Idap Penyakit Langka, Wanita Ini Tak Tahan Dengar Suara Tertawa Anaknya
Sabtu, 02 Maret 2024 - 11:00 WIB
JAKARTA - Seorang wanita Inggris mengidap penyakit langka hyperacusis yang membuatnya tidak tahan mendengar suara tertawa anak-anak dan temannya. Bahkan musik menyebabkan rasa sakit yang melumpuhkannya.
Hingga 18 bulan yang lalu, wanita bernama Karen Cook ini bekerja sebagai awak kabin dan menjalani kehidupan normal bersama suami dan kedua putranya. Namun kemudian dia mulai mengalami sesuatu yang aneh dan menyakitkan.
Dilansir dari Oddity Central, Sabtu (2/3/2024) pada 2022, hiperakusisnya tiba-tiba muncul. Kondisi ini membuat suara menjadi siksaan baginya.
Suara-suara orang yang dicintai, mengobrol dengan teman, atau mendengarkan musik favoritnya menyebabkan sakit kepala yang tak tertahankan. Sehingga dia mulai mengasingkan diri hanya untuk menghindari suara-suara tersebut.
“Seperti ada yang menuangkan lahar panas ke telinga saya dan kepala saya terbakar, seluruh kepala saya sakit, terutama di belakang mata saya,” kata Karen baru-baru ini kepada BBC.
“Ini seperti migrain, seperti Anda ingin membuka kepala untuk menghilangkan tekanan,” sambungnya.
Sejak dia pertama kali didiagnosa mengidap hiperakusis, Karen telah berusaha menyembuhkan, atau setidaknya mengendalikan gejalanya. Namun keadaannya malah semakin memburuk.
Dia sekarang menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam ruangan, karena dia tidak dapat menangani semua kebisingan dari dunia luar. Bahkan ketika sendirian di rumah, dia memakai penutup telinga dan pemblokir kebisingan untuk melindungi dirinya sendiri.
Hingga 18 bulan yang lalu, wanita bernama Karen Cook ini bekerja sebagai awak kabin dan menjalani kehidupan normal bersama suami dan kedua putranya. Namun kemudian dia mulai mengalami sesuatu yang aneh dan menyakitkan.
Dilansir dari Oddity Central, Sabtu (2/3/2024) pada 2022, hiperakusisnya tiba-tiba muncul. Kondisi ini membuat suara menjadi siksaan baginya.
Suara-suara orang yang dicintai, mengobrol dengan teman, atau mendengarkan musik favoritnya menyebabkan sakit kepala yang tak tertahankan. Sehingga dia mulai mengasingkan diri hanya untuk menghindari suara-suara tersebut.
“Seperti ada yang menuangkan lahar panas ke telinga saya dan kepala saya terbakar, seluruh kepala saya sakit, terutama di belakang mata saya,” kata Karen baru-baru ini kepada BBC.
“Ini seperti migrain, seperti Anda ingin membuka kepala untuk menghilangkan tekanan,” sambungnya.
Sejak dia pertama kali didiagnosa mengidap hiperakusis, Karen telah berusaha menyembuhkan, atau setidaknya mengendalikan gejalanya. Namun keadaannya malah semakin memburuk.
Dia sekarang menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam ruangan, karena dia tidak dapat menangani semua kebisingan dari dunia luar. Bahkan ketika sendirian di rumah, dia memakai penutup telinga dan pemblokir kebisingan untuk melindungi dirinya sendiri.
tulis komentar anda