Keren! Sosok Ini 2 Tahun Hanya Hasilkan Sampah Sebanyak 3 Botol Kecil
Senin, 30 November 2020 - 02:45 WIB
JAKARTA - Tak mau menunggu kondisi bumi terpuruk, sosok ini beberapa tahun terakhir memilih menjalankan gaya hidup yang ramah lingkungan. Cara-caranya dalam menerapkan pola keberlanjutan sangat inspiratif.
Adalah Andhini Miranda, praktisi hidup minim sampah, yang gaya hidup ramah lingkungannya amat menginspirasi. Dalam Webinar #SustainabilityDay 2020 "Kolaborasi dan Aksi untuk Masa Depan Berkelanjutan” yang digagas Unilever Indonesia Foundation belum lama ini, ia berbagi pengalaman serta pandangan mengenai pilihannya mengadopsi pola-pola keberlanjutan.
( )
Andhini berkisah, pertama kali "tercebur" untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan adalah ketika mengandung anaknya, delapan tahun lalu. Seperti ibu hamil kebanyakan, sebelum persalinan, Andhini pun menyempatkan diri melakukan persiapan untuk memenuhi kebutuhan bayi yang baru lahir, salah satunya popok. Hanya, di tengah persiapan itu, ia justru menemukan sebuah tulisan yang menggugah rasa pedulinya.
"Tahun 2012 saat hamil, saya menemukan artikel tentang popok sekali pakai. Di situ dikatakan bahwa jenis popok ini mustahil terurai karena di dalamnya mengandung plastik untuk menahan bocor kotoran bayi. Mustahil juga didaur ulang karena di situ ada residu dari kotoran bayi tersebut," kata Andhini.
Ibu satu anak ini lantas menghitung jumlah popok yang kemungkinan dibutuhkan bayinya kelak. Dari hasil risetnya, Andhini menemukan angka rata-rata kebutuhan popok pada bayi.
"Menurut hasil riset saya, dalam sehari bayi memerlukan empat popok. Tandanya akan ada 120 sampah popok sekali pakai dalam satu bulan, dan dalam setahun ada 1.440 sampah popok yang dihasilkan oleh satu bayi dari satu rumah. Coba dikalikan dengan jumlah bayi di seluruh Indonesia. Dan itu baru satu jenis sampah," beber Andhini.
Tak mau merusak bumi dengan sampah , Andhini lantas mencari barang alternatif pengganti popok sekali pakai tadi. Hasil yang ia dapatkan adalah cloth diaper atau popok kain modern yang bisa dicuci dan dipakai berulang kali oleh bayi.
"Jadi memakai popok kain modern adalah langkah pertama keluarga saya untuk mengurangi sampah. Dari situ kami mulai mencari tahu, ada apa sih dengan masalah sampah dan belajar untuk mengurangi sampah secara bertahap dan konsisten," kenang wanita berambut pendek itu.
Adalah Andhini Miranda, praktisi hidup minim sampah, yang gaya hidup ramah lingkungannya amat menginspirasi. Dalam Webinar #SustainabilityDay 2020 "Kolaborasi dan Aksi untuk Masa Depan Berkelanjutan” yang digagas Unilever Indonesia Foundation belum lama ini, ia berbagi pengalaman serta pandangan mengenai pilihannya mengadopsi pola-pola keberlanjutan.
( )
Andhini berkisah, pertama kali "tercebur" untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan adalah ketika mengandung anaknya, delapan tahun lalu. Seperti ibu hamil kebanyakan, sebelum persalinan, Andhini pun menyempatkan diri melakukan persiapan untuk memenuhi kebutuhan bayi yang baru lahir, salah satunya popok. Hanya, di tengah persiapan itu, ia justru menemukan sebuah tulisan yang menggugah rasa pedulinya.
"Tahun 2012 saat hamil, saya menemukan artikel tentang popok sekali pakai. Di situ dikatakan bahwa jenis popok ini mustahil terurai karena di dalamnya mengandung plastik untuk menahan bocor kotoran bayi. Mustahil juga didaur ulang karena di situ ada residu dari kotoran bayi tersebut," kata Andhini.
Ibu satu anak ini lantas menghitung jumlah popok yang kemungkinan dibutuhkan bayinya kelak. Dari hasil risetnya, Andhini menemukan angka rata-rata kebutuhan popok pada bayi.
"Menurut hasil riset saya, dalam sehari bayi memerlukan empat popok. Tandanya akan ada 120 sampah popok sekali pakai dalam satu bulan, dan dalam setahun ada 1.440 sampah popok yang dihasilkan oleh satu bayi dari satu rumah. Coba dikalikan dengan jumlah bayi di seluruh Indonesia. Dan itu baru satu jenis sampah," beber Andhini.
Tak mau merusak bumi dengan sampah , Andhini lantas mencari barang alternatif pengganti popok sekali pakai tadi. Hasil yang ia dapatkan adalah cloth diaper atau popok kain modern yang bisa dicuci dan dipakai berulang kali oleh bayi.
"Jadi memakai popok kain modern adalah langkah pertama keluarga saya untuk mengurangi sampah. Dari situ kami mulai mencari tahu, ada apa sih dengan masalah sampah dan belajar untuk mengurangi sampah secara bertahap dan konsisten," kenang wanita berambut pendek itu.
tulis komentar anda