Merawat Tradisi Kupatan di Tengah Pandemi Covid-19

Sabtu, 06 Juni 2020 - 07:58 WIB
Masyarakat Gresik menggelar tradisi kupatan tiap bulan Syawal.Foto-foto/SINDONews/Ashadi Iksan
GRESIK - Hari Raya Kupat atau kupatan merupakan tradisi masyarakat Jawa. Namun, tradisi itu mulai ada pergeseran, khususnya saat pandemi Covid-19.

Tradisi kupatan dilaksanakan setelah puasa syawal. Tradisi turun temurun ini pertama kali dikenalkan Sunan Kalijaga pada 1600 Masehi.





Dalam perjalanannya, tradisi itu berubah sesuai kondisi. Demikian juga pelaksanaannya tidak sama. Ada yang digelar malam ketujuh di bulan Syawal, setelah Sholat Magrib. Ada juga dilaksanakan pagi setelah Sholat Subuh di hari kedelapan.

Di Kabupaten Gresik, ada banyak cara pelaksanaan kupatan. Bahkan, di Kelurahan Pekauman, Kecamatan Gresik tradisi kupatan mengalahkan perayaan sungkem Hari Raya Idul Fitri.

Pada Hari Raya Idul Fitri, warga Pekauman tidak menggelar silaturohim saling memaafkan. Setelah sholat ied, warga berdiam di rumah dan melanjutkan puasa syawal selama enam hari.



“Baru Kupatan, di Pekauman ada silaturohim dengan menu utama kupat dan sayur opor,” ungkap Sadiman (49) warga RT II RW I Pekauman.

Lain lubuk lain belalang, lain tempat lain kebiasaan. Meski tidak mentradisikan seperti di Pekauman, hampir semua desa dan kelurahan di Gresik menggelar tradisi kupatan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More