Robby Purba Mengupas Kisah Mistis di Balik Film Racun Sangga
Selasa, 24 Desember 2024 - 11:00 WIB
JAKARTA - Proses syuting film sering kali menjadi pengalaman yang mendalam bagi para aktor, termasuk bagaimana mereka mendalami karakter hingga memengaruhi kehidupan sehari-hari. Dalam wawancara dengan para pemeran utama, beberapa cerita menarik terungkap, mulai dari proses mendalami peran hingga tantangan yang dihadapi selama produksi.
Proses syuting sendiri berlangsung sekitar satu bulan, dengan dua bulan persiapan berupa reading dan latihan. Tantangan terbesar yang dihadapi oleh Frederika, salah satu pemeran, adalah menguasai logat Banjar, yang membutuhkan pelatih dialog khusus.
Frederika mengungkapkan bahwa ini adalah salah satu aspek tersulit dari film tersebut, tetapi dengan adanya pelatih dan dukungan tim, ia berhasil menguasainya. Selain itu, ia juga mengalami kesulitan melepaskan diri dari karakter setelah syuting selesai. Frederika bercerita bahwa ada momen di mana ia merasa seperti "kesurupan" karakter, bahkan setelah sutradara mengatakan cut.
Fahad, rekan main Frederika, menggambarkan Frederika sebagai sosok yang charming tetapi pendiam. Ia juga mencatat bahwa sifat ini sedikit mirip dengan karakter yang diperankan Frederika, yang awalnya terlihat pendiam tetapi ternyata memiliki sisi lain yang penuh kejutan. Proses bonding antara Fahad dan Frederika sebagai pasangan di layar juga berlangsung alami, dengan mereka menghabiskan waktu bersama setiap hari selama proses syuting.
Sutradara film ini, Mas Rizal, mendapat pujian dari para aktor atas pendekatannya yang kolaboratif. Ia selalu terbuka terhadap masukan dari para pemain, baik terkait karakter maupun adegan. Diskusi yang intens bahkan tetap berlangsung selama syuting untuk memastikan hasil terbaik. Mas Rizal juga secara langsung memberikan arahan pada adegan-adegan yang sulit, memastikan para aktor memahami visi yang ia ingin capai.
Salah satu elemen menarik dari film ini adalah penggunaan simbolisme, seperti penutupan mata pada poster film. Mata kedua karakter utama ditutup untuk menyimbolkan bahwa mereka adalah korban yang identitasnya ingin dirahasiakan. Hal ini menambah kedalaman makna dalam cerita film, mencerminkan realitas yang sering kali dihadapi oleh korban dalam kehidupan nyata.
Dari pengalaman para pemain, terlihat betapa menantang dan mendalamnya proses produksi sebuah film. Penghayatan yang intens, tantangan dalam menguasai aksen lokal, hingga pengalaman emosional selama syuting menjadi bagian tak terpisahkan dari proses kreatif. Semua ini berkontribusi pada hasil akhir yang diharapkan mampu menyentuh hati penonton dan memberikan pesan yang kuat.
Simak cerita lengkap dan sisi lain dari Robby Purba hanya di channel YouTube @RobbyPurba. Jangan lupa like, comment, dan subscribe!
Proses syuting sendiri berlangsung sekitar satu bulan, dengan dua bulan persiapan berupa reading dan latihan. Tantangan terbesar yang dihadapi oleh Frederika, salah satu pemeran, adalah menguasai logat Banjar, yang membutuhkan pelatih dialog khusus.
Frederika mengungkapkan bahwa ini adalah salah satu aspek tersulit dari film tersebut, tetapi dengan adanya pelatih dan dukungan tim, ia berhasil menguasainya. Selain itu, ia juga mengalami kesulitan melepaskan diri dari karakter setelah syuting selesai. Frederika bercerita bahwa ada momen di mana ia merasa seperti "kesurupan" karakter, bahkan setelah sutradara mengatakan cut.
Fahad, rekan main Frederika, menggambarkan Frederika sebagai sosok yang charming tetapi pendiam. Ia juga mencatat bahwa sifat ini sedikit mirip dengan karakter yang diperankan Frederika, yang awalnya terlihat pendiam tetapi ternyata memiliki sisi lain yang penuh kejutan. Proses bonding antara Fahad dan Frederika sebagai pasangan di layar juga berlangsung alami, dengan mereka menghabiskan waktu bersama setiap hari selama proses syuting.
Sutradara film ini, Mas Rizal, mendapat pujian dari para aktor atas pendekatannya yang kolaboratif. Ia selalu terbuka terhadap masukan dari para pemain, baik terkait karakter maupun adegan. Diskusi yang intens bahkan tetap berlangsung selama syuting untuk memastikan hasil terbaik. Mas Rizal juga secara langsung memberikan arahan pada adegan-adegan yang sulit, memastikan para aktor memahami visi yang ia ingin capai.
Salah satu elemen menarik dari film ini adalah penggunaan simbolisme, seperti penutupan mata pada poster film. Mata kedua karakter utama ditutup untuk menyimbolkan bahwa mereka adalah korban yang identitasnya ingin dirahasiakan. Hal ini menambah kedalaman makna dalam cerita film, mencerminkan realitas yang sering kali dihadapi oleh korban dalam kehidupan nyata.
Dari pengalaman para pemain, terlihat betapa menantang dan mendalamnya proses produksi sebuah film. Penghayatan yang intens, tantangan dalam menguasai aksen lokal, hingga pengalaman emosional selama syuting menjadi bagian tak terpisahkan dari proses kreatif. Semua ini berkontribusi pada hasil akhir yang diharapkan mampu menyentuh hati penonton dan memberikan pesan yang kuat.
Simak cerita lengkap dan sisi lain dari Robby Purba hanya di channel YouTube @RobbyPurba. Jangan lupa like, comment, dan subscribe!
(dra)
Lihat Juga :
tulis komentar anda