Review Ant-Man and the Wasp: Quantumania: Ancaman Kang the Conqueror
loading...
A
A
A
Sementara, Janet van Dyne yang diperankan Michelle Pfeiffer punya peranan besar di film ini. Pengetahuannya dengan dunia bawah tanah, Dunia Kuantum, membawa keluarganya mengalami petualangan tak terlupakan di dunia fantasi tersebut. Michelle benar-benar menikmati perannya di sini. Tanpa Janet, Ant-Man and the Wasp: Quantumania bakal lebih hambar lagi.
![Review Ant-Man and the Wasp: Quantumania: Ancaman Kang the Conqueror]()
Foto: Marvel
Film ini akan mengungkap apa yang terjadi pada Janet setelah dia berubah menjadi subatom sekitar 30 tahun silam. Dari peristiwa itulah semua kejadian yang terjadi di Dunia Kuantum dimulai. Termasuk, bagaimana Kang bisa tiba di tempat itu dan bagaimana hubungannya dengan Janet. Janet hanyalah seorang ibu yang ingin melindungi keluarganya. Dan, dia akan melakukan apa saja.
Sementara, yang membuat Ant-Man and the Wasp: Quantumania berbeda dengan film MCU lain adalah pembangunan dunianya. Penonton akan dibawa ke dunia bawah tanah dengan nuansa yang mirip seperti setting film Star Wars. Dunia itu dipenuhi makhluk-mahluk aneh yang punya bahasa sendiri, pesawat canggih, terminal-terminal seperti di pesawat milik Emperor, dan gurun pasir luas.
Untuk sejenak, orang bisa lupa kalau ini adalah film MCU, bukan Star Wars. Walaupun tidak terlalu lama dieksplorasi di 2 jam 5 menit durasinya, Quantumania sudah cukup memberi gambaran tentang sisi terang dan gelap Dunia Kuantum. Kerajaan yang dibangun Kang di tempat itu pun sangat masif. Orang akan ingat setting Otoritas Variasi Waktu (TVA) dari serial Loki di film ini. Apa pun, film ini akan punya kaitan erat dengan serial tersebut.
![Review Ant-Man and the Wasp: Quantumania: Ancaman Kang the Conqueror]()
Foto: Marvel
Sayang, ending-nya tidak spektakuler. Meski bisa dipahami, tapi, agak antiklimaks. Orang akan mengharapkan lebih dari ending yang “gitu doang?” di film itu. Dibandingkan film MCU lain, ada rasa kurang memuaskan di ending-nya.
Meski begitu, film ini telah membangun cerita ke dunia yang lebuh luas di MCU. Setidaknya, dua adegan pascakreditnya mengindikasikan hal tersebut. Kalau boleh jujur, dua adegan pascakredit ini lebih menarik dibanding sejumlah adegan di film itu karena elemen pembangunan dunia dan kontinuitas di Fase 5 yang meang sudah lama diantisipasi.
Ant-Man and the Wasp: Quantumania adalah penutup triogi yang oke, tapi tidak yang oke banget. Kehadiran Kang the Conqueror adalah faktor utama yang membuat film ini jadi pembuka Fase 5 yang kuat. Janet van Dyne menambahkan elemen penguat untuk semua latar belakang ceritanya.
Ant-Man and the Wasp: Quantumania mulai tayang di bioskop di seluruh Indonesia pada hari ini, Rabu (15/2). Film ini menggunakan teknologi yang menampilkan banyak cahaya yang bisa mengganggu mereka yang mengidap photosensitive epilepsy. Selamat menyaksikan!

Foto: Marvel
Film ini akan mengungkap apa yang terjadi pada Janet setelah dia berubah menjadi subatom sekitar 30 tahun silam. Dari peristiwa itulah semua kejadian yang terjadi di Dunia Kuantum dimulai. Termasuk, bagaimana Kang bisa tiba di tempat itu dan bagaimana hubungannya dengan Janet. Janet hanyalah seorang ibu yang ingin melindungi keluarganya. Dan, dia akan melakukan apa saja.
Sementara, yang membuat Ant-Man and the Wasp: Quantumania berbeda dengan film MCU lain adalah pembangunan dunianya. Penonton akan dibawa ke dunia bawah tanah dengan nuansa yang mirip seperti setting film Star Wars. Dunia itu dipenuhi makhluk-mahluk aneh yang punya bahasa sendiri, pesawat canggih, terminal-terminal seperti di pesawat milik Emperor, dan gurun pasir luas.
Untuk sejenak, orang bisa lupa kalau ini adalah film MCU, bukan Star Wars. Walaupun tidak terlalu lama dieksplorasi di 2 jam 5 menit durasinya, Quantumania sudah cukup memberi gambaran tentang sisi terang dan gelap Dunia Kuantum. Kerajaan yang dibangun Kang di tempat itu pun sangat masif. Orang akan ingat setting Otoritas Variasi Waktu (TVA) dari serial Loki di film ini. Apa pun, film ini akan punya kaitan erat dengan serial tersebut.

Foto: Marvel
Sayang, ending-nya tidak spektakuler. Meski bisa dipahami, tapi, agak antiklimaks. Orang akan mengharapkan lebih dari ending yang “gitu doang?” di film itu. Dibandingkan film MCU lain, ada rasa kurang memuaskan di ending-nya.
Meski begitu, film ini telah membangun cerita ke dunia yang lebuh luas di MCU. Setidaknya, dua adegan pascakreditnya mengindikasikan hal tersebut. Kalau boleh jujur, dua adegan pascakredit ini lebih menarik dibanding sejumlah adegan di film itu karena elemen pembangunan dunia dan kontinuitas di Fase 5 yang meang sudah lama diantisipasi.
Ant-Man and the Wasp: Quantumania adalah penutup triogi yang oke, tapi tidak yang oke banget. Kehadiran Kang the Conqueror adalah faktor utama yang membuat film ini jadi pembuka Fase 5 yang kuat. Janet van Dyne menambahkan elemen penguat untuk semua latar belakang ceritanya.
Ant-Man and the Wasp: Quantumania mulai tayang di bioskop di seluruh Indonesia pada hari ini, Rabu (15/2). Film ini menggunakan teknologi yang menampilkan banyak cahaya yang bisa mengganggu mereka yang mengidap photosensitive epilepsy. Selamat menyaksikan!
Lihat Juga :