Kopi Robusta Pangandaran Makin Dicari, Ini Rahasia Kenikmatannya
Jum'at, 29 Mei 2020 - 11:57 WIB
PANGANDARAN - Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu daerah tujuan wisata unggulan di Jawa Barat. Selain pesona alamnya, kopi adalah potensi besar yang dimiliki Hawai van Jabar ini.
Kenikmatan kopi robusta yang dihasilkan Pangandaran sudah dikenal luas. Para petani memilih robusta karena perawatannya yang relatif mudah dan lebih tahan serangan hama. Pun, rasa kopinya sangat kuat dengan kandungan kafein yang kebih banyak ketimbang jenis kopi lain.
Lalu apa yang membuat kopi Pangandaran punya rasa istimewa? Ternyata, para petani di Pangandaran punya rahasia untuk mempertahankan cita rasa kopi khasnya, yaitu proses penjemuran.
(Baca Juga: kopi
Pada prinsipnya, green house adalah cara”menjebak” sinar matahari dengan dinding-dinding kaca atau bahan transparan agar panas lebih merata dan optimal mengurangi kadar air.
Gugi Samugya, salah satu petani kopi Pangandaran mengungkapkan, semula dia menjemur kopi dengan cara tradisional lama, yaitu meletakkan kopi yang telah dipanen di atas tanah. Alasnya tikar atau terpal.
"Namun cara penjemuran di atas tanah atau terpal menghasilkan rasa kopi yang kurang maksimal saat diseduh," kata Gugi.
Menurut dia, ada bau tanah atau terpal yang tertinggal pada biji kopi yang dijemur. Alhasil, aroma kopi yang diseduh bercampur bau plastik atau apek.
"Karena rasanya kurang nikmat akhirnya kami beralih ke cara penjemuran menggunakan green house atau rumah jemur berbahan plastik," tambahnya.
Kenikmatan kopi robusta yang dihasilkan Pangandaran sudah dikenal luas. Para petani memilih robusta karena perawatannya yang relatif mudah dan lebih tahan serangan hama. Pun, rasa kopinya sangat kuat dengan kandungan kafein yang kebih banyak ketimbang jenis kopi lain.
Lalu apa yang membuat kopi Pangandaran punya rasa istimewa? Ternyata, para petani di Pangandaran punya rahasia untuk mempertahankan cita rasa kopi khasnya, yaitu proses penjemuran.
(Baca Juga: kopi
Pada prinsipnya, green house adalah cara”menjebak” sinar matahari dengan dinding-dinding kaca atau bahan transparan agar panas lebih merata dan optimal mengurangi kadar air.
Gugi Samugya, salah satu petani kopi Pangandaran mengungkapkan, semula dia menjemur kopi dengan cara tradisional lama, yaitu meletakkan kopi yang telah dipanen di atas tanah. Alasnya tikar atau terpal.
"Namun cara penjemuran di atas tanah atau terpal menghasilkan rasa kopi yang kurang maksimal saat diseduh," kata Gugi.
Menurut dia, ada bau tanah atau terpal yang tertinggal pada biji kopi yang dijemur. Alhasil, aroma kopi yang diseduh bercampur bau plastik atau apek.
"Karena rasanya kurang nikmat akhirnya kami beralih ke cara penjemuran menggunakan green house atau rumah jemur berbahan plastik," tambahnya.
tulis komentar anda