Indonesia Promosi Update Produk Pariwisata ke Pasar Great China

Rabu, 20 Mei 2020 - 13:49 WIB
Acara webinar yang dilakukan Kemenparekraf ke pasar Great China untuk promosi produk pariwisata Indonesia. Foto Kemenparekraf
JAKARTA - Memasuki memasuki masa new normal, pariwisata Indonesia terus bersiap diri, salah satunya dengan melakukan product update untuk pasar Tiongkok dan Hongkong. Optimalisasi promosi ke pasar Great China ini, digencarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif dengan melibatkan perwakilan promosi pariwisata Indonesia di luar negeri atau VITO (Visit Indonesia Tourism Officer).

Sebelumnya VITO sudah menggelar promosi serupa ke pasar wisatawan Prancis, Inggris dan Jerman. "Webinar pasar Great China bertemakan β€˜Re-Aligning Our Priorities After COVID-19’ ini dilakukan untuk menjaga brand awareness Indonesia, sehingga nantinya wisman tidak perlu ragu untuk mendatangi Indonesia karena kebijakan mengenai gerakan Indonesia Bersih, Sehat, dan Aman (Clean, Health and Safety/CHS) merupakan upaya pemerintah Indonesia yang tanggap terhadap the new normal,” kata Nia Niscaya, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf Nia Niscaya dalam keterangan persnya, Rabu (20/5).

Nia mengatakan, pandemi COVID-19 telah mengubah banyak hal dalam kehidupan, termasuk sektor pariwisata. Pemberlakuan social distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam waktu singkat ikut mengubah pola pemasaran pariwisata. ( )



Dalam filosofi Tiongkok dikenal istilah weiji yang berarti krisis. Weiji terdiri dari dua kata, yakni wei yang berarti bahaya dan ji yang berarti peluang. Oleh sebab itu dalam kondisi yang kurang menguntungkan ini diperlukan strategi pemasaran yang tepat sekaligus dengan tujuan untuk mempertahankan eksistensi pariwisata Indonesia di masing-masing pasar.

Kegiatan seminar berbasis digital ini kemudian menjadi salah satu cara yang dilakukan Kemenparekraf/Baparekraf untuk melakukan soft selling destinasi yang ada di Indonesia dan diharapkan Indonesia tetap menjadi favorit bagi wisman untuk berkunjung.

Tercatat, hasil poling yang dilakukan saat Webinar pasar Great China, Bali masih menjadi destinasi favorit untuk pasar Tiongkok dengan persentase 86 persen, disusul Manado dan Lombok yang masing-masing memperoleh persentase 7 persen, Borobudur 5 persen dan Batam/Bintan 2 persen.

Nia juga memperkirakan bahwa Bali akan menjadi salah satu destinasi utama yang relatif lebih cepat pulih dan banyak dikunjungi wisatawan begitu pandemi dinyatakan usai. Didukung dengan kenyataan bahwa Bali selama ini merupakan destinasi wisata utama dan termasuk propinsi yang terbukti mampu menahan laju penyebaranCOVID19 makin meluas di masyarakat melalui local wisdom dan peran desa adatnya. (Baca juga : Optimalkan Promosi Produk Pariwisata, Peran VITO Diperkuat)

Sebelumnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio telah menetapkan Bali sebagai pilot project untuk penerapan program Cleanliness, Health and Safety (CHS) untuk diterapkan di bandara, destinasi, dan mendorong pengelola usaha pariwisata lainnya, seperti hotel dan restoran sebagai strategi mempercepat pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pascapandemi COVID-19. Setelah Bali, menyusul destinasi lainnya secara bertahap.

"Bali menjadi prioritas, setelahnya ada Joglosemar dan Kepri yang menjadi pintu masuk wisatawan dari Singapura. Kemudian 5 destinasi super prioritas. Kami tidak ingin wisatawan kecewa, sehingga kami mendorong industri untuk menerapkan CHS ini dengan baik dan berstandar Internasional," tutup Nia.
(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!