Begini Tanggapan Psikolog terkait Fenomena Citayam Fashion Week yang Sedang Viral
Sabtu, 23 Juli 2022 - 21:29 WIB
JAKARTA - Citayam Fashion Week belakangan menjadi fenomena dan mencuri perhatian publik. Istilah Citayam Fashion Week sendiri merupakan perkumpulan para remaja dari Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok atau yang dikenal dengan SCBD.
Mereka berkumpul dan melakukan aktivitasnya di area Sudirman dan Dukuh Atas. Kebanyakan mereka yang datang dari kalangan remaja yang ingin berfoto atau sekadar nongkrong. Bahkan kini semakin berkembang, lokasi itu dijadikan sebagai tempat ajang fashion show di zebra cross.
Psikolog Roslina Verauli, M.Psi., Psi menyoroti fenomena yang sedang hangat diperbincangkan tersebut.
Menurut Rosalina, anak remaja yang datang ke tempat itu tentu saja menikmati ruang publik, rekreasi, sambil hang out bareng anak seusianya. Kalau angkatan 1980-1990-an menyebutnya mejeng.
"Remaja senantiasa menghayati dirinya berada dalam spotlight. Seolah, dirinya adalah pusat dari dunia terkait cara berpikir yang cenderung egosentris. Normal? Ya, untuk remaja! Meski sebetulnya merupakan hasil distorsi kognitif," tutur Rosalina seperti dikutip dari akun Instagram-nya, Sabtu (23/7/2022).
Dia menyebutkan, seseorang yang ingin tampak pada ranah publik butuh dikelola. Mengenakan fashion item terbaik dalam versi subyektif si individu tentunya. Terlihat dalam versi yang diinginkan, di mata orang lain, menjadi sebuah citra diri. Begitu citra tadi diunggah di media sosial, dampaknya bisa menjadi viral.
"Saat viral, tak hanya dekat dengan popularitas secara sosial juga dekat dengan sukses finansial. Anak muda Citayam dan 'SCBD' sadar akan nilai ekonomi dirinya," katanya lagi.
Rosalina mengutarakan, dengan viralnya remaja itu mereka akan membuka diri untuk endorsement, undangan podcast, kolaborasi, dan undangan wawancara lainnya. Termasuk berjalan di catwalk 'zebra cross' bersama sejumlah tokoh, model, influencer, public figure, hingga selebritas.
Mereka berkumpul dan melakukan aktivitasnya di area Sudirman dan Dukuh Atas. Kebanyakan mereka yang datang dari kalangan remaja yang ingin berfoto atau sekadar nongkrong. Bahkan kini semakin berkembang, lokasi itu dijadikan sebagai tempat ajang fashion show di zebra cross.
Psikolog Roslina Verauli, M.Psi., Psi menyoroti fenomena yang sedang hangat diperbincangkan tersebut.
Menurut Rosalina, anak remaja yang datang ke tempat itu tentu saja menikmati ruang publik, rekreasi, sambil hang out bareng anak seusianya. Kalau angkatan 1980-1990-an menyebutnya mejeng.
"Remaja senantiasa menghayati dirinya berada dalam spotlight. Seolah, dirinya adalah pusat dari dunia terkait cara berpikir yang cenderung egosentris. Normal? Ya, untuk remaja! Meski sebetulnya merupakan hasil distorsi kognitif," tutur Rosalina seperti dikutip dari akun Instagram-nya, Sabtu (23/7/2022).
Dia menyebutkan, seseorang yang ingin tampak pada ranah publik butuh dikelola. Mengenakan fashion item terbaik dalam versi subyektif si individu tentunya. Terlihat dalam versi yang diinginkan, di mata orang lain, menjadi sebuah citra diri. Begitu citra tadi diunggah di media sosial, dampaknya bisa menjadi viral.
"Saat viral, tak hanya dekat dengan popularitas secara sosial juga dekat dengan sukses finansial. Anak muda Citayam dan 'SCBD' sadar akan nilai ekonomi dirinya," katanya lagi.
Rosalina mengutarakan, dengan viralnya remaja itu mereka akan membuka diri untuk endorsement, undangan podcast, kolaborasi, dan undangan wawancara lainnya. Termasuk berjalan di catwalk 'zebra cross' bersama sejumlah tokoh, model, influencer, public figure, hingga selebritas.
tulis komentar anda