Kemegahan Jejak Kolonial di Hotel-hotel Tua Berbagai Kota
loading...
A
A
A
TIGA abad lebih bangsa Indonesia dalam kungkungan kolonialisme . Selain menyengsarakan rakyat, ketika para penjajah ini hengkang mereka meninggalkan jejaknya. Salah satunya kemegahan bangunan yang mereka dirikan.
Sejumlah bangunan peninggalan kolonial ini kini banyak dimanfaatkan. Mulai dari istana presiden, perkantoran, hingga hotel. (Lihat grafis: 8 Lukisan Termahal Para Maestro Pelukis Indonesia)
Pesona hotel-hotel yang terawat dengan sangat baik ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung hingga menjadi alasan mereka menginap di sana. Berikut hotel-hotel di berbagai kota yang berusia seabad lebih dan hingga kini masih megah berdiri.
1. Hotel Salak Bogor (1856)
Hotel Salak yang sudah berdiri sejak 1856, dulunya bernama Bellevue Dibbets Hotel dan dimiliki oleh Gubernur Hindia Belanda saat itu. Selain tempat menginap, hotel ini juga menjadi lokasi pertemuan penting antarnegara.
Hotel ini juga pernah menjadi markas Jepang antara 1942-1945. Baru di 1948, hotel ini diserahkan kepada Pemerintah Indonesia dan diberi nama Hotel Salak. (Baca juga: Sepenggal Hikayat Para Penjelajah dalam Sejarah Manusia)
2. Hotel Sriwijaya Jakarta (1863)
Berada di ujung Jalan Veteran, Gambir, Jakarta Pusat, Hotel Sriwijaya sudah berdiri sejak 1863. Pada awalnya bangunan hotel ini berupa restoran milik Conrad Alexander Willem Cavadino. Usahanya tersebut semakin berkembang.
Bangunan utama kemudian dikembangkan menjadi penginapan bernama Hotel Cavadino di tahun 1872. (Baca juga: Perjalanan Dinas untuk Dorong Pariwisata, Luhut: Jangan Dikritik)
3. Hotel Savoy Homann Bandung (1871)
Hotel Savoy Homann berdiri sejak 1871. Renovasi besar-besaran pada bangunan hotel ini dilakukan pada 1939 dengan menggaet A.F. Aalbers sebagai arsiteknya. Saat 1955 ketika Bandung menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika para delegasi menginap di Hotel Savoy Homann. (Baca juga: Destinasi Menakjubkan di Indonesia untuk Pendaki dan Pesepeda)
4. Hotel Inna Garuda Yogyakarta (1908)
Di ujung utara Jalan Malioboro, Kota Yogya, hingga kini masih berdiri Hotel Inna Garuda. Hotel ini dibangun pada 1908 dengan nama Grand Hotel De Djokdja.
Dalam perkembangannya, hotel ini telah berganti nama sebanyak enam kali. Kini bangunan Hotel Inna Garuda ditambahkan dengan bangunan baru bertingkat di bagian belakang. (Baca juga: Lima Tempat Wisata di Yogya yang Bisa Kamu Kunjungi Usai Corona Mereda)
5. Hotel Majapahit Surabaya (1910)
Di Surabaya, terdapat hotel mewah yang dibangun pada 1910 bernama Hotel Majapahit. Sempat berganti nama beberapa kali, hotel ini ketika masih bernama Hotel Yamato pernah menjadi saksi peristiwa Pertempuran Surabaya. (Baca juga: Hotel Yamato, Saksi Keberanian Arek-arek Suroboyo Kibarkan Merah Putih)
Pada 19 september 1945, para pejuang Indonesia melakukan perobekan bendera Belanda yang berkibar di hotel ini. Sebagian besar bangunan lama hotel masih terawat hingga kini.
Sejumlah bangunan peninggalan kolonial ini kini banyak dimanfaatkan. Mulai dari istana presiden, perkantoran, hingga hotel. (Lihat grafis: 8 Lukisan Termahal Para Maestro Pelukis Indonesia)
Pesona hotel-hotel yang terawat dengan sangat baik ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung hingga menjadi alasan mereka menginap di sana. Berikut hotel-hotel di berbagai kota yang berusia seabad lebih dan hingga kini masih megah berdiri.
1. Hotel Salak Bogor (1856)
Hotel Salak yang sudah berdiri sejak 1856, dulunya bernama Bellevue Dibbets Hotel dan dimiliki oleh Gubernur Hindia Belanda saat itu. Selain tempat menginap, hotel ini juga menjadi lokasi pertemuan penting antarnegara.
Hotel ini juga pernah menjadi markas Jepang antara 1942-1945. Baru di 1948, hotel ini diserahkan kepada Pemerintah Indonesia dan diberi nama Hotel Salak. (Baca juga: Sepenggal Hikayat Para Penjelajah dalam Sejarah Manusia)
2. Hotel Sriwijaya Jakarta (1863)
Berada di ujung Jalan Veteran, Gambir, Jakarta Pusat, Hotel Sriwijaya sudah berdiri sejak 1863. Pada awalnya bangunan hotel ini berupa restoran milik Conrad Alexander Willem Cavadino. Usahanya tersebut semakin berkembang.
Bangunan utama kemudian dikembangkan menjadi penginapan bernama Hotel Cavadino di tahun 1872. (Baca juga: Perjalanan Dinas untuk Dorong Pariwisata, Luhut: Jangan Dikritik)
3. Hotel Savoy Homann Bandung (1871)
Hotel Savoy Homann berdiri sejak 1871. Renovasi besar-besaran pada bangunan hotel ini dilakukan pada 1939 dengan menggaet A.F. Aalbers sebagai arsiteknya. Saat 1955 ketika Bandung menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika para delegasi menginap di Hotel Savoy Homann. (Baca juga: Destinasi Menakjubkan di Indonesia untuk Pendaki dan Pesepeda)
4. Hotel Inna Garuda Yogyakarta (1908)
Di ujung utara Jalan Malioboro, Kota Yogya, hingga kini masih berdiri Hotel Inna Garuda. Hotel ini dibangun pada 1908 dengan nama Grand Hotel De Djokdja.
Dalam perkembangannya, hotel ini telah berganti nama sebanyak enam kali. Kini bangunan Hotel Inna Garuda ditambahkan dengan bangunan baru bertingkat di bagian belakang. (Baca juga: Lima Tempat Wisata di Yogya yang Bisa Kamu Kunjungi Usai Corona Mereda)
5. Hotel Majapahit Surabaya (1910)
Di Surabaya, terdapat hotel mewah yang dibangun pada 1910 bernama Hotel Majapahit. Sempat berganti nama beberapa kali, hotel ini ketika masih bernama Hotel Yamato pernah menjadi saksi peristiwa Pertempuran Surabaya. (Baca juga: Hotel Yamato, Saksi Keberanian Arek-arek Suroboyo Kibarkan Merah Putih)
Pada 19 september 1945, para pejuang Indonesia melakukan perobekan bendera Belanda yang berkibar di hotel ini. Sebagian besar bangunan lama hotel masih terawat hingga kini.
(poe)