Dukungan untuk Anak Penderita Kanker

Kamis, 10 September 2015 - 11:12 WIB
Dukungan untuk Anak Penderita Kanker
Dukungan untuk Anak Penderita Kanker
A A A
Bagi penderita kanker, kemoterapi merupakan sebuah proses yang harus dijalani untuk terus bertahan hidup. Efek yang ditimbulkan dari kemoterapi adalah hilangnya helai demi helai rambut dan membuat kebanyakan dari mereka harus merelakan kepalanya botak saat menjalani terapi.

Berupaya menunjukkan rasa simpati terhadap anak-anak penderita kanker yang kehilangan rambutnya, Shave For Hope (SFH) menggalang dana sosial untuk meringankan beban anakanak pasien kanker yang akan disalurkan ke Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia (YPKAI). Sebelumnya, SFH berhasil mengajak masyarakat untuk memberi dukungan moril dengan cara mencukur kepala pada 2012 dan 2013, dan berlanjut pada tahun ini.

Acara ini bertujuan menyebarkan kebaikan dan menggalang dana dari berbagai pihak yang nantinya dana tersebut akan disalurkan kepada anak-anak penderita kanker dari keluarga prasejahtera yang membutuhkan bantuan dana untuk pengobatan. “Shave For Hope diadakan kembali tahun ini, mengingat tantangan terbesar dari sebuah aksi sosial adalah membuatnya menjadi berkesinambungan.

Jumlah anak-anak yang sakit kanker tidak akan berhenti saat kita berhenti membantu. Selain mengharapkan uluran donasi dari berbagai pihak, kami ingin membiasakan gaya hidup membantu sesama sebagai bagian dari keseharian orang Indonesia, untuk bangsa yang lebih baik,” ujar penggagas SFH Steny Agustaf Rahman. Psikolog Tika Bisono setuju bahwa dukungan semacam ini bisa menjadi kekuatan besar bagi anak penderita kanker. Apalagi melihat jumlah dukungan yang mencapai ribuan.

“Buatlah diri kita bermakna bagi mereka dalam porsi sekecil-kecilnya sebagai bentuk penghargaan terhadap upaya perjuangan melawan kanker. Caranya dengan menghadirkan suasana ceria, bahagia, penuh tawa, senyum, bermain, kejutan manis, canda, keindahan, dan harapan. Semua itu bisa diperoleh dari keluarga, relawan, para ahli dan perhati.

Namun, sumber terapi terbesar tetap Allah SWT, sang Pencipta alam semesta serta pemilik sakit dan sehat,” kata Tika. Pada kesempatan itu Tika juga mengingatkan para orang tua penderita kanker untuk membagi perhatiannya dengan anak lainnya yang tidak sakit. Kondisi perhatian yang terpusat pada anak yang sakit bisa membuat adanya kecemburuan bagi saudaranya. Misalnya si ibu jadi tidak bisa mengantar anak yang sehat pergi, bermain, atau belajar.

Hal ini bisa membuat si sehat menganggap si sakit sebagai hambatan, seperti diungkapkan Tika. Termasuk memberikan perhatian kepada sang suami. “Bila terlalu fokus pada anak yang sakit dan melupakan suami, bisa memunculkan potensi berbahaya bagi hubungan mereka berdua,” imbuhnya.

Sri Noviarni
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6558 seconds (0.1#10.140)