Sejahtera Secara Psikologis Modal Utama Lawan Corona
Selasa, 12 Mei 2020 - 12:03 WIB
JAKARTA - Pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh merebaknya virus corona baru sudah menjadi gejala multi-dimensi. Tidak hanya persoalan kesehatan, akan tetapi juga masalah sosial, ekonomi, budaya dan tentu saja juga aspek psikologis.
Ahli Psikologi Politik, Prof Hamdi Muluk mengatakan bahwa dalam kondisi tersebut, penataan aspek psikologi menjadi sangat penting dalam kaitan upaya untuk menurunkan angka penambahan kasus COVID-19.
“Kondisi psikologis ini tentu juga akan mempengaruhi penanganan COVID-19. Kalau seseorang tidak sejahtera secara psikologis, ini nanti usaha pelandaian ini terkendala karena perilaku tidak mendukung,” kata Hamdi melalui keterangan resmi yang diterima SINDO Media.
Secara umum, Hamdi juga mengatakan kondisi persoalan multi-dimensi itu sifatnya bahkan sudah menjadi disruptif. Artinya membuat kondisi yang selama ini baku atau normal menjadi kearah normalitas baru atau new normal. (Baca juga: Waspadai Kebiasaan Tak Sehat yang Sering Dilakukan Saat Berbuka Puasa ).
“Kondisi pandemi ini sekonyong-konyong membuat perubahan baru, orang bilang ini distruptif tiba-tiba sesuatu yang normal ini menjadi luluh lantak menjadi situasi tidak normal bahkan diramal menjadi normalitas baru,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Hamdi juga menjelaskan bagaimana aspek psikologi penting dalam kaitannya melawan COVID-19. Menurut Hamdi, kondisi psikologi berada pada dasar bagi seseorang dalam menghadapi goncangan yang ditimbulkan oleh COVID-19.
Selama ini mungkin orang tidak memahami bahwa kesejahteraan itu tidak tidak hanya secara ekonomi, fisik tapi juga kesejahteraan psikologi atau phsycological well being. Secara umum memang tiga jenis kesejahteraan ini saling berkaitan.
Dalam hal ini kondisi fisik yang prima dengan asupan gizi seimbang dapat berdampak kepada kondisi psikologis yang kuat juga. (Baca juga: Banyak Negara Mulai Longgarkan Lockdown, WHO Ingatkan Gelombang Kedua COVID-19 ).
"Kalau ekonomi kita tidak sejahtera maka bagaimana kita bisa makan. Fisik jika tidak sejahtera, maka berimbas juga pada psikologi,” jelas Hamdi.
Ahli Psikologi Politik, Prof Hamdi Muluk mengatakan bahwa dalam kondisi tersebut, penataan aspek psikologi menjadi sangat penting dalam kaitan upaya untuk menurunkan angka penambahan kasus COVID-19.
“Kondisi psikologis ini tentu juga akan mempengaruhi penanganan COVID-19. Kalau seseorang tidak sejahtera secara psikologis, ini nanti usaha pelandaian ini terkendala karena perilaku tidak mendukung,” kata Hamdi melalui keterangan resmi yang diterima SINDO Media.
Secara umum, Hamdi juga mengatakan kondisi persoalan multi-dimensi itu sifatnya bahkan sudah menjadi disruptif. Artinya membuat kondisi yang selama ini baku atau normal menjadi kearah normalitas baru atau new normal. (Baca juga: Waspadai Kebiasaan Tak Sehat yang Sering Dilakukan Saat Berbuka Puasa ).
“Kondisi pandemi ini sekonyong-konyong membuat perubahan baru, orang bilang ini distruptif tiba-tiba sesuatu yang normal ini menjadi luluh lantak menjadi situasi tidak normal bahkan diramal menjadi normalitas baru,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Hamdi juga menjelaskan bagaimana aspek psikologi penting dalam kaitannya melawan COVID-19. Menurut Hamdi, kondisi psikologi berada pada dasar bagi seseorang dalam menghadapi goncangan yang ditimbulkan oleh COVID-19.
Selama ini mungkin orang tidak memahami bahwa kesejahteraan itu tidak tidak hanya secara ekonomi, fisik tapi juga kesejahteraan psikologi atau phsycological well being. Secara umum memang tiga jenis kesejahteraan ini saling berkaitan.
Dalam hal ini kondisi fisik yang prima dengan asupan gizi seimbang dapat berdampak kepada kondisi psikologis yang kuat juga. (Baca juga: Banyak Negara Mulai Longgarkan Lockdown, WHO Ingatkan Gelombang Kedua COVID-19 ).
"Kalau ekonomi kita tidak sejahtera maka bagaimana kita bisa makan. Fisik jika tidak sejahtera, maka berimbas juga pada psikologi,” jelas Hamdi.
tulis komentar anda