Berisiko Gejala Berat, Satgas Covid-19 IDI Ingatkan Lansia Waspadai Subvarian BF.7
Selasa, 03 Januari 2023 - 18:14 WIB
JAKARTA - Banyak ahli kesehatan yang mengingatkan agar kaum lanjut usia (lansia) untuk berhati-hati. Pasalnya, masih ada subvarian Covid-19 yang bermunculan, salah satunya BF.7, yang awalnya diketahui dari China.
Apabila tidak menjaga diri dengan baik, tidak menutup kemungkinan kaum lansia dirawat di rumah sakit. Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter indonesia (IDI), dr. Erlina Burhan, SpP(K), pun turut mengingatkan hal tersebut.
Menurutnya, sejauh ini subvarian BF.7 di China marak karena banyak kasus mengenai para lansia.
"Di China, umumnya adalah BF.7 menjadi marak karena menulari lansia. Pada lansia gejalanya berat sehingga perlu perawatan rumah sakit," ujar dr. Erlina kepada MNC Portal, Selasa (3/1/2023).
Sementara, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa subvarian BF.7 belum memicu adanya kenaikan kasus. Menurutnya, jumlah kasus yang sebelumnya 15, hingga saat ini belum ada penambahan.
"BF.7 tidak ada pergerakan naik, jadi kita merasa ya tidak perlu kita mengetatkan kegiatan, atau pun mengurangi, membatasi kegiatan masyarakat, karena imunitas sudah tinggi," kata Menkes Budi Gunadi saat ditemui awak media di Masjid At Tanwir, Jakarta, Selasa (3/1/2023).
Menkes Budi memastikan, dengan vaksinasi Covid-19 dan sudah pernah terinfeksi, menjadi tameng paling kuat. Vaksinasi diketahui merupakan salah satu langkah melindungi diri dari perburukan ataupun dirawat di rumah sakit.
Namun, dia juga mengingatkan bahwa jangan terbalik jika masyarakat melakukan vaksinasi setelah terinfeksi, justru membuka ruang terjadinya kegawatdaruratan.
"Padahal secara sains juga imunitas paling kuat dan tahan lama adalah vaksinasi plus infeksi. Jadi kalau kita sudah divaksin kemudian sudah terinfeksi, imunitas kita paling kuat dan paling lama. Tapi jangan kebalikan kalau infeksi dulu baru vaksinasi ada kemungkinan wafat," terangnya.
Sekadar informasi, BF.7 adalah sebutan untuk BA.5.2.1.7, yang merupakan subvarian dari varian BA.5 Omicron. Sehingga, gejalanya dinilai hampir sama dengan Omicron lainnya.
Apabila tidak menjaga diri dengan baik, tidak menutup kemungkinan kaum lansia dirawat di rumah sakit. Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter indonesia (IDI), dr. Erlina Burhan, SpP(K), pun turut mengingatkan hal tersebut.
Menurutnya, sejauh ini subvarian BF.7 di China marak karena banyak kasus mengenai para lansia.
Baca Juga
"Di China, umumnya adalah BF.7 menjadi marak karena menulari lansia. Pada lansia gejalanya berat sehingga perlu perawatan rumah sakit," ujar dr. Erlina kepada MNC Portal, Selasa (3/1/2023).
Sementara, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa subvarian BF.7 belum memicu adanya kenaikan kasus. Menurutnya, jumlah kasus yang sebelumnya 15, hingga saat ini belum ada penambahan.
"BF.7 tidak ada pergerakan naik, jadi kita merasa ya tidak perlu kita mengetatkan kegiatan, atau pun mengurangi, membatasi kegiatan masyarakat, karena imunitas sudah tinggi," kata Menkes Budi Gunadi saat ditemui awak media di Masjid At Tanwir, Jakarta, Selasa (3/1/2023).
Menkes Budi memastikan, dengan vaksinasi Covid-19 dan sudah pernah terinfeksi, menjadi tameng paling kuat. Vaksinasi diketahui merupakan salah satu langkah melindungi diri dari perburukan ataupun dirawat di rumah sakit.
Namun, dia juga mengingatkan bahwa jangan terbalik jika masyarakat melakukan vaksinasi setelah terinfeksi, justru membuka ruang terjadinya kegawatdaruratan.
"Padahal secara sains juga imunitas paling kuat dan tahan lama adalah vaksinasi plus infeksi. Jadi kalau kita sudah divaksin kemudian sudah terinfeksi, imunitas kita paling kuat dan paling lama. Tapi jangan kebalikan kalau infeksi dulu baru vaksinasi ada kemungkinan wafat," terangnya.
Sekadar informasi, BF.7 adalah sebutan untuk BA.5.2.1.7, yang merupakan subvarian dari varian BA.5 Omicron. Sehingga, gejalanya dinilai hampir sama dengan Omicron lainnya.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda