampai 24 tahun memasuki periode kritis kesehatan mental. Selain itu, masih dari penelitian yang sama, hampir 96 persen remaja dan dewasa muda di Indonesia mengalami gejala kecemasan (anxiety) dan 88 persen di antaranya mengalami gejala depresi.
Nah, agar stress kamu tidak berkembang menjadi depresi, yuk lakukan 8 tips jitu berikut ini :
1. Kurangi Penggunaan Gawai
Dari riset tim Divisi Psikiatri Anak dan Remaja Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia baru-baru ini, diketahui bahwa kecanduan gadget atau gawai di kalangan remaja dapat mengakibatkan sulit bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain, cenderung menutup diri, dan sulit konsentrasi.
Komputer, tablet, smartphone, dan perangkat gawai lainnya memang sangat membantu pekerjaan kita. Namun menggunakannya terlalu sering tidak baik bagi bagi kesehatan fisik dan mental.
Terlebih lagi remaja yang tinggal di ibu kota Jakarta yang dinobatkan sebagai salah satu kota dengan tingkat stres tertinggi di dunia. Menempati urutan sembilan, Stressful Cities Index oleh situs Vaay memberikan nilai 41,8 saja. Jakarta memang memiliki masalah pada kemacetan dan tingkat polusi udara yang masih relatif tinggi. Akses kesehatannya pun perlu ditingkatkan kembali.
Dengan berbagai faktor tersebut, memang suatu hal wajar apabila remaja mengalami stres saat mereka mengalami perubahan besar baik secara fisik, mental, maupun hormonalnya, dan di saat yang sama bertemu dengan orang dan lingkungan baru saat beranjak dewasa.
Namun, apabila perubahan perilaku tersebut tidak segera pulih, kondisi tersebut dapat disebut sebagai gangguan stres yang jika tidak ditangani dapat berubah menjadi depresi.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia pada 2021 didapati temuan bahwa mayoritas remaja dan dewasa muda berusia 16 sampai 24 tahun memasuki periode kritis kesehatan mental. Selain itu, masih dari penelitian yang sama, hampir 96 persen remaja dan dewasa muda di Indonesia mengalami gejala kecemasan (anxiety) dan 88 persen di antaranya mengalami gejala depresi.
Nah, agar stress kamu tidak berkembang menjadi depresi, yuk lakukan 8 tips jitu berikut ini :
1. Kurangi Penggunaan Gawai
Dari riset tim Divisi Psikiatri Anak dan Remaja Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia baru-baru ini, diketahui bahwa kecanduan gadget atau gawai di kalangan remaja dapat mengakibatkan sulit bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain, cenderung menutup diri, dan sulit konsentrasi.
Komputer, tablet, smartphone, dan perangkat gawai lainnya memang sangat membantu pekerjaan kita. Namun menggunakannya terlalu sering tidak baik bagi bagi kesehatan fisik dan mental.
Lihat Juga :
tulis komentar anda