Ramadhan, Ibu-ibu di Serbia Lomba Masak Indomie
Jum'at, 01 Mei 2020 - 10:14 WIB
JAKARTA - Berkumpul bersama teman atau keluarga besar sudah menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia. Bahkan menjadi tradisi menjelang bulan Ramadhan.
Biasanya, sebuah keluarga besar berkumpul di suatu tempat, masing-masing membawa berbagai macam makanan. Dari kue, buah-buahan, dan nasi serta lauk pauknya.
Setelah makan siang usai, biasanya dilanjutkan dengan salat zuhur. Minum kopi dan ngobrol ngalor-ngidul menanyakan kabar tiap anggota keluarga menjadi pengisi acara selanjutnya.
Pertemuan itu lantas ditutup dengan saling bersalaman dengan seluruh keluarga besar, cipika-cipiki, seraya menyampaikan permohonan maaf lahir dan batin dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.
Sayang, seiring meluasnya penyebaran virus corona, orang mendadak berhenti melakukan tradisi itu. Maklum, pemerintah sudah mewajibkan masyarakat untuk melakukan jaga jarak (social distancing). Selain itu, rumah-rumah makan, atau area publik tempat masyarakat berkumpul juga sudah stop sementara melayani pengunjung.
Tapi di era teknologi canggih tidak ada yang tak mungkin. Karantina bukan halangan. Lihat saja ibu-ibu warga negara Indonesia (WNI) di Serbia. Memanfaatkan aplikasi zoom, mereka tetap bisa bercengkerama dan bersilaturahmi. Dalam mengisi tradisi kumpul-kumpul jelang memasuki bulan puasa, mereka menggelar acara lomba masak mi instan.
Dipromotori oleh Darma Wanita KBRI Beograd, ide yang muncul saat hari Kartini 21 April, yaitu membuat lomba masak mi instan secara virtual pun segera dieksekusi. Satu hari sebelum bulan Ramadan tiba, lomba dilaksanakan.
“Ide ini muncul karena kami sudah kangen dan rindu untuk bertemu sambil ngobrol, ketawa-ketawa, bertukar cerita, dan tentu sambil makan-makan,” kata Aty Chandra, istri Duta Besar RI untuk Serbia.
Lomba yang disponsori oleh PT Indoadriatic Industry, produsen mi instan asal Indonesia di Serbia –kebetulan beberapa anggota Darma Wanita KBRI Beograd tercatat sebagai keluarga Indo Adriatic, disepakati untuk digelar saat makan siang.
Biasanya, sebuah keluarga besar berkumpul di suatu tempat, masing-masing membawa berbagai macam makanan. Dari kue, buah-buahan, dan nasi serta lauk pauknya.
Setelah makan siang usai, biasanya dilanjutkan dengan salat zuhur. Minum kopi dan ngobrol ngalor-ngidul menanyakan kabar tiap anggota keluarga menjadi pengisi acara selanjutnya.
Pertemuan itu lantas ditutup dengan saling bersalaman dengan seluruh keluarga besar, cipika-cipiki, seraya menyampaikan permohonan maaf lahir dan batin dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.
Sayang, seiring meluasnya penyebaran virus corona, orang mendadak berhenti melakukan tradisi itu. Maklum, pemerintah sudah mewajibkan masyarakat untuk melakukan jaga jarak (social distancing). Selain itu, rumah-rumah makan, atau area publik tempat masyarakat berkumpul juga sudah stop sementara melayani pengunjung.
Tapi di era teknologi canggih tidak ada yang tak mungkin. Karantina bukan halangan. Lihat saja ibu-ibu warga negara Indonesia (WNI) di Serbia. Memanfaatkan aplikasi zoom, mereka tetap bisa bercengkerama dan bersilaturahmi. Dalam mengisi tradisi kumpul-kumpul jelang memasuki bulan puasa, mereka menggelar acara lomba masak mi instan.
Dipromotori oleh Darma Wanita KBRI Beograd, ide yang muncul saat hari Kartini 21 April, yaitu membuat lomba masak mi instan secara virtual pun segera dieksekusi. Satu hari sebelum bulan Ramadan tiba, lomba dilaksanakan.
“Ide ini muncul karena kami sudah kangen dan rindu untuk bertemu sambil ngobrol, ketawa-ketawa, bertukar cerita, dan tentu sambil makan-makan,” kata Aty Chandra, istri Duta Besar RI untuk Serbia.
Lomba yang disponsori oleh PT Indoadriatic Industry, produsen mi instan asal Indonesia di Serbia –kebetulan beberapa anggota Darma Wanita KBRI Beograd tercatat sebagai keluarga Indo Adriatic, disepakati untuk digelar saat makan siang.
Lihat Juga :
tulis komentar anda