Soto Rujak, Dua Menu Satu Rasa yang Menggoda Selera
Sabtu, 29 Agustus 2020 - 13:19 WIB
BANYUWANGI - Melancong ke Banyuwangi tak hanya bisa menikmati keindahan alam dan beragam destinasi pantai. Keragaman kuliner nya juga sayang dilewatkan. Sebut saja nasi tempong, pecel pitik, rujak soto, dan masih banyak lagi lainya.
Kuliner rujak soto misalnya. Bagi yang baru mendengar menu ini, memang terasa janggal. Rujak merupakan menu makanan berisi sayuran, petis, tahu, cingur dan lontong. Soto juga merupakan menu yang berisikan daging ayam, kuah kuning. Rujak dan soto adalah dua menu yang dihidangkan terpisah karena jenisnya memang berbeda. (Baca: Gunakan Teknologi tepat Guna, Pelayanan Posyandu Bisa Meningkat)
Tapi di Banyuwangi, dua menu ini bisa menjadi satu sajian yang kelezatan dan enaknya jangan ditanya. Bisa dibayangkan bukan? Kuliner khas Banyuwangi ini merupakan gabungan antara rujak cingur dan soto daging kuah kuning dengan cita rasa gurih, segar, manis dan pedas. Kombinasi ini mampu menggoyang lidah.
"Ini merupakan kuliner khas Banyuwangi yang tidak ada di daerah lain. Bagi yang baru dengar, mungkin terasa aneh. Tapi kalau sudah mencicipi pasti ketagihan," ujar Rahma yang pernah menjadi tour guide saat KORAN SINDO bertandang ke Banyuwangi beberapa waktu lalu.
Menurutnya, karena menjadi khas daerah, menu ini pun banyak dijumpai di depot- depot atau kaki lima. Bahkan, menu di hotel pun dapat ditemukan yang namanya rujak soto ini. Di Pendapa Bupati pun, menu ini menjadi salah satu hidangan untuk menjamu tamu. (Baca juga: Memanas, China Usir Kapal Perang AS dari Laut China Selatan)
Pemerintah daerah pun tak ingin rujak soto ini hilang atau tidak membumi. Karenanya, pemda setempat memberi ruang khusus kuliner ini dalam sebuah festival yang diberi nama Festival Rujak Soto. Kni menjadi rangkaian Banyuwangi Festival dalam rangka hari jadi yang diperingati setiap tahunnya.
"Setiap tahun kami sajikan tema yang berbeda untuk mempromosikan khazanah kekayaan kuliner lokal Banyuwangi. Beberapa tema kulier yang pernah diangkat pada tahun-tahun sebelumnya adalah rujak soto, sego cawuk, dan nasi tempong," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Dia menjelaskan, kuliner difestivalkan karena salah satu tujuan utama wisatawan adalah kuliner. "Dengan festival ini, pamor kuliner lokal Banyuwangi bisa meningkat, ini upaya kami mem-branding kuliner lokal, sehingga warung-warung rakyat bisa makin laris,” imbuh Anas. (Lihat videonya: Dua Kali Ditangkap Warga, Macan Tutul Jawa Kembali Dilepas Liarkan ke Habitatnya)
Salah satu penikmat kuliner dari Surabaya, Tara Aulia, mengaku tak percaya menu rujak soto ini ada. Namun setelah membuktikan sendiri, remaja ini barulah percaya. "Ternyata enak luar biasa. Rasanya gimana ya, gurih, lezat, segar dan tentunya pedas," kata penyuka makanan pedas ini.
Dia pun mendapat kesan berbeda setelah melahapnya. Biasanya, kata dia, di Surabaya suka makan rujak cingur yang pedas. Begitu juga soto ayam, dia pun suka. Menurutnya, hanya di Banyuwangi dua menu berbeda ini menjadi satu. "Seperti cinta. Dua hati yang jadi satu," ujarnya sambil tersenyum. (Masdarul KH)
Kuliner rujak soto misalnya. Bagi yang baru mendengar menu ini, memang terasa janggal. Rujak merupakan menu makanan berisi sayuran, petis, tahu, cingur dan lontong. Soto juga merupakan menu yang berisikan daging ayam, kuah kuning. Rujak dan soto adalah dua menu yang dihidangkan terpisah karena jenisnya memang berbeda. (Baca: Gunakan Teknologi tepat Guna, Pelayanan Posyandu Bisa Meningkat)
Tapi di Banyuwangi, dua menu ini bisa menjadi satu sajian yang kelezatan dan enaknya jangan ditanya. Bisa dibayangkan bukan? Kuliner khas Banyuwangi ini merupakan gabungan antara rujak cingur dan soto daging kuah kuning dengan cita rasa gurih, segar, manis dan pedas. Kombinasi ini mampu menggoyang lidah.
"Ini merupakan kuliner khas Banyuwangi yang tidak ada di daerah lain. Bagi yang baru dengar, mungkin terasa aneh. Tapi kalau sudah mencicipi pasti ketagihan," ujar Rahma yang pernah menjadi tour guide saat KORAN SINDO bertandang ke Banyuwangi beberapa waktu lalu.
Menurutnya, karena menjadi khas daerah, menu ini pun banyak dijumpai di depot- depot atau kaki lima. Bahkan, menu di hotel pun dapat ditemukan yang namanya rujak soto ini. Di Pendapa Bupati pun, menu ini menjadi salah satu hidangan untuk menjamu tamu. (Baca juga: Memanas, China Usir Kapal Perang AS dari Laut China Selatan)
Pemerintah daerah pun tak ingin rujak soto ini hilang atau tidak membumi. Karenanya, pemda setempat memberi ruang khusus kuliner ini dalam sebuah festival yang diberi nama Festival Rujak Soto. Kni menjadi rangkaian Banyuwangi Festival dalam rangka hari jadi yang diperingati setiap tahunnya.
"Setiap tahun kami sajikan tema yang berbeda untuk mempromosikan khazanah kekayaan kuliner lokal Banyuwangi. Beberapa tema kulier yang pernah diangkat pada tahun-tahun sebelumnya adalah rujak soto, sego cawuk, dan nasi tempong," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Dia menjelaskan, kuliner difestivalkan karena salah satu tujuan utama wisatawan adalah kuliner. "Dengan festival ini, pamor kuliner lokal Banyuwangi bisa meningkat, ini upaya kami mem-branding kuliner lokal, sehingga warung-warung rakyat bisa makin laris,” imbuh Anas. (Lihat videonya: Dua Kali Ditangkap Warga, Macan Tutul Jawa Kembali Dilepas Liarkan ke Habitatnya)
Salah satu penikmat kuliner dari Surabaya, Tara Aulia, mengaku tak percaya menu rujak soto ini ada. Namun setelah membuktikan sendiri, remaja ini barulah percaya. "Ternyata enak luar biasa. Rasanya gimana ya, gurih, lezat, segar dan tentunya pedas," kata penyuka makanan pedas ini.
Dia pun mendapat kesan berbeda setelah melahapnya. Biasanya, kata dia, di Surabaya suka makan rujak cingur yang pedas. Begitu juga soto ayam, dia pun suka. Menurutnya, hanya di Banyuwangi dua menu berbeda ini menjadi satu. "Seperti cinta. Dua hati yang jadi satu," ujarnya sambil tersenyum. (Masdarul KH)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda