Disfungsi Ereksi pada Pria Berpotensi Tingkatkan Risiko Kematian
Sabtu, 25 April 2020 - 00:30 WIB
LEUVEN - Pria yang menderita disfungsi ereksi (DE) memiliki risiko kematian yang lebih tinggi terlepas dari tingkat testosteron mereka. Disfungsi ereksi atau juga dikenal sebagai impotensi merupakan jenis disfungsi seksual yang ditandai ketidakmampuan untuk mengembangkan atau mempertahankan ereksi penis selama aktivitas seksual.
"Karena penyakit pembuluh darah dan kadar testosteron yang rendah dapat memengaruhi fungsi ereksi, gejala seksual dapat menjadi tanda awal untuk peningkatan risiko dan kematian kardiovaskular," kata Kepala Peneliti dari KU Leuven-University Hospitals Belgia, Leen Antonio seperti dikutip Times Now News, belum lama ini.
Tingkat testosteron yang rendah dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi pada pria paruh baya dan yang lebih tua. Penelitian juga mengaitkan disfungsi seksual dengan mortalitas pada pria yang lebih tua.
Studi baru menggunakan data dari European Male Aging Study (EMAS), sebuah studi observasional besar yang dirancang untuk menyelidiki perubahan hormon yang berkaitan dengan usia dan berbagai hasil kesehatan pada pria lanjut usia. Para peneliti menganalisis data dari 1.913 peserta di lima pusat medis.
Mereka menganalisis hubungan antara pengukuran hormon dan fungsi seksual pada awal penelitian, dan apakah mereka masih hidup lebih dari 12 tahun kemudian. Selama periode tindak lanjut rata-rata 12,4 tahun, sebanyak 483 pria atau 25% meninggal.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada pria dengan kadar testosteron total normal, adanya gejala seksual, terutama disfungsi ereksi, meningkatkan risiko kematian sebesar 51% dibandingkan dengan pria tanpa gejala ini. Menurut temuan, pria dengan kadar testosteron total rendah dan gejala seksual memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria dengan kadar testosteron normal dan tanpa gejala seksual.
Sementara, pria dengan disfungsi ereksi, ereksi pagi yang buruk, dan libido rendah memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria tanpa gejala seksual. Pada pria dengan tiga gejala seksual ini, risiko kematian hampir 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan pria tanpa gejala.
Menurut para peneliti, pada pria dengan disfungsi ereksi saja, risiko kematian sebesar 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pria tanpa disfungsi ereksi. Ditemukan bahwa tingkat testosteron bebas yaitu testosteron yang mudah digunakan oleh tubuh lebih rendah pada mereka yang meninggal.
Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa pria yang memiliki kadar testosteron bebas terendah memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang memiliki kadar testosteron tertinggi.
"Karena penyakit pembuluh darah dan kadar testosteron yang rendah dapat memengaruhi fungsi ereksi, gejala seksual dapat menjadi tanda awal untuk peningkatan risiko dan kematian kardiovaskular," kata Kepala Peneliti dari KU Leuven-University Hospitals Belgia, Leen Antonio seperti dikutip Times Now News, belum lama ini.
Tingkat testosteron yang rendah dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi pada pria paruh baya dan yang lebih tua. Penelitian juga mengaitkan disfungsi seksual dengan mortalitas pada pria yang lebih tua.
Studi baru menggunakan data dari European Male Aging Study (EMAS), sebuah studi observasional besar yang dirancang untuk menyelidiki perubahan hormon yang berkaitan dengan usia dan berbagai hasil kesehatan pada pria lanjut usia. Para peneliti menganalisis data dari 1.913 peserta di lima pusat medis.
Mereka menganalisis hubungan antara pengukuran hormon dan fungsi seksual pada awal penelitian, dan apakah mereka masih hidup lebih dari 12 tahun kemudian. Selama periode tindak lanjut rata-rata 12,4 tahun, sebanyak 483 pria atau 25% meninggal.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada pria dengan kadar testosteron total normal, adanya gejala seksual, terutama disfungsi ereksi, meningkatkan risiko kematian sebesar 51% dibandingkan dengan pria tanpa gejala ini. Menurut temuan, pria dengan kadar testosteron total rendah dan gejala seksual memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria dengan kadar testosteron normal dan tanpa gejala seksual.
Sementara, pria dengan disfungsi ereksi, ereksi pagi yang buruk, dan libido rendah memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria tanpa gejala seksual. Pada pria dengan tiga gejala seksual ini, risiko kematian hampir 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan pria tanpa gejala.
Menurut para peneliti, pada pria dengan disfungsi ereksi saja, risiko kematian sebesar 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pria tanpa disfungsi ereksi. Ditemukan bahwa tingkat testosteron bebas yaitu testosteron yang mudah digunakan oleh tubuh lebih rendah pada mereka yang meninggal.
Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa pria yang memiliki kadar testosteron bebas terendah memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang memiliki kadar testosteron tertinggi.
(nug)
tulis komentar anda