Wamenparekraf Apresiasi Produk Upcycle Tenun Sutra di Semasa Piknik, Harganya Tembus Rp1 Jutaan
Jum'at, 31 Mei 2024 - 23:15 WIB
JAKARTA - Kunjungan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo ke Semasa Piknik, tepatnya ke booth Gui, membuat Gayatri Puspita selaku owner begitu gembira.
Ya, Gayatri merasa senang karena Wamenparekraf bisa lihat langsung bagaimana kain tenun sisa bisa dimanfaatkan kembali untuk menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Hal ini meminimalisir terbuang sia-sia kain tenun yang dibuat dalam waktu lama.
"Senang Ibu Wamenparekraf hadir mampir ke booth Gui," kata Gayatri saat diwawancarai MNC Portal, Jumat (31/5/2024).
Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo sendiri sempat memuji beberapa pelaku UMKM muda yang concern terhadap konsep sustainable atau berkelanjutan, salah satunya Gui ini.
"Luar biasa sekali, saya melihat banyak UMKM yang menggunakan sustainable material pada produksinya di Semasa Piknik ini," ungkap Angela penuh bangga.
Gui sendiri fokus pada pengolahan kain tenun sutra sisa yang dimanfaatkan kembali menjadi produk baru yang bernilai jual.
Sampai saat ini Gui memproduksi beberapa barang dengan material utamanya tenun sutra, seperti tas origami, card holder, lanyard, book cover, headband, topi, hingga scrunchie. Harga produknya mulai dari Rp35 ribu hingga Rp1.250.000.
Dalam proses produksi, Gayatri mengaku kalau dia hanya memiliki dua pengrajin. Itu yang membuat produksi tas hanya bisa 1 buah per hari.
Konsep berkelanjutan diterapkan Gui dengan memastikan tidak ada kain tenun sutra yang dibuang. Sekecil apapun dimanfaatkan menjadi barang yang bermanfaat.
"Misalnya book cover, itu dibuat dari perca kain kecil-kecil sisa dari pembuatan tas, headband, atau scrunchie. Perca itu kami bordir lagi sampai menjadi cover book yang bisa di lepas pasang. Jadi bisa dipakai terus menerus," papar Gayatri.
Brand Gui sendiri lahir dari hasil eksperimen pada 2018. Menurut Gayatri, di 2020 baru kemudian mulai memproduksi, tapi masih sebatas hobi.
"Pas sudah jadi beberapa produk, ternyata teman-teman suka. Yasudah lanjut untuk lebih seriusin Gui pada 2022 hingga sekarang," ungkap Gayatri.
Ya, Gayatri merasa senang karena Wamenparekraf bisa lihat langsung bagaimana kain tenun sisa bisa dimanfaatkan kembali untuk menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Hal ini meminimalisir terbuang sia-sia kain tenun yang dibuat dalam waktu lama.
"Senang Ibu Wamenparekraf hadir mampir ke booth Gui," kata Gayatri saat diwawancarai MNC Portal, Jumat (31/5/2024).
Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo sendiri sempat memuji beberapa pelaku UMKM muda yang concern terhadap konsep sustainable atau berkelanjutan, salah satunya Gui ini.
"Luar biasa sekali, saya melihat banyak UMKM yang menggunakan sustainable material pada produksinya di Semasa Piknik ini," ungkap Angela penuh bangga.
Gui sendiri fokus pada pengolahan kain tenun sutra sisa yang dimanfaatkan kembali menjadi produk baru yang bernilai jual.
Sampai saat ini Gui memproduksi beberapa barang dengan material utamanya tenun sutra, seperti tas origami, card holder, lanyard, book cover, headband, topi, hingga scrunchie. Harga produknya mulai dari Rp35 ribu hingga Rp1.250.000.
Dalam proses produksi, Gayatri mengaku kalau dia hanya memiliki dua pengrajin. Itu yang membuat produksi tas hanya bisa 1 buah per hari.
Konsep berkelanjutan diterapkan Gui dengan memastikan tidak ada kain tenun sutra yang dibuang. Sekecil apapun dimanfaatkan menjadi barang yang bermanfaat.
"Misalnya book cover, itu dibuat dari perca kain kecil-kecil sisa dari pembuatan tas, headband, atau scrunchie. Perca itu kami bordir lagi sampai menjadi cover book yang bisa di lepas pasang. Jadi bisa dipakai terus menerus," papar Gayatri.
Brand Gui sendiri lahir dari hasil eksperimen pada 2018. Menurut Gayatri, di 2020 baru kemudian mulai memproduksi, tapi masih sebatas hobi.
"Pas sudah jadi beberapa produk, ternyata teman-teman suka. Yasudah lanjut untuk lebih seriusin Gui pada 2022 hingga sekarang," ungkap Gayatri.
(tdy)
Lihat Juga :
tulis komentar anda