CERMIN: Vino G Bastian dalam Peran Paling Menantang
loading...
A
A
A
Tanpa perkenalan demi perkenalan sebelumnya yang selayaknya dilakukan 1-2 tahun sebelum film dirilis di bioskop membuat anak-anak muda itu tak akrab dengan Buya Hamka. Saya pun baru tahu cukup banyak tentang pemikiran-pemikiran beliau justru setelah menonton Buya Hamka.
![CERMIN: Vino G Bastian dalam Peran Paling Menantang]()
Foto: Falcon Pictures
Skenario yang disusun Alim Sudio dan Cassandra Massardi memang sengaja dibuat sebagai pemahaman bahwa kita tahu sosok Buya Hamka seperti apa. Pengenalan karakternya tipis-tipis saja, untungnya memang di tangan Vino yang membawa beban besar di pundaknya, kita bisa mengenal Buya lebih jauh dan lantas dibuat kagum karenanya.
Dalam adegan pembuka yang mengesankan, Vino memberi tahu kita betapa sosok Buya berhati lembut, begitu mencintai istrinya, pekerjaannya, dan bagaimana ia mencoba memperjuangkan pemikiran-pemikirannya.
Vino mendapat lawan main sepadan, Laudya Chintya Bella, juga dalam peran terbaiknya, sebagai sang istri Siti Raham. Vino dan Bella menghilang ke dalam tubuh Hamka dan Raham dan kita melihatnya sebagai sepasang suami istri yang tak hanya saling mencintai tapi juga saling mendukung.
Dengan penuturan yang loncat-loncat dan bisa membuat penonton dengan mudah kehilangan arah, terutama untuk mereka yang tak pernah tahu bagaimana sosok Buya Hamka sesungguhnya, kemudi film berada sepenuhnya di tangan dua pemain utama tersebut.
Terutama Vino yang menjalankan tanggung jawab berat memainkan peran Buya Hamka dalam rentang waktu yang panjang. Dari menjadi pemuda dengan keingintahuan besar dan keinginan menjelajah dunia, menjadi suami yang menekuni dunia menulis dengan serius, hingga menjadi ulama yang memilih cara tak populer agar penjajah tak perlu menginjak-injak Islam di negerinya sendiri. Buya Hamka adalah sejatinya manusia biasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
![CERMIN: Vino G Bastian dalam Peran Paling Menantang]()
Foto: Falcon Pictures
Dalam sebuah adegan ketika Indonesia mengumumkan kemerdekaannya, kita melihat adegan yang begitu heroik dan Buya Hamka pun ikut larut di dalamnya. Saya membayangkan adegan alternatif dari yang tergambar di layar.
Saya ingat sebuah adegan mengesankan dari Lincolnbesutan Steven Spielberg ketika apa yang diperjuangkan Abraham Lincoln tercapai. Ia hanya duduk tepekur menatap jendela di hadapannya.

Foto: Falcon Pictures
Skenario yang disusun Alim Sudio dan Cassandra Massardi memang sengaja dibuat sebagai pemahaman bahwa kita tahu sosok Buya Hamka seperti apa. Pengenalan karakternya tipis-tipis saja, untungnya memang di tangan Vino yang membawa beban besar di pundaknya, kita bisa mengenal Buya lebih jauh dan lantas dibuat kagum karenanya.
Dalam adegan pembuka yang mengesankan, Vino memberi tahu kita betapa sosok Buya berhati lembut, begitu mencintai istrinya, pekerjaannya, dan bagaimana ia mencoba memperjuangkan pemikiran-pemikirannya.
Vino mendapat lawan main sepadan, Laudya Chintya Bella, juga dalam peran terbaiknya, sebagai sang istri Siti Raham. Vino dan Bella menghilang ke dalam tubuh Hamka dan Raham dan kita melihatnya sebagai sepasang suami istri yang tak hanya saling mencintai tapi juga saling mendukung.
Dengan penuturan yang loncat-loncat dan bisa membuat penonton dengan mudah kehilangan arah, terutama untuk mereka yang tak pernah tahu bagaimana sosok Buya Hamka sesungguhnya, kemudi film berada sepenuhnya di tangan dua pemain utama tersebut.
Terutama Vino yang menjalankan tanggung jawab berat memainkan peran Buya Hamka dalam rentang waktu yang panjang. Dari menjadi pemuda dengan keingintahuan besar dan keinginan menjelajah dunia, menjadi suami yang menekuni dunia menulis dengan serius, hingga menjadi ulama yang memilih cara tak populer agar penjajah tak perlu menginjak-injak Islam di negerinya sendiri. Buya Hamka adalah sejatinya manusia biasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Foto: Falcon Pictures
Dalam sebuah adegan ketika Indonesia mengumumkan kemerdekaannya, kita melihat adegan yang begitu heroik dan Buya Hamka pun ikut larut di dalamnya. Saya membayangkan adegan alternatif dari yang tergambar di layar.
Saya ingat sebuah adegan mengesankan dari Lincolnbesutan Steven Spielberg ketika apa yang diperjuangkan Abraham Lincoln tercapai. Ia hanya duduk tepekur menatap jendela di hadapannya.
Lihat Juga :