Geliat Seni Kaligrafi dan UMKM di Kampung Lengkong Kulon Tangerang
Rabu, 29 Mei 2024 - 16:16 WIB
JAKARTA - Di tengah perkembangan teknologi dan modernisasi yang pesat, seni tradisional masih memancarkan pesonanya di Kampung Lengkong Kulon, Pagedangan, Kabupaten Tangerang. Di tempat ini, akar seni kaligrafi Islam di Indonesia telah berkembang dan kini, dengan adanya Workshop dan Galeri Kaligrafi, semangat tersebut dihidupkan kembali oleh seorang tokoh inspiratif bernama Seala Syah Alam.
Ahmad Zawawi, pengajar di MTS Raudlatul Irfan, mengisahkan bagaimana galeri ini membawa perubahan besar.
"Saya berharap dengan adanya workshop kaligrafi ini, semangat para pemuda dan pelajar di Lengkong Kulon untuk mendalami seni kaligrafi yang menjadi ikon Lengkong dapat meningkat," katanya.
Ahmad Zawawi bukan sekadar guru, tetapi juga ahli kaligrafi yang berpengalaman dalam penulisan mushaf Ibu Tin Soeharto antara tahun 1998 hingga 2001. Baginya, kaligrafi adalah warisan yang harus dijaga dan dilestarikan.
"Kaligrafi bukan hanya seni, tetapi sebuah warisan yang perlu dijaga dan diwariskan," ujarnya dengan tegas.
Sejarah seni kaligrafi di Lengkong dimulai oleh Almarhum K.H. Mukhtar Hasan bin K.H. Hasan dan dilanjutkan oleh K.H. Abdul Razak Muhili beserta keturunannya. Kini, seni ini didukung penuh oleh berbagai pihak, termasuk pihak kepolisian setempat. Lokasi galeri kaligrafi ini berada di sekitar Taman Makam Pahlawan Raden Aria Wangsakara, Kampung Lengkong Ulama, Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Pagedangan.
Seala Syah Alam, Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Pagedangan, memainkan peran kunci dalam kebangkitan ini. Setelah mengunjungi Kampung Lengkong dan mendengar kisah para seniman lokal, ia mengambil inisiatif untuk membangun galeri kaligrafi.
"Melihat potensi yang dapat dikembangkan, saya bersama anggota Polsek dan dukungan warga membangun galeri ini. Harapan kami adalah melahirkan seniman-seniman dari tempat ini," ujar Seala Syah Alam.
Dalam waktu delapan bulan, galeri ini telah berkembang menjadi pusat kegiatan seni yang aktif. Seniman dari berbagai latar belakang berkumpul, berbagi pengetahuan, dan menciptakan karya-karya indah yang tidak hanya dikenal di tingkat lokal tetapi juga berpotensi menembus pasar internasional.
Ahmad Zawawi, pengajar di MTS Raudlatul Irfan, mengisahkan bagaimana galeri ini membawa perubahan besar.
"Saya berharap dengan adanya workshop kaligrafi ini, semangat para pemuda dan pelajar di Lengkong Kulon untuk mendalami seni kaligrafi yang menjadi ikon Lengkong dapat meningkat," katanya.
Ahmad Zawawi bukan sekadar guru, tetapi juga ahli kaligrafi yang berpengalaman dalam penulisan mushaf Ibu Tin Soeharto antara tahun 1998 hingga 2001. Baginya, kaligrafi adalah warisan yang harus dijaga dan dilestarikan.
"Kaligrafi bukan hanya seni, tetapi sebuah warisan yang perlu dijaga dan diwariskan," ujarnya dengan tegas.
Sejarah seni kaligrafi di Lengkong dimulai oleh Almarhum K.H. Mukhtar Hasan bin K.H. Hasan dan dilanjutkan oleh K.H. Abdul Razak Muhili beserta keturunannya. Kini, seni ini didukung penuh oleh berbagai pihak, termasuk pihak kepolisian setempat. Lokasi galeri kaligrafi ini berada di sekitar Taman Makam Pahlawan Raden Aria Wangsakara, Kampung Lengkong Ulama, Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Pagedangan.
Seala Syah Alam, Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Pagedangan, memainkan peran kunci dalam kebangkitan ini. Setelah mengunjungi Kampung Lengkong dan mendengar kisah para seniman lokal, ia mengambil inisiatif untuk membangun galeri kaligrafi.
"Melihat potensi yang dapat dikembangkan, saya bersama anggota Polsek dan dukungan warga membangun galeri ini. Harapan kami adalah melahirkan seniman-seniman dari tempat ini," ujar Seala Syah Alam.
Dalam waktu delapan bulan, galeri ini telah berkembang menjadi pusat kegiatan seni yang aktif. Seniman dari berbagai latar belakang berkumpul, berbagi pengetahuan, dan menciptakan karya-karya indah yang tidak hanya dikenal di tingkat lokal tetapi juga berpotensi menembus pasar internasional.
tulis komentar anda