Unilever dan Waste4Change Aktifkan Digitalisasi Pendataan serta Penelusuran Sampah Plastik
Kamis, 09 Juni 2022 - 19:59 WIB
JAKARTA - Dalam semangat peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022, PT Unilever Indonesia menggelar webinar bertajuk Bicara Sirkular Ekonomi: Pentingnya Data dan Traceability Sampah Plastik. Acara ini mengangkat tantangan yang dihadapi oleh sejumlah pihak dalam merealisasikan ekonomi sirkular di Indonesia, serta betapa pendataan maupun penelusuran alur sampah plastik menjadi aspek yang krusial.
Sebagai solusi dari kebutuhan tersebut, hadir sebuah proyek berbasis digital: DIVERT, yang dikembangkan oleh Waste4Change, perusahaan pengelola sampah secara bertanggung jawab, atas pendanaan dari Unilever Global melalui program TRANSFORM.
"Sejalan dengan tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022 yaitu One Earth, kami ingin kembali mengajak semua pihak untuk turut serta ambil bagian, berperan secara aktif sesuai dengan peran masing-masing untuk bersama-sama menjaga bumi kita yang satu," kata Maya Tamimi, Head of Sustainable Environment Unilever Indonesia Foundation, Kamis (9/6/2022).
Saat ini permasalahan lingkungan yang dihadapi bumi sangatlah beragam, salah satunya sampah plastik. Di Indonesia, 4,8 juta ton sampah plastik tidak terkelola dengan baik tiap tahun, seperti dibakar di ruang terbuka (48%), tidak dikelola secara layak di tempat pembuangan sampah resmi (13%), dan sisanya mencemari saluran air dan laut (9%).
Penerapan ekonomi sirkular dipercaya banyak pihak sebagai salah satu upaya yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan sampah plastik di Indonesia. Namun penerapan di lapangan tentu tidak mudah, peran serta semua pihak dan sinergi dari semua aktor dalam mata rantai daur ulang harus digalakkan, agar sampah sebagai bahan daur ulang dapat dikumpulkan kembali dan diproses menjadi produk daur ulang atau proses pengelolaan lain.
Namun, menurut pengamatan Waste4Change, kurangnya data di fase pengumpulan sampah plastik salah satunya menyebabkan masih adanya gap yang besar antara sampah plastik yang diproduksi, yang saat ini didaur ulang, dan yang berpotensi untuk didaur ulang. Hal ini turut berdampak ke pihak produsen seperti Unilever, di mana data yang belum memadai mengakibatkan rantai pasok daur ulang yang ada saat ini menjadi panjang dan belum efisien.
“Dengan kecenderungan peningkatan sampah plastik dari 11 % di 2010 menjadi 17% di 2021, pemerintah melalui Permenlhk 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen, para produsen diamanatkan untuk menyampaikan upaya pengurangan sampah mulai dari hulu yakni upaya pembatasan timbulan sampah hingga hilir menarik kembali kemasan paska pakai untuk dimanfaatkan kembali atau didaur ulang," papar Ir. Sinta Saptarina Soemiarno, M.Sc, Direktur Pengurangan Sampah, Dirjen PSLB3, KLHK RI.
"Dengan demikian, semakin sedikit kemasan yang terbuang ke TPA sesuai dengan tujuan pembangunan ekonomi sirkular di Indonesia. Pemanfaatan teknologi digital yang dilakukan proyek DIVERT menjadi solusi tepat untuk monitoring, evaluasi, dan verifikasi sehingga mendapat hasil yang terukur,” lanjutnya.
DIVERT adalah sebuah proyek berbasis digital yang diprakarsai oleh Waste4Change atas dukungan Unilever global melalui program TRANSFORM, yang secara global telah banyak membantu terealisasinya puluhan proyek yang mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). DIVERT telah terpilih menjadi salah satu proyek dari 13 negara yang mendapatkan dukungan pendanaan dari Unilever global, yaitu sebesar lebih dari Rp3 miliar.
“Proyek DIVERT bertujuan untuk menjawab permasalahan rantai pasokan limbah pascakonsumsi. Sejak dimulai pada September 2021, proyek ini telah berhasil mengurangi kesenjangan upaya daur ulang sampah plastik dengan memvalidasi dan melacak seluruh alur sampah menuju terciptanya ekonomi sirkular yang lebih efektif dan efisien," pungkas Rizky Ambardi, Head of Collect Waste4Change dan Project Manager DIVERT.
Sebagai solusi dari kebutuhan tersebut, hadir sebuah proyek berbasis digital: DIVERT, yang dikembangkan oleh Waste4Change, perusahaan pengelola sampah secara bertanggung jawab, atas pendanaan dari Unilever Global melalui program TRANSFORM.
"Sejalan dengan tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022 yaitu One Earth, kami ingin kembali mengajak semua pihak untuk turut serta ambil bagian, berperan secara aktif sesuai dengan peran masing-masing untuk bersama-sama menjaga bumi kita yang satu," kata Maya Tamimi, Head of Sustainable Environment Unilever Indonesia Foundation, Kamis (9/6/2022).
Saat ini permasalahan lingkungan yang dihadapi bumi sangatlah beragam, salah satunya sampah plastik. Di Indonesia, 4,8 juta ton sampah plastik tidak terkelola dengan baik tiap tahun, seperti dibakar di ruang terbuka (48%), tidak dikelola secara layak di tempat pembuangan sampah resmi (13%), dan sisanya mencemari saluran air dan laut (9%).
Penerapan ekonomi sirkular dipercaya banyak pihak sebagai salah satu upaya yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan sampah plastik di Indonesia. Namun penerapan di lapangan tentu tidak mudah, peran serta semua pihak dan sinergi dari semua aktor dalam mata rantai daur ulang harus digalakkan, agar sampah sebagai bahan daur ulang dapat dikumpulkan kembali dan diproses menjadi produk daur ulang atau proses pengelolaan lain.
Namun, menurut pengamatan Waste4Change, kurangnya data di fase pengumpulan sampah plastik salah satunya menyebabkan masih adanya gap yang besar antara sampah plastik yang diproduksi, yang saat ini didaur ulang, dan yang berpotensi untuk didaur ulang. Hal ini turut berdampak ke pihak produsen seperti Unilever, di mana data yang belum memadai mengakibatkan rantai pasok daur ulang yang ada saat ini menjadi panjang dan belum efisien.
“Dengan kecenderungan peningkatan sampah plastik dari 11 % di 2010 menjadi 17% di 2021, pemerintah melalui Permenlhk 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen, para produsen diamanatkan untuk menyampaikan upaya pengurangan sampah mulai dari hulu yakni upaya pembatasan timbulan sampah hingga hilir menarik kembali kemasan paska pakai untuk dimanfaatkan kembali atau didaur ulang," papar Ir. Sinta Saptarina Soemiarno, M.Sc, Direktur Pengurangan Sampah, Dirjen PSLB3, KLHK RI.
"Dengan demikian, semakin sedikit kemasan yang terbuang ke TPA sesuai dengan tujuan pembangunan ekonomi sirkular di Indonesia. Pemanfaatan teknologi digital yang dilakukan proyek DIVERT menjadi solusi tepat untuk monitoring, evaluasi, dan verifikasi sehingga mendapat hasil yang terukur,” lanjutnya.
DIVERT adalah sebuah proyek berbasis digital yang diprakarsai oleh Waste4Change atas dukungan Unilever global melalui program TRANSFORM, yang secara global telah banyak membantu terealisasinya puluhan proyek yang mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). DIVERT telah terpilih menjadi salah satu proyek dari 13 negara yang mendapatkan dukungan pendanaan dari Unilever global, yaitu sebesar lebih dari Rp3 miliar.
“Proyek DIVERT bertujuan untuk menjawab permasalahan rantai pasokan limbah pascakonsumsi. Sejak dimulai pada September 2021, proyek ini telah berhasil mengurangi kesenjangan upaya daur ulang sampah plastik dengan memvalidasi dan melacak seluruh alur sampah menuju terciptanya ekonomi sirkular yang lebih efektif dan efisien," pungkas Rizky Ambardi, Head of Collect Waste4Change dan Project Manager DIVERT.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda