Wanita Hamil dengan COVID-19 Berisiko Lebih Tinggi Lahirkan Bayi Prematur
Senin, 28 September 2020 - 16:45 WIB
Wanita hamil termasuk dalam daftar orang dengan risiko sedang terpapar COVID-19. Foto Ilustrasi/Freepik
JAKARTA - Wanita hamil dengan COVID-19 yang dirawat di rumah sakit berisiko lebih tinggi melahirkan bayi prematur. Temuan ini berdasarkan sebuah studi baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.
Data menunjukkan, 12,6% kelahiran hidup di antara wanita dengan COVID-19 yang dirawat di rumah sakit yang diamati dalam penelitian ini adalah prematur. Bandingkan dengan 10% kelahiran yang diamati dalam penelitian yang sama pada populasi umum AS pada 2018.
"Dalam studi ini, kelahiran prematur terjadi kira-kira tiga kali lebih sering pada wanita hamil yang bergejala dibandingkan mereka yang tidak bergejala," tulis tim peneliti, seperti dilansir dari CNN, Senin (28/9). ( )
Studi memasukkan data 598 wanita hamil yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 di 13 negara bagian AS antara 1 Maret-22 Agustus 2020. Lebih dari separuh wanita, yaitu 54,5%, tidak menunjukkan gejala ketika mereka dirawat di rumah sakit. Di antara wanita yang menunjukkan gejala, yakni 16,2%, berakhir di unit perawatan intensif, lalu 8,5% memerlukan ventilasi mekanis invasif, sementara dua wanita atau 0,7% meninggal dunia.
Studi tersebut mencatat, tidak ada wanita asimtomatik yang membutuhkan perawatan intensif, memerlukan ventilasi mekanis, atau meninggal. Kehilangan kehamilan terjadi pada 2% dari semua kehamilan yang diselesaikan selama di rumah sakit dan dialami oleh wanita yang bergejala dan tidak bergejala.
Di antara kehamilan yang menghasilkan kelahiran hidup, persalinan prematur dilaporkan terjadi pada 23,1% wanita dengan gejala dibandingkan dengan 8% wanita tanpa gejala. Di antara kelahiran hidup, dua bayi baru lahir meninggal saat di rumah sakit. Keduanya lahir dari wanita bergejala yang memerlukan ventilasi mekanis invasif.
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk bahwa datanya hanya pada wanita hamil yang dirawat di rumah sakit dan alasan untuk dirawat di rumah sakit tidak tersedia untuk hampir setengah dari wanita dalam data. Hal ini membatasi kemampuan untuk membedakan antara yang dirawat di rumah sakit karena alasan kehamilan versus alasan yang terkait dengan COVID-19.
"Wanita hamil dan penyedia layanan kesehatan harus menyadari potensi risiko COVID-19 yang parah, termasuk hasil kehamilan yang merugikan," tulis para peneliti.
Ini bukan pertama kali hubungan antara kelahiran prematur dan COVID-19 diidentifikasi. Sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal medis BMJ menemukan, wanita hamil dengan COVID-19 berisiko lebih tinggi melahirkan prematur, tapi tingkat kelahiran prematur tidak tinggi.
"Sementara risiko keseluruhan bagi wanita hamil dari virus corona rendah, temuan studi ini menyoroti risiko khusus untuk wanita hamil," kata Dr. Edward Morris, Presiden Royal College of Obstetricians and Gynecologists, dalam sebuah pernyataan pada saat itu. ( )
Morris menambahkan, wanita hamil termasuk dalam daftar orang dengan risiko sedang terpapar COVID-19 dan oleh karena itu, mereka harus terus mengikuti pedoman pemerintah tentang jarak sosial serta menghindari siapapun dengan gejala yang mengarah pada virus corona.
Data menunjukkan, 12,6% kelahiran hidup di antara wanita dengan COVID-19 yang dirawat di rumah sakit yang diamati dalam penelitian ini adalah prematur. Bandingkan dengan 10% kelahiran yang diamati dalam penelitian yang sama pada populasi umum AS pada 2018.
"Dalam studi ini, kelahiran prematur terjadi kira-kira tiga kali lebih sering pada wanita hamil yang bergejala dibandingkan mereka yang tidak bergejala," tulis tim peneliti, seperti dilansir dari CNN, Senin (28/9). ( )
Studi memasukkan data 598 wanita hamil yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 di 13 negara bagian AS antara 1 Maret-22 Agustus 2020. Lebih dari separuh wanita, yaitu 54,5%, tidak menunjukkan gejala ketika mereka dirawat di rumah sakit. Di antara wanita yang menunjukkan gejala, yakni 16,2%, berakhir di unit perawatan intensif, lalu 8,5% memerlukan ventilasi mekanis invasif, sementara dua wanita atau 0,7% meninggal dunia.
Studi tersebut mencatat, tidak ada wanita asimtomatik yang membutuhkan perawatan intensif, memerlukan ventilasi mekanis, atau meninggal. Kehilangan kehamilan terjadi pada 2% dari semua kehamilan yang diselesaikan selama di rumah sakit dan dialami oleh wanita yang bergejala dan tidak bergejala.
Di antara kehamilan yang menghasilkan kelahiran hidup, persalinan prematur dilaporkan terjadi pada 23,1% wanita dengan gejala dibandingkan dengan 8% wanita tanpa gejala. Di antara kelahiran hidup, dua bayi baru lahir meninggal saat di rumah sakit. Keduanya lahir dari wanita bergejala yang memerlukan ventilasi mekanis invasif.
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk bahwa datanya hanya pada wanita hamil yang dirawat di rumah sakit dan alasan untuk dirawat di rumah sakit tidak tersedia untuk hampir setengah dari wanita dalam data. Hal ini membatasi kemampuan untuk membedakan antara yang dirawat di rumah sakit karena alasan kehamilan versus alasan yang terkait dengan COVID-19.
"Wanita hamil dan penyedia layanan kesehatan harus menyadari potensi risiko COVID-19 yang parah, termasuk hasil kehamilan yang merugikan," tulis para peneliti.
Ini bukan pertama kali hubungan antara kelahiran prematur dan COVID-19 diidentifikasi. Sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal medis BMJ menemukan, wanita hamil dengan COVID-19 berisiko lebih tinggi melahirkan prematur, tapi tingkat kelahiran prematur tidak tinggi.
"Sementara risiko keseluruhan bagi wanita hamil dari virus corona rendah, temuan studi ini menyoroti risiko khusus untuk wanita hamil," kata Dr. Edward Morris, Presiden Royal College of Obstetricians and Gynecologists, dalam sebuah pernyataan pada saat itu. ( )
Morris menambahkan, wanita hamil termasuk dalam daftar orang dengan risiko sedang terpapar COVID-19 dan oleh karena itu, mereka harus terus mengikuti pedoman pemerintah tentang jarak sosial serta menghindari siapapun dengan gejala yang mengarah pada virus corona.
(tsa)
tulis komentar anda